SBY menilai ucapan Prabowo itu “tidak elok”, tapi sebenarnya itu adalah pesan penting yang ditujukan kepada Jokowi . Apa pesannya?
Netizen Birgaldo Sinaga dalam akun FB-nya menggambarkan pertemuan Prabowo Subianto dan Susilo Bambang Yudhoyono yang berlangsung di kediaman SBY di Puri Cikeas ketika takziyah untuk almarhumah Ibu Ani Yudhoyono.
Ia kemudian memberi judul dalam statusnya (June 3 at 6:26 PM), “Prabowo Tidak Elok, SBY Kurang Arif”. Dalam kunjungannya ke kediaman SBY, Prabowo didampingi Sekjen Gerindra Ahmad Muzadi. SBY menyambut kedatangan Prabowo.
Berjabat tangan lalu cipika cipiki. Sempat dialog sebentar. Raut wajah SBY masih tampak berduka. Prabowo dan rombongan lalu masuk ke dalam ruang tamu untuk menyampaikan turut berbelasungkawa. Ada Sekjen Demokrat Hinca Pandjaitan.
Usai pertemuan tersebut, Prabowo dan SBY menemui wartawan di depan rumah. Prabowo menyampaikan kekagumannya pada Ibu Ani Yudhoyono. Menurut Prabowo, Ibu Ani sosok wanita cerdas, loyal, dan sangat mendukung suaminya.
Tiba-tiba Prabowo menyampaikan isi pembicaraan sangat rahasia dan sensitif. Pembicaraan antara Prabowo dan SBY tersebut mengenai dukungan Ibu Ani yang memilih Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2109.
"Saya diberitahu 2014 dan 2019 Ibu Ani memilih saya. Jadi saya dapat merasakan gimana Pak SBY sekarang,” kata Prabowo sambil mengatupkan kedua tangannya di dadanya. Usai mengucapkan itu Prabowo izin pamit ke SBY yang berdiri di sampingnya.
SBY mempersilahkan (seolah-olah menyuruh) pulang Prabowo dengan menjulurkan tangan kanannya ke arah Prabowo. Wajah SBY tampak tidak senang. Ada gurat gusar di pelupuk matanya.
SBY tampak tidak hepi dengan ucapan Prabowo soal omongan mereka di dalam rumahnya tentang pilihan Ibu Ani saat Pilpres 2014 dan 2019. Usai Prabowo naik mobil, SBY spontan konpers lagi. Di sana SBY menyampaikan kekecewaannya pada Prabowo.
SBY mohon pernyataan Pak Prabowo soal Ibu Ani milih apa pilih apa itu tidak elok dan tidak tepat. “Tolong mengerti perasaan kami yang sedang berduka. “Ibu Ani yang baru berpulang tidak ingin dikait-kaitkan soal politik apapun. Tolong dimengeri. Terimakasih,” ujar SBY.
Pengakuan Prabowo soal pilihan Ibu Ani saat Pilpres 2014 dan 2019 itu ternyata berasal dari kesaksian SBY dan tentu mengagetkan kita. Pilihan yang seharusnya rahasia itu dibuka SBY sendiri di tengah kunjungan takziah lawan politik Capres Joko Widodo itu.
Pengakuan Prabowo itu tentu membuat kita bertanya-tanya mana yang elok dan mana yang tepat. Apakah pantas Pak SBY menyampaikan soal pilihan istrinya itu kepada Prabowo di hari kedua kepergian Ibu Ani tersebut?
Baca Juga: Pernyataan Prabowo di Tengah Duka SBY
“Memang ucapan Prabowo di Cikeas tidak elok dan tidak tepat tapi bukankah informasi soal pilihan Ibu Ani itu berasal dari Pak SBY sendiri?” tulis Birgaldo Sinaga. Jelas Prabowo ingin mengambil keuntungan dari pilihan politik Ibu Ani tersebut.
Apalagi paslon 02 Prabowo Subanto – Sandiaga Salahuddin Uno kini masih berjuang di MK. Menggugat keputusan KPU yang memenangkan paslon 01 Joko Widodo – Ma’ruf Amin itu. Kita yang seharusnya ikut berduka cita dipaksa untuk bicara politik.
Ironinya, itu justru bersumber dari rumah duka cita itu sendiri, Cikeas. “Saya jadi kehilangan simpati untuk Pak SBY. Mengapa harus ada perbincangan politik di rumah duka itu, padahal pusara Ibu Ani saja belum kering,” ungkap Birgaldo Sinaga.
Menurut Direktur Eksekutif The Global Future Indonesia Hendrajit, yang menarik itu bahasa tubuh SBY dan Hinca. Yang satu bersedakep tangan. Yang satu mengangguk-angg ukkan kepala.
“Yang gini-gini ini dipandang enteng pengamat politik, padahal ini substansial. Dualisme kepemimpinan SBY dan Ibu Ani di Demokrat rupanya sama coraknya dengan dualisme kepemimpinan Megawati Soekarnoputri dan Taufik Kiemas di PDIP,” katanya.
“Yang menakjubkan, kotak pandora ini justru terbuka melalui pertemuan yang sejatinya bukan pertemuan politik,” lanjut Hendrajit, Profesor alumni dari Universitas Nasional ini. Jika Prabowo tak bicara pada pers, mungkin “rahasia” ini masih tertutup rapat.
Sejatinya ini sama halnya SBY memberitahu bahwa dia sekeluarga masih tetap mendukung Prabowo. Ini juga akibat dari serangan bertubi-tubi terhadap SBY menjelang akhir hayat Ibu Ani karena SBY dinilai “berkhianat” kepada Prabowo seperti Pilpres 2014.
Dengan kata lain, SBY masih ingin perlindungan hukum dan politik dari Prabowo jika pada akhirnya MK memenangkan Prabowo – Sandi. Apalagi data korupsi dan pelanggaran HAM para jenderal pendukung Jokowi sudah di tangan Prabowo dan siap dibuka.
Tampaknya, data korupsi dan pelanggaran HAM yang dilakukan jenderal pendukung Jokowi selama ini itulah yang membuat SBY menjadi panik dan ketakutan. SBY takut kalau data itu diungkap Prabowo ke media. Untuk itulah SBY perlu bicara pada Prabowo.
Apalagi, sejak SBY meminta agar Prabowo bisa bertemu dengan Jokowi tak pernah direspon Prabowo. Hingga akhirnya, setelah Ibu Ani meninggal dunia barulah SBY “bercerita” perihal dukungan Ibu Ani dan Keluarga Cikeas kepada Prabowo (2014 dan 2019).
Perlu dicatat, bahwa almarhumah itu adalah seorang nasionalis, putri penumpas gerombolan komunis China berbendera PKI. Secara nurani, data, dan data terpastikan Pro TNI dan NKRI. Artinya, pada Pilpres 2014 dan 2019, beliau akan dukung dan coblos Prabowo.
Baca Juga: Ani, Kemalangan yang Mempersatukan, Meski Prabowo Terlambat
Demikian pula SBY dan keluarga besarnya. Demikian pula saat 2018 sebelum almarhumah Ibu Ani ditetapkan mengidap Leukemia stadium 4. Jika SBY khianat, Prabowo tidak segan- segan akan bongkar semua data rekaman pada media.
Keputusan itu jelas akan membahayakan Agus Harimurti Yudhoyono, Keluarga Cikeas, dan Partai Demokrat. Di sinilah ketakukan SBY tadi, sehingga dia perlu bicara soal “dukungan” Ibu Ani kepada Prabowo saat takziah di Puri Cikeas itu.
Akankah “diplomasi takziah” Prabowo tersebut berhasil mengubah peta politik dan hukum saat proses peradilan di MK nanti? Jika MK menangin Jokowi diperkirakan NKRI membara. Apalagi, saat ada korban, maka PBB akan masuk Indonesia.
PBB tidak hanya akan bertindak sebagai wasit sok adil, tapi juga akan tangkap para jenderal pelanggar HAM yang mendukung Jokowi 2014 dan 2019. Di sini arti penting mengapa SBY “sengaja” klarifikasi ucapan Prabowo terkait dukungan itu.
Jadi, meski SBY menilai ucapan Prabowo itu “tidak elok”, tapi sebenarnya itu adalah pesan penting yang ditujukan kepada Jokowi bahwa dia tak bisa lagi menjaga kemenangan Jokowi–Ma’ruf seperti keputusan KPU yang memenangkannya.
Sebagai capres petahana, sisa masa pemerintahannya hingga Oktober 2019 sebaiknya Jokowi berlaku tegas untuk bersihkan NKRI dari korupsi, sehingga citra Jokowi sebagai boneka dan lain-lain bisa bersih dengan sendirinya.
Karena itu, bukan tidak mungkin, sejak Juni hingga Oktober 2019 nanti akan terjadi kejutan pengungkapan skandal korupsi yang melibatkan politikus dari partai biru, merah, kuning, hijau, dan coklat, parpol pendukung Jokowi selama ini.
Itulah target dari “diplomasi takziah” yang dilakukan Prabowo!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews