Desain "Zero Opposition"

Oposisi itu adalah posisi terhormat dengan tugas ekstra berat, bagaimana mau mengaku oposisi kalau daya tawarnya lemah dan hanya memperoleh makanan sisa?

Jumat, 11 Oktober 2019 | 06:01 WIB
0
309
Desain "Zero Opposition"
Fahri Hamzah dan Fadli Zon (Foto: tribunnews.com)

Untuk periode 2019-2024, oposisi politik clear sudah gak ada.

Semua desain ini sudah disusun rapi penguasa sejak awal bahkan sejak mereka yakin menang periode ke-2.

Dalam konstitusi kita memang tidak ada desain oposisi, yang ada hanya mereka yang vokal kepada penguasa secara normal dalam perjalanan politik dan proses politik.

Gerindra misalkan, sekarang sudah 100% jadi bagian penguasa, kalau mereka teriak oposisi, ini hanya cari simpati, padahal kalau saja mereka bisa, mereka mau borong semua kursi.

Orang paling vokal di Gerindra selama ini yakni Fadli Zon juga sudah berhasil disingkirkan, posisi Fadli saat ini diganti oleh orangnya prabowo yang lebih lunak dan taat kepada Jokowi: Sufmi Dasco Ahmad.

Satu lagi tokoh vokal yakni Fahri Hamzah juga sudah clear, karena Fahri sudah pensiun tanpa harus capek capek digeser geser oleh penguasa.

Saat ini nyaris semua sudah dapat jatah kekuasaan, begitu juga PKS dan PAN. Kalau mereka masih juga teriak teriak oposisi, sekali lagi ini hanya langkah cari simpati rakyat untuk menuai untung pada pemilu 2024.

Memang negara kita agak lucu, ada partai yang masuk istana, dapat jatah semua deal deal politik, tapi didepan rakyat teriak teriak oposisi. Aneh bin ajaib.

Di negara maju, partai oposisi itu jelas sekali agenda kontra nya dengan penguasa, dan mereka memang punya infrastruktur dan suprastruktur yang memadai untuk menekan rezim penguasa. Di indonesia. Oposisi cuma modal teriak dan modal pencitraan.

Di inggris baru baru ini contoh nya, PM Boris Johnson baru saja ditekan habis habisan oleh oposisi dalam isu Brexit, sampai sampai PM Inggris dipanggil oleh ratu elizabeth karena terancam legitimasinya di panggung politik nasional akibat tekanan keras oposisi. Ini baru praktek oposisi yang benar namanya. Bukan model oposisi di indonesia. Cuma modal ngaku ngaku.

Semua lini kekuasaan saat ini dikuasai penguasa dengan menganeksasi semua lawan, dan semua lawan saat ini sudah bertekuk lutut di kaki eksekutif, apakah masih ada yang percaya kepada mereka yang terus teriak: kami oposisi?

Semua deal dealan politik saat ini sudah dibagi rata kepada semua partai politik tanpa kecuali, baik di DPR, MPR, DPD, Bahkan juga sudah sampai pada pembahasan kursi menteri, tinggal siapa yang paling kuat posisi tawarnya nanti.

Jadi kalau setelah ini masih ada yang teriak oposisi, itu omong kosong dan basa basi politik. Kalau saja nanti ada partai yang gak dapat jatah kursi menteri, itu bukan berarti dia adalah oposisi, ini murni soal daya tawar partainya yang rendah akibat perolehan suara yang masuk kategori papan bawah sehingga memang pantas hanya dapat kursi kursi sisa hasil belas kasihan penguasa.

Ingat hasil belas kasihan itu bukan bermakna oposisi. Itu hanya jatah yang wajar bagi entitas marginal. Politik memang kejam mau apalagi. Saat daya tawar lemah maka hanya akan kebagian makanan sisa.

Oposisi itu adalah posisi terhormat dengan tugas ekstra berat, bagaimana mau mengaku oposisi kalau daya tawarnya lemah dan hanya memperoleh makanan sisa? Itu tentu bukan ciri ciri oposisi.

Tengku Zulkifli Usman, Analis Politik.

***