Oleh : Ahmad Dzul Ilmi Muis
Mendekati Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 memang banyak potensi-potensi yang bisa saja terjadi, khususnya potensi radikalisme, politik adu domba, hingga intoleran yang berkedok agama dalam upaya memecah-belah persatuan dan kesatuan Indonesia. Untuk itu, seluruh lapisan masyarakat wajib mewaspadai potensi tersebut agar terwujudnya Pemilu 2024 yang aman, damai, dan sejahtera untuk Indonesia.
Kontestasi politik di tahun 2024 memang salah satu ajang untuk menunjukkan bagaimana nantinya masyarakat memilih calon-calon pemimpin yang lebih baik lagi untuk membawa Indonesia bergerak maju dan hasilkan generasi emas ditahun 2045 mendatang. Tentu saja dalam hal ini masyarakat Indonesia memiliki hak suara untuk memilih calon yang tepat di hati mereka.
Perbedaan pendapat boleh saja, bahkan memang itu sudah menjadi hak seluruh umat manusia untuk memiliki pendapatnya sendiri. Akan tetapi, memang ajang politik ini juga membawa bola panas yang dapat menyerang siapa saja. Oleh karenanya, warga negara Indonesia wajib untuk berhati-hati terhadap serangan bola panas yang melintas kapanpun itu.
Pesta demokrasi 2024 nantinya harus menjadi sebuah pesta bagi seluruh rakyat Indonesia karena dapat menyuarakan hak dan pendapatnya. Tentu saja, situasi yang diinginkan apalagi kalau bukan kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan antar umat manusia.
Untuk mewujudkan situasi dan kondisi tersebut sudah menjadi tugas kita seluruh masyarakat Indonesia untuk mengawal jalannya Pemilu 2024 agar terhindar dan waspada dari potensi yang mengakibatkan perpecahan. Ada banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab mulai bertebaran demi kepentingannya sendiri. Mereka para oknum yang tidak bertanggung jawab itu terkadang membawa kedok agama sebagai selimut yang bertujuan untuk melakukan upaya adu domba di tahun-tahun politik. Berbahaya bukan? Memang, hal ini sangat berbahaya.
Sebagai masyarakat yang pintar, hendaknya kita bersatu padu untuk memperhatikan dan mengecek informasi apapun yang diterima, baik secara lisan ataupun tulisan di sosial media. Seperti kata Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid yang mulai mewanti-wanti masyarakat Indonesia mulai saat ini harus waspada terhadap kemampuan dan keahlian kelompok politik khilafah yang sekiranya dapat mengembangkan lisan mereka untuk mengadu domba anak bangsa.
Bukan hanya itu saja, oknum-oknum tersebut juga bisa saja menyampaikan narasi yang berisi tentang kebencian yang dapat memecah-belah bangsa kita. Sebagai generasi penerus bangsa yang cerdas, kita harus bisa membedakan dan memilah dengan baik seluruh informasi yang ada, khususnya di media sosial.
Adapun hal-hal yang di zaman sekarang perlu diwaspadai yakni sudah bukan teror fisik lagi, melainkan teror-teror yang dibuat melalui lisan dengan narasi-narasi yang dikembangkan oleh oknum yang tak bertanggung jawab itu. Mereka sebenarnya memiliki idealisme sendiri yang bisa saja bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Terlebih lagi memang saat-saat seperti ini menjelang Pemilu 2024 mendatang, kelompok radikal dan intoleransi marak bertebaran dimana-mana berlomba-lomba untuk menunjukkan eksistensinya demi mewujudkan keinginan lain, bahkan mereka bisa saja memecah belah dengan kampanye terselubung. Untuk menghindari hal-hal yang sifatnya demikian, sebaiknya kita tingkatkan literasi, khususnya literasi digital agar terhindar dari berita hoaks yang menyesatkan.
Seperti yang sudah diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia, persatuan, toleransi, gotong-royong adalah sebuah hal yang harus dan secara wajib kita jaga. Kita menyadari di Indonesia ini banyak sekali suku, budaya, agama, ras, dan lain sebagainya, untuk itu beberapa hal di atas haruslah kita tingkatkan lagi, tidak peduli tahun politik atau dalam keadaan apapun. Persatuan dan kesatuan tetaplah nomor satu. Pasalnya, memang untuk membangun bangsa yang kokoh dan kuat, sikap-sikap seperti itu harus kita junjung tinggi. Dengan kata lain, kita semua wajib untuk menolak adanya politisasi identitas, politisasi agama, intoleran, radikalisme dan lainnya yang berpotensi untuk menghancurkan bangsa.
Selain itu juga disebutkan bahwa terdapat indikasi yang kuat bahwa adanya permainan geopolitik dalam memperebutkan pengaruh di Indonesia ini. Lalu, tujuannya apa? Tentu saja, tujuannya yakni untuk mengadu domba antarseluruh anak bangsa di Indonesia. Anak bangsa yang menyumbang suara calon pemilih terbesar di tahun 2024 mendatang haruslah pandai-pandai menyaring informasi. Bahkan, mereka juga harus membentengi diri agar tidak mudah dipengaruhi oleh bangsa asing. Bangsa kita harus bersatu dan melek untuk berhati-hati terhadap adu domba yang menjadi potensi paling menakutkan menjelang Pilpres 2024 mendatang.
Dengan demikian, masyarakat Indonesia mulai saat ini harus bersatu padu untuk mewujudkan pesta demokrasi yang aman, damai, dan sejahtera. Ibu Pertiwi tentunya akan senang jika kita semua bekerja sama untuk membangun Indonesia yang memiliki karakter yang kuat sebagai bangsa dan memegang erat persatuan dan kesatuan. Kekayaan alam dan budaya yang kita miliki juga wajib dijaga untuk mewujudkan cita-cita bangsa menuju Indonesia Emas tahun 2045 mendatang.
)* Penulis adalah alumni Fisip Unair
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews