Democrazy atau Demokrasi?

Selasa, 19 Februari 2019 | 17:52 WIB
0
288
Democrazy atau Demokrasi?
Ilustrasi Democrazy (dok Ronald Wan)

Menurut KBBI daring arti kata demokrasi adalah (1) (bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat; (2) gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

Membaca arti tersebut jika ingin dipersingkat menurut saya menjadi pemerintahan dari dan untuk rakyat diikuti dengan persamaan hak, kewajiban dan perlakuan yang sama bagi seluruh rakyat.

Pancasila sila keempat mengatakan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sejak merdeka telah memilih untuk menganut paham demokrasi dalam penyelenggaraan negara.

Walaupun sempat terjadi pasang surut mengenai kebebasan berdemokrasi dan juga perubahan sistem di mana Indonesia sempat mengalami sistem parlementer, walau akhirnya kembali lagi ke sistem presidensial sampai sekarang.

Bagaimana rakyat mengelola negara?

Rakyat akan memilih wakilnya dalam hal ini DPR, DPRD, dan DPD pada masa sekarang, untuk dapat mewakili mereka dalam mengawasi serta memastikan bahwa kepentingan rakyat selalu menjadi prioritas. Pemilihan wakil rakyat dilakukan melalui Pemilu yang dilakukan lima tahun sekali.

Demokrasi Era Orde Baru

Saya masuk dalam generasi X sehingga hanya mengingat pemilu sejak sekitar tahun 1980-an. Apa yang saya rasakan waktu itu, yah biasa saja. Karena pada era orde baru partai pemenang pemilu pasti Golkar (partai pemerintah) dan tidak ada pemilihan presiden secara langsung seperti sekarang ini.

Pemenang kedua seingat saya adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan terakhir barulah Partai Demokrasi Indonesia. Melihat sejarah pemilu di Kompas.com ternyata ingatan saya masih cukup baik. Sejak pemilu era orde baru pertama tahun 1977 sampai dengan pemilu terakhir tahun 1997 selalu begitu hasilnya. Jadi apa yang menarik?

Kampanye cenderung melakukan pengerahan masa. Pada masa itu lebih sering masa dikumpulkan di satu tempat untuk mendengarkan pidato politik dan berjoged setelahnya. Tetapi sebelum tiba ke tempat kampanye mereka melakukan konvoi di jalan-jalan.

Konvoi ini yang menarik tetapi juga sedikit berbahaya. Maksudnya berbahaya adalah ketika konvoi lewat jika Anda disodori misalnya yang sedang mendapat jatah kampanye PPP maka Anda harus siap menyodorkan satu jari, jika tidak dan masa yang lewat beringas maka Anda bisa di teriaki atau kadang disertai ancaman. Itu yang saya ingat.

Bisa terlihat bagaimana kuatnya Soeharto memerintah Indonesia. Golkar tidak pernah kalah sekali pun dalam pemilu era orde baru. Apakah partai pemenang kedua dan ketiga juga diatur siapa? Saya tidak bisa menjawab.

Tekanan terhadap orang yang mengkritisi Soeharto dan pemerintahannya juga sangat kuat. Tuduhan PKI dan tindakan subversif adalah alasan untuk menangkap mereka. Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (KOPKAMTIB) adalah salah satu badan yang digunakan menekan orang yang kritis sampai tahun 1988.

Pers juga ditekan dengan  Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP). Jika ada koran dan majalah yang bersikap kritis maka siap-siap SIUP mereka bisa dicabut atau istilah populernya ada dibreidel. Kompas dan Tempo adalah contoh media yang sempat merasakan SIUP nya dicabut.

Sebuah masa demokrasi yang mungkin boleh dibilang mirip dengan Demokrasi Terpimpin pada era Soekarno. Di mana seluruh keputusan berada di tangan pemimpin negara. Ekonomi cukup baik sampai sebelum krisis 1998 dan BBM murah dengan adanya subsidi. Namun kebebasan berpendapat tidak ada atau terbatas serta suara rakyat boleh dibilang tidak digubris.

Baca “Kebijakan Sumber Daya Alam dan Energi yang Lama Salah

Demokrasi Era Reformasi

Krisis ekonomi tahun 1998 yang diakhiri dengan kerusuhan dan penjarahan yang memakan korban cukup banyak serta masih menyisakan trauma sampai saat ini. Akhirnya membuat Soeharto berhasil dipaksa mundur dari jabatan presiden dan digantikan oleh Habibie.

Bagaikan sebuah bendungan yang ambruk karena tekanan air yang besar. Air yang biasanya tertahan oleh tembok bendungan mengalir ke mana-mana. Banyak partai baru didirikan, pada pemilu 1999 ada 48 partai yang ikut serta.

Orang yang biasanya takut terhadap aparat (termasuk kepolisian) menjadi berani. Aturan-aturan lalu lintas dilanggar. Zaman orde baru mana berani motor lawan arah di jalan besar, hanya berani di jalan-jalan pemukiman., sekarang jadi umum.

Kebebasan pendapat sering berubah menjadi kebebasan untuk melakukan ujaran kebencian. Jika tidak setuju dengan pendapat orang lain, persekusi dilakukan. Ketika terkena kasus hukum massa pendukung dikerahkan.

Kebebasan yang sebenarnya dibatasi oleh kebebasan orang lain. Serta kalau menilik arti demokrasi, kita wajib memperlakukan semua orang secara setara. Karena demokrasi menjamin kesetaraan hak dan kewajiban bagi seluruh penduduk.

Tetapi memang hal ini bukan hanya terjadi di kalangan orang yang berpendidikan rendah. Banyak pemimpin negara bahkan wakil ketua DPR hanya bisa nyinyir tanpa bisa memberikan solusi alternatif.

Kemajuan teknologi makin membuat orang semakin kebablasan. Democrazy kalau menurut saya bukan lagi demokrasi, kemajuan teknologi yang bisa membuat seseorang membuat profil yang anonim sering kali menjadikan seseorang berperilaku 180 derajat dibanding dengan kesehariannya. Menyebabkan lebih banyak saling memaki dibanding adu pendapat di media sosial.

Kedewasaan dalam berdemokrasi yang belum bisa diwujudkan mulai dari awal reformasi sampai sekarang. Malah semakin menurun dan mencapai puncaknya pada Pilkada DKI 2017 di mana mayat pun dipaksa ikut dalam berpolitik.

Tetapi sebenarnya semua ini bisa diperbaiki dan jika ingin Indonesia tetap menjadi NKRI hal ini harus diperbaiki. Dimulai dari para pemimpin negara yang harusnya memberikan contoh yang baik.

Pemenang yang Bijaksana

Ketika menjadi pemenang pemilu seharusnya semua daerah yang menjadi tanggung jawabnya atau yang diwakilinya tetap diperhatikan. Bukan hanya daerah yang memenangkan dirinya.

Perhatian harus diberikan secara adil, baik kepada pendukung maupun bukan.

Oposisi yang Berkelas

Ketika kalah dalam kontestasi pemilu, biarkan pemenang untuk bekerja dengan baik sambil mengawasi jika ada yang melenceng.

Selama lima tahun pemenang menjalankan pemerintahan. Jika ada yang kurang baik, berikan solusi-solusi alternatif sehingga menjadi promosi diri sebelum masa kampanye pemilu berikutnya dimulai. Rakyat akan mengingat jika solusi-solusi tersebut memang baik, apalagi jika diambil oleh pemegang kekuasaan.

Solusi-solusi ini akan menjadikan rakyat melihat kemampuan oposisi jika diberikan mandat kekuasaan. Apakah memang mampu? Jika hanya sekadar nyinyir, saya pikir hanya membuat rakyat eneg dan sebal serta menunjukkan ketidakmampuan.

Kedua hal di atas hanya contoh bagaimana seorang pemimpin bisa memberi contoh yang baik kepada masyarakat. Contoh bagaimana demokrasi dijalankan secara dewasa. Dan masih banyak tindakan lain yang bisa dilakukan untuk mewujudkan kedewasaan berdemokrasi.

Jika demokrasi dijalankan secara dewasa maka pemilu damai akan bisa terwujud.

Saya Ronald Wan

Penulis yang ikut serta dalam deklarasi penulis untuk pemilu damai bersama PepNews!

***