Ahmad Riza Patria Jadi Pendamping Anies Baswedan

Bagi sebagian pendukung PKS ini terlihat militan, tapi bagi para pengamat politik ini adalah kekonyolan dan bisa jadi akan berbuah bencana 2024 buat PKS.

Selasa, 7 April 2020 | 19:25 WIB
0
390
Ahmad Riza Patria Jadi Pendamping Anies Baswedan
Ahmad Riza Patria (Foto: Detik.com)

Selamat bekerja buat Pak Ariza (Ahmad Riza Patria) yang sudah diamanahkan mendampingi Pak Anies Baswedan.

Sejak tahun lalu saya sudah tulis di medsos, bahwa Ariza akan menang mutlak dalam pemilihan Wagub DKI.

Di sana sudah saya jelaskan, bahwa Ariza lebih cocok, lebih selevel, lebih elit, dan lebih punya banyak pengalaman. Baik politik maupun profesional.

Di sana juga sudah pernah saya jelaskan, bahwa PKS gak punya teman dalam politik. Teman dalam arti teman sama tinggi sama wibawa.

Kalau pun PKS punya teman, itu hanya teman yang sedang memanfaatkan kepoloson dan keluguan PKS. Cek saja di semua Pilkada.

Tahun lalu saya juga sudah tulis. Bahwa kekalahan PKS di pemilihan wagub DKI lebih karena PKS terisolir sendirian. Tidak ada teman yang mau benar benar mau sama PKS, apalagi butuh PKS.

Saya sudah menyebutkan sejak awal, bahwa semua kekuatan politik di DKI berdiri di belakang Ariza dan tidak suka dengan PKS.

Mulai dari Blok Prestiyo Marsudi, Blok Pak Muallif, Blok Hasbiyallah Ilyas, Blok Belly Bilalussalam, Blok Tri Yulianto dan seterusnya. Semua gak ada yang mau temenan sama PKS.

Saya hafal betul blok-blok ini di DKI. Mereka adalah kekuatan ril di masyarakat.

Makanya wajar, dalam voting kemarin PKS kalah telak. Hanya dapat 17 suara. Padahal kursi PKS 16. Artinya 1 suara pendukung luar dari 90 kursi lain selain PKS. Gak punya teman sama sekali.

Bagi sebagian pendukung PKS ini terlihat militan, tapi bagi para pengamat politik ini adalah kekonyolan dan bisa jadi akan berbuah bencana 2024 buat PKS.

Saya ingat, tokoh PKS Hidayat Nur Wahid sehari setelah pileg 2019 lalu menulis twet bahwa PKS menguasai kursi DPRD DKI. Terlalu semangat tanpa data dan analisa adalah ciri khas PKS.

Tapi pada akhirnya klaim Hidayat tadi terbantahkan, PKS hanya menduduki posisi ke-3 di Kebon Sirih. Militan model begini memang jadi ciri khas PKS yang gak masuk nalar demokrasi sama sekali.

Saya menyarankan kepada semua kader dan stakeholder partai Gelora agar mengambil banyak pelajaran dari berbagai event politik termasuk di DKI.

Bertemanlah dengan semua orang, belajarlah ilmu komunikasi yang baik untuk merangkul banyak orang siapapun dan apapun partainya.

Jangan cari musuh dan merasa paling suci. Sejatinya kita sangat lemah, kita belum baik, masih jauh dari kelas negarawan, dan kita jangan membohongi diri sendiri. Carilah teman sebanyak banyaknya.

Belajarlah berkolaborasi, mengalahkan ego demi negara, karena disana masih ada 92% pasar politik selain PKS yang bisa kita rebut kedepan.

Kita jangan sibuk mengurus komunitas marginal 8%an yang pada pemilu berikutnya bisa jadi kaum marginal 5%.

Sayaratnya satu. Teruslah berbenah menjadi lebih baik dalam ramai atau sepi. Jangan pernah teriak teriak paling baik.

Teruslah mempersiapkan diri dan bangun jaringan partai yang kokoh diluar kaum marginal tersebut.

Rebutlah pasar besar diluar disana yang justru lebih cerdas, lebih welcome, lebih open minded, dan lebih paham demokrasi.

Ketimbang kalian sibuk mengurus kaum marginal dalam politik yang jumlah gosipnya lebih banyak daripada jumlah kursinya.

***