Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto berjoget di acara Natalan keluarga besarnya. Hal itu terekam dalam video pendek yang menyebar di media sosial pada 25 Desember 2018 lalu. Memang, momen joget Prabowo itu diunggah di instastory di akun instagram Rahayu Saraswati, putri Hashim Djojohadikusumo yang tidak lain merupakan keponakan Prabowo.
Aksi joget Prabowo itu menimbulkan banyak pertanyaan dari netizen yang cenderung dianggap merugikan citra Prabowo sebagai seorang muslim. Video yang sudah terlanjur tersebar luas itu akhirnya dihapus Sara dari akun media sosialnya.
Tim Sukses (Timses) Prabowo-Sandi pun seperti kebingungan dan mencoba untuk menjelaskan apa yang dilakukan Prabowo saat itu.
Menurut Sara, ketika Prabowo melakukan joget, lagu-lagu yang dinyanyikannya bukanlah lagu-lagu rohani yang biasa dinyanyikan umat kristiani ketika perayaan Natal. Pembelaan juga datang dari Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso, yang mengatakan Pak Prabowo hadir setelah ritual ibadah.
Prabowo Subianto memang biasa mengikuti acara Natal keluarga besarnya yang mayoritas non-Islam. Aksi joget Prabowo di acara Natal itu, tak lain dari kenangan masa lalunya ketika masih bersama keluarganya, hal yang biasa dilakukan keluarga keturunan Minahasa atau Manado di hari raya Natal.
Sekadar diketahui, Prabowo adalah anak dari Sumitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar. Ibunda Prabowo, Dora Marie bertemu pertama kali dengan Profesor Sumitro Djojohadikusumo di tahun 1945, di sebuah acara mahasiswa Kristen Indonesia di Rotterdam, Belanda. Dari sanalah mereka akhirnya saling mengenal lebih jauh.
Keduanya mengikat sebuah janji melalui pernikahan, tepatnya pada 7 Januari 1946. Mereka dikaruniai empat anak, dua orang putri dan juga dua putra, yaitu Biantiningsih Miderawati Djiwandono, Marjani Ekowati le Maistre, Prabowo Subianto Djojohadikusumo, dan Hashim Sujono Djojohadikusumo.
Kisahnya, setelah memiliki empat anak, Sumitro diasingkan karena keterlibatannya dengan PRRI/Permesta yang memberontak kepada Pemerintahan Presiden Sukarno, sehingga itulah yang membuat Prabowo dan keluarganya banyak hidup di luar negeri.
Persoalan yang membuat Timses Prabowo perlu menjelaskan bahwa Prabowo tidak ikut serta dalam ibadah yang digelar di acara Natal bersama itu, tak lain untuk tetap memperlihatkan bahwa Prabowo adalah seorang muslim.
Tidak banyak yang mengetahui sejak kapan Prabowo menjadi seorang muslim. Namun, yang pasti, ketika harus menikahi putri Presiden Soeharto Titiek Hediati, maka saat itu Prabowo sudah dipastikan beragama Islam.
Sebagai keturunan Manado, pastinya ibunda Prabowo Dora Sigar mendidik keempat anaknya sesuai agama yang dianutnya, yaitu Kristen. Karena itu pula, sang adik Hashim Djojohadikusumo merupakan salah seorang elite gereja di Indonesia.
Dua kakaknya yang awalnya Kristen, sepertinya ikut kepercayaan sayang suami yang Katolik. Nah, melihat gambaran keluarganya, setidaknya kita bisa menerka apa agama yang dianut Prabowo sejak kecil.
Karena itu, tak mengherankan jika ada sekelompok ulama yang tergabung dalam GNPF mempersoalkan keislaman Prabowo, seperti yang pernah diceritakan mantan penasehat Persaudaraan Alumni (PA) 212 Usamah Hisyam.
Tentu saja orang akan bertanya-tanya, mengingat tidak sedikit informasi yang mengatakan bahwa Mantan Danjen Kopassus ini tidak mengerti cara mengambil air wudhu, tidak bisa menjadi imam sholat. Bahkan, ada juga informasi yang mengatakan Prabowo tak pernah terlihat mengerjakan sholat Jumat.
Kalau mengacu pada UUD 1945, bahwa siapa pun bisa menjadi Presiden Republik Indonesia, tak sebutkan harus beragama Islam. Dan, tentu saja, Timses Prabowo Sandi tak perlu juga harus gundah setelah beredarnya video aksi joget Prabowo di hari Natal yang digelar keluarga besarnya.
Biarlah Prabowo mengenang masa-masa indah yang dahulu sering dilakukannya ketika merayakan Natal bersama keluarga.
Masa-masa itu tak bisa dihapus lantaran posisinya saat ini sebagai salah satu peserta Pilpres 2019.
Lantas, jika persoalannya untuk memperlihatkan ciri Prabowo sebagai muslim, perlihatkanlah semua itu melalui adab dan tata etika yang sesuai ajaran Islam.
Apa saja itu? Di antaranya tidak suka mencela atau merendahkan orang lain, berkata yang benar, dan juga menjauhi fitnah atau hoax yang memang dilarang di dalam Islam.
Dan, itu seharusnya, semua itu dilakukan sejak dahulu, sehingga kita tak lagi sempat mengenal atau mendengar namanya Tabloid Obor Rakyat, Pabrik Hoax Saracen, dan lain sebagainya.
Terima kasih dan Merdeka!
sumber:
Detik.com (26/12/2018) "Timses Jelaskan Soal Prabowo Joget di Acara Natal Keluarga"
MediaIndonesia.com (22/12/2018) "Prabowo tidak Suka Dipersoalkan Keislamannya dan Meninju Meja"
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews