Kebiadaban Jilid Dua

Dalam kondisi seperti ini kita harus jeli menyikapi, harus hati-hati, golongan pemburu rente makin berantai dan bermacam ragam. Ada yang mau menerkam ideologi, ada yang mau isi perut bumi.

Senin, 8 Juni 2020 | 07:46 WIB
0
333
Kebiadaban Jilid Dua
Soeharto (Foto: kompas.com)

Sampai dengan HUT ke-53 RI tahun 1998, dan 4 bulan sebelumnya tepatnya 21 Mei 1998 Soeharto dilengserkan, penguasa orba itu telah menguasai usia produktif kemerdekaan RI sebanyak 60% atau 32 tahun dari 53 tahun.

Bak melakukan incest dia memperkosa Ibu Pertiwi yang baru berusia 20 tahun 43 hari itu, kemerdekaan baru diraih dengan darah pahlawan, 20 tahun adalah republik belia yang baru tumbuh menuju kedewasaan, dia butuh nutrisi kebangsaan dan visi misi yang harus ditata sesuai budaya Nusantara.

Apa lacur setelah Soeharto berkuasa, SDA kita dikuras tuntas. Mulai dari Freeport, Exxon, hutan, laut bahkan udara diserahkan ke Singapura. Kelakuan biadab selama 32 tahun itu tidak bisa dimaafkan begitu saja, karena harta jarahan itu kini masih melekat pada anak cucunya sebagai penikmat tanpa keringat, inilah katagori bangsat pada abad 20, dan membuat Indonesia lumpuh, jalan di tempat, karena sumsumnya diembat bersama kerabat yang terlibat.

Kita lewatkan cerita yang sudah ditulis puluhan ribu halaman, yang pasti Kedutaan Amerika di Jakarta sudah membuka dokumen sebanyak 30.000 halaman yang ada korelasinya dengan sepak terjang Soeharto atas drama kemanusiaan G30S PKI, tidak ada angka pasti berapa nyawa tak berdosa yang ditebas begitu saja tanpa ada pengadilan yang sepadan.

Banyak cerita tentang hal itu, ada keraguan mendalam atas sebuah kebenaran yang dipaksakan, sampai filmpun dibuat skenario dagelan, tapi semua enggan membukanya, kita mahfum karena itu aib besar yang menyangkut eksistensi sebuah angkatan bersenjata yang terlibat didalamnya, walau mereka juga adalah korban rekayasa besar sang jendral besar.

Lengsernya Soeharto dengan warisan kerusakan mendalam dicoba dibenahi, mulai Habibie, ternyata sisa orba masih begitu digdaya, Habibie dihabisi, Gusdur digusur, Mega dikasi cipika cipiki 3 tahun, setelah itu datang penyamun baru dengan gaya baru cara lama, Indonesia masuk lagi pada cengkeraman Srigala. Nyaris presisi gayanya, memerintah dengan mengandalkan subisidi.

Puluhan bendungan rusak menguntungkan tengkulak pangan, sekaligus merentankan ketahanan pangan sampai sekarang negeri yang luasnya begini, bawang merah saja impor dari Cina. Rencana listrik 35.000 MW tinggal cerita karena pada 32 lokasi yang disepakati dan negara sudah mendanai, tapi hasilnya besi tua yang tersisa di sana. Untung saja hanya 10 tahun dia berkuasa, kalau lama Indonesia bisa lenyap dari peta dunia.

Kini dari tangan dan pikiran orang-orang celaka dan durhaka kepada negara, hantu orba akan diwujudkan kembali, bermula dari 2014 saat pilpres muncul poster dimana-mana dengan gambar Soeharto dan tulisan *enak jamanku tho*. Betapa bejatnya pikiran itu, betapa nistanya menggali bangkai terpendam. Dan begitu jelas mereka mengatakan bahwa ideologi mereka adalah Soeharto.

Sejak Jokowi memimpin mereka tidak surut membuat carut marut, isu PKI hadir lagi, antek Cina, presiden plonga plongo, bahasa Inggrisnya kalah dengan Almira, rakyat tidak makan aspal, dan sekarang berusaha terang-terangan di tengah covid sedang menyerang mereka bicara pemakzulan dengan alasan yang bukan-bukan, gak mau lokdon salah, PSBB salah, new normal salah, bahkan Arab Saudi yang membatalkan haji Jokowi yang dimaki-maki.

Boni Hargens jelas sudah menunjuk hidung DS dkk akan melakukan kudeta di tengah wabah dan nafas kita terengah, ada deretan nama di belakangnya yang sudah myata.

Kenapa Jokowi diam saja aja, iya Jokowi adalah tipikal pemimpin yang tak mau ribut, tapi kerjanya ngebut. Dia menganggap mereka masih dibutuhkan agar kita selalu waspada bahwa musuh masih tetap ada, lagian tak pantas Singa meladeni Srigala, beda kelas dan kualitas.

Ingat ya di antara mereka kita sudah tau rekam jejaknya, ada yang masuk daftar teroris, ada yang gendut karena korupsi, ada yang menarget ganti ideologi, ada budayawan berprilaku bak hewan, ada yang ngaku ustad kelakuan bejat, dan banyak juga yang cuma urusan uang pulsa dan sepiring nasi. Kelompok terakhir ini hanya remah, namun bahayanya mereka adalah anak muda yang jumlahnya +/- 129 juta dan kelak memimpin Indonesia, kalau pikiran mereka dijejali sampah yang menyimpang dari ideologi, ini berbahaya.

Tugas kita adalah meluruskan pikiran yang terlanjur diarahkan kepada yang bukan-bukan. Kita harus jadi influencer kebaikan di tengah hantaman kebejatan yang dianggap kebenaran. Kita harus waspada kalau lengah kita bakal dikunyah kebiadaban jilid dua, dan Indonesia pasti pecah.

Dalam kondisi seperti ini kita harus jeli menyikapi, harus hati-hati, golongan pemburu rente ini makin berantai dan bermacam ragam. Ada yang mau menerkam ideologi, ada yang mau isi perut bumi, dst, sesuai kebiasaan lamanya, menjadikan Indonesia terlunta-lunta.

Dari itu kita harus sigap tidak boleh gagap. Kuatkan ideologi Pancasila dengan membumikannya pada sendi kehidupan kita. Pesan Pak Jokowi bahwa semua aktifitas kita ruhnya harus Pancasila, karena darinya lahirlah Indonesia, iya ....

Indonesia adalah Pancasila dan Pancasila adalah Indonesia.

***