Sekali ini, dengan 10 tahun penjara yang dijalaninya, akhirnya pelaku korupsi bisa berubah dan kapok. Sayangnya, koruptor lain di luar sana banyak yang divonis ringan.
Cukup sekali saja saya melihat dan menyimak wawancaranya di Youtube. Itu pun lebih dari dua per tiga bagian terakhirnya saya simak suaranya saja - tidak melihat wajahnya. Selanjutnya di komputer desktop di kamar - saya membuka word, mengetik ini itu, sembari beberes meja kerja, merapikan tumpukan majalah dan buku. Tapi terus mendengarkan dan menyimak dialog mereka.
Sebagai pria sejati, pria gagah perkasa, "real gentleman", dan "macho balau" - saya tidak tega dan tidak sanggup melihat wanita cantik jelita, bicara terbata bata, sembari berurai air mata.
Kalau saja... ya - kalau saja, saya yang jadi pewawancaranya, saya akan bangun dari kursi dan teriak "cut" untuk jeda atau menghentikan.
"Oke kita lanjutkan lain kali, ya? Setelah tenang, " kira kira saya akan bilang begitu ke produduser acara.
Di depan kamera Kompas TV, Rosiana Silalahi malah nampak menikmatinya. Dia menyaksikan mangsanya takluk dan menyerah.
Saya merasakan, betapa bengis dan berdarah dingin, Rosy "menjagal" narasumbernya yang sudah begitu tak berdaya ini. Anteng aja dia melancarkan pertanyaan pertanyaan super tajam - setajam silet - kepada Angie. Bahkan di awal wawancara Rosy mengecam si cantik mantan politisi dan selebriti yang baru keluar dari bui itu.
Harus diakui - berkat kebengisan Rosy - kita semua mendapat pengakuan Angelina Sondakh yang lebih utuh.
Tapi - saya tetap enggan mengambil kesimpulan. Terlalu dini dan ogah menghakimi juga. Saya hanya akan mencatat bagian bagian yang menarik saja.
POINT yang saya tangkap, pertama, nama Angelina Pinkan Sondakh begitu cantik dan bersih ketika baru terpilih sebagai Putri Indonesia 2001 dan menjadi "Duta Orangutan" yang mengantarkannya ke dunia baru; panggung politik dan gedung parlemen yang kemudian menghancurkan reputasi dan namanya.
"Selama saya bergaul dengan orangutan baik baik saja, aman aman saja - tapi setelah bergaul dengan manusia - yang saya anggap terhormat, justru saya hancur! " katanya.
"Manusia manusia" yang dianggapnya "terhormat" itu adalah politisi anggota dewan di badan anggaran (banggar) yang membuatnya harus mengatur ini itu. Dicari orang, dibutuhkan, ikut negosiasi. Dan hingga pada titik tertentu, dia jadi alat yang harus mengikuti perintah dan apa maunya boss.
"Pada zaman saya, DPR kotor sekali," ungkapnya.
Hukuman berat yang ditanggungnya, 10 tahun kurungan penjara, membuat dia menyadari dan mengakui bahwa dia korupsi dan membuatnya sadar akan kejahatannya.
"Setelah empat tahun di dalam, saya nggak bisa mengelak lagi. Saya memang koruptor, saya korupsi, saya melakukannya dan menikmatinya, " katanya. "Saya pernah memberi makan anak saya dari uang haram, " akuinya.
Kalau saja hukumannnya hanya 3 - 4 tahun - seperti koruptor lain - dia merasa tidak akan sempat merenung. Bahkan terus menyangkal ('denial') . "Merasa dikorbankan" - "saya tidak sendiri" dan dalih lainnya.
"Sebab tidak ada yang namanya korupsi sendirian. Selalu ada dorongan, kerjasama dan dukungan orang lain, " katanya.
Dengan hukuman yang dilipat-gandakan di tingkat banding Angie baru bisa menyadari kesalahannya.
"Saya terima kasih pada Pak Artidjo, akhirnya membuat saya sadar dan berubah, " katanya menyebut Hakim Agung Artidjo Alkostar (alm) yang menambah vonis untuknya.
Point ke dua, yang mengejutkan: "Ternyata makan pakai tempe dan makan di lantai juga enak, " katanya mengenang kehidupannya di balik terali besi.
ADUH BIYUNG! Wong Ayu!
Putri Indonesia, yang pernah bergelimang harta ini, harus disidang dan merasai kehidupan penjara dulu, supaya merasakan nikmatnya tempe!
Jeng Angie, ketahuilah, di rumah saya, makan tempe adalah santapan lezat dan klangenan sehari hari : pagi, siang dan malam (di bulan Ramadan ganti sore, malam dan dinihari.pen.) digoreng utuh, dilapisi tepung, kering, mendoan, dibakar, direbus, dioseng, diorek, disambal, hari hari bersama tempe.
Lha, memang enak, kok, Jeng!
Angie mengaku selama duduk di badan aggaran (bangar) dia melakukan tindakan korupsi - tapi dia tak kerja sendiri dan setelah menjadi kasus dia habis habisan. Hingga jadi penghuni penjara.
"Penjara itu tidak gratis dan segratis yang dibayangkan" katanya.
(Ya, ya. Kecuali kalau mau tidur sambil berdiri dan sekamar 6 orang! Begitu cerita keluarga para terpidana! )
Dan selain itu, Angie masih harus menghidupi keluarga dari balik bui.
Gaya hidupnya dari Putri Indonesia dan anggota dewan terhormat di banggar langsung terpelanting dan menukik, dan terjerembab begitu kerasnya, hingga sering makan di lantai, berlauk tempe.
"Sekarang saya malah jadi canggung kalau masuk hotel, kafe atau tempat mewah lainnya, " katanya terbata.
Point ke tiga, betapa mahal tebusan yang dia tanggung bagi keluarganya. Terutama anak lelakinya dari aktor Adjie Massaid, Keanu. Adji meninggal, dan orangtuanya sudah tua. Keanu tak punya siapa siapa selain dirinya.
Diungkapkannya, Keanu menghabiskan 4 jam bolak balik dari sekolah ke LP dan balik ke rumah hanya untuk menjumpai dan membesuknya, selama 5 - 10 menit saja. Dan dia harus mengambil job sebagai pembersih got, macul dan buang sampah supaya bisa keluar halaman LP untuk melihat putra kesayangannya baik baik saja.
Saya terpana dan shock juga.
Di era Google dan dasyatnya medsos, putra kesayangannya itu, tentulah dia browsing dan memahami perkara yang dihadapi ibunya, dengan predikat yang terus melekat seumur hidupnya : mantan napi kasus korupsi!
Sekali ini, dengan 10 tahun penjara yang dijalaninya, akhirnya pelaku korupsi bisa berubah dan kapok.
Sayangnya, koruptor lain di luar sana banyak yang divonis ringan. Sehingga tak ada efek jera.
Sebagai pria sejati, pria gagah perkasa, "real gentleman", dan "macho balau" - saya sungguh tidak tega dan tidak sanggup melihat wanita cantik bicara terbata bata sembari berurai air mata.
"Saya akan bekerja lagi memulai hidup baru. Biarlah kepala buat kaki, kaki buat kepala, untuk melanjutkan masa depan, demi anak dan keluarga saya, " kata Angie terbata.
Leher ini langsung tercekat mendengarnya.
Saya ingin berikan sapu tangan untuknya, menyeka airmatanya dan memeluknya.
Saya ingin memberikan pelukan terhangat untuk Angie!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews