Yang jelas Jokowi-Ma'ruf bukanlah pemimpin kafir, dan peristiwa itu sama sekali gak ada kaitannya dengan kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf.
Saya tidak dapat membayangkan jika Pengurus dan Jama'ah mesjid memberikan reaksi yang negatif, terhadap seorang wanita yang membawa Anjing memasuki mesjid, dan menginjak karpet mesjid dengan alas kaki.
Untungnya kejadian tersebut di Mesjid Al Munawaroh, Sentul, yang Pengurus dan Jama'ahnya merespon masih dengan etika yang baik, masih mau menyerahkan persoalan tersebut ke pihak yang berwenang secara hukum.
Memang dalam situasi sekarang ini kita harus waspada dalam merespon segala hal, yang sekiranya memiliki implikasi terhadap perpecahan bangsa. Dalam sebuah peristiwa seperti itu harus bisa dicermati dari berbagai sudut.
Secara positif hal tersebut harus disikapi umat Islam secara baik, tidak terprovokasi oleh sentimen agama. Anggaplah umat Islam sedang diuji kesabarannya, agar tetap mengedepankan Akhalak Nabi dalam menyelesaikan setiap persoalan.
Seperti diriwayatkan, Rasulullah Shallallhu'alaihi wa Sallam pernah diuji oleh prilaku seorang Arab Badui yang kencing di Salah satu sudut Mesjidnya.
"Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata, Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintah para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami." (HR. Bukhari no. 221 dan Muslim no. 284)
Baca Juga: Bijak Menyikapi Kasus Wanita Menerobos Masjid di Bogor
Akhlak Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam memberikan teladan yang baik dalam menyelesaikan hal seperti itu, sebagai umat Nabi, tentunya teladan tersebut patutlah kita praktikkan dalam kehidupan. Apa yang dilakukan Pembina Yayasan Al-Munawaroh Sentul, KH Abah Raodl Bahar Bakry, adalah tindakan yang bijak dan sangat cermat, dan bagian dari meneladani akhlak Nabi.
“Kami memproses hukum bukan karena berlainan agama dengan kami, bukan karena katoliknya tetapi perilakunya yang melanggar hukum. Saya sudah mendengar dari tim hukum ada tindakan yang bertentangan dengan hukum. Pertama, masuk ke dalam masjid tanpa membuka alas kaki. Kemudian membawa anjing. Ini penistaan. Kemudian fitnah. Seolah-olah kami menikahkan suaminya. Kemudian yang ketiga memukul salah satu keamanan disini. Bibirnya pecah dan giginya mau copot. Maka kami serahkan ke tim advokat,” tegas Abah.
Dalam mencermati kasus tersebut Abah sangat hati-hati, dan beliau sadar betul kalau itu bukan sebuah peristiwa biasa tanpa kejanggalan. Begitulah sejatinya sikap umat Islam yang masih ingin menjaga Persatuan dan kesatuan Bangsa.
Dia juga mengimbau masyarakat waspada akan adanya pihak ketiga yang ingin memecah belah antar umat beragama yang menggunakan masjid sebagai alat perpecahan.
“Saya tidak tahu suami wanita itu. Waspada juga kalau ada orang datang ke masjid tidak jelas. Wanita itu juga katanya warga Sentul. Tapi ada juga alamat di Cibinong,” kata Abah.
Jadi kalau mengaitkan kasus tersebut dengan kepemimpinan saat ini, apa lagi mengatakan dibawah kepemimpinan kafir, jelas tidak ada relevansinya. Yang jelas Jokowi-Ma'ruf bukanlah pemimpin kafir, dan peristiwa itu sama sekali gak ada kaitannya dengan kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf.
Narasi provokatif seperti itu haruslah disikapi dengan nalar yang baik, bukan dengan sentimen dan kebencian terhadap pemimpin yang memenangi Pilpres. Antara peristiwa tersebut dengan kepemimpinan yang belum bekerja Sama sekali, jelas tidak bisa dikaitkan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews