Persoalan agama atau keyakinan seseorang merupakan hal yang paling pribadi, yang hanya dirinya dan Tuhan saja yang paling mengetahui. Namun, bukan berarti segalanya tertutup untuk diketahui, apalagi jika itu menyangkut sosok seseorang yang mengikuti kontestasi Pilpres di negeri ini. Tak ada lagi yang harus ditutup-tutupi, itulah konsekuensi jika ingin menjadi pejabat publik.
Hingga saat ini, penulis juga mengakui belum menemukan informasi yang menyatakan bahwa calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto benar-benar sudah beragama Islam sebelum dirinya menikahi putri Presiden kedua RI Soeharto, yakni Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto.
Hal ini juga menjadi pemahaman banyak orang, sehingga penulis pun menganggap sejak kecil Prabowo Subianto, mengikuti agama dan keyakinan yang dianut ibunya Dora Marie Sigar dan keluarga besarnya di Manado, yang mayoritas Kristen.
Penulis meyakini hal tersebut, lantaran dua kakak Prabowo, yakni Biantiningsih Miderawati Djiwandono (istri Soedradjad Djiwandono) dan Marjani Ekowati le Maistre, serta adiknya Hashim Djojohadikusumo sejak anak-anak hingga saat ini bukanlah penganut Islam.
Oleh karena itu, Penulis menyangsikan jika Prabowo sudah menjadi muslim sejak kecil, karena sang ayah pun sepertinya lebih banyak disibukan dengan aktivitas politiknya,yang memungkinkan segala urusan anak-anaknya diserahkan sepenuhnya kepada sang istri, ibu dari Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
Terlebih lagi, sejak tahun 1957, adanya konflik politik antara Sumitro Djojohadikusumo dengan Pemerintahan Presiden Sukarno, dimana saat itu usia Prabowo sekitar 6 tahunan. Konflik ini membuat Sumitro, istri dan keempat anaknya menghindari pengejaran pihak Pemerintahan Sukarno. Itulah salah satu alasan yang membuat Prabowo bersama saudara-saudaranya banyak menghabiskan masa kecilnya di luar negeri.
Siapakah Dora Marie Sigar? Dialah ibunda Prabowo Subianto. Wanita penganut Kristen, berdarah Manado-Jerman ini berasal dari Manado. Ayah Dora bernama Philip FL Sigar, dan ibunya bernama N. Maengkom. Ayah Dora diketahui merupakan seorang anggota Gementeraad Manado (1920-1922) dan pejabat Sekretaris Residen (Gewestelijk Secretaris) Manado (1922-1924), yang juga putra dari Laurents A Sigar dan E. Aling. Kakek Dora ini merupakan Majoor/Hukum Besar (1870-1884) di Manado.
Salah satu nenek moyang Dora Sigar adalah Benyamin Thomas Sigar (Tawaijln Sigar), yang dikenal juga dengan kapitein atau pemimpin pasukan Tulungan atau Hulptroepen (pasukan bantuan) yang dikontrak pemerintah Hindia Belanda untuk membantu dalam Perang Jawa (1825-1830), termasuk sosok yang diduga menangkap Pangeran Diponegoro.
Dora menempuh pendidikannya hingga ke negeri Belanda. Di negeri kincir angin itu pula Dora menemukan jodohnya, Soemitro Djojohadikusumo yang telah lulus sebagai doktor ilmu ekonomi dari Sekolah Tinggi Ekonomi Rotterdam. Keduanya menikah tepat tanggal 7 Januari 1946.
Dari hasil pernikahannya, lahirlah empat orang anak, yaitu Biantiningsih Miderawati Djiwandono, Marjani Ekowati le Maistre, Prabowo Subianto Djojohadikusumo, dan Hashim Sujono Djojohadikusumo. Soemitro dan Dora memang berasal dari latar budaya dan keyakinan berbeda
Lantas bagaimana dengan Prabowo Subianto?
Bagi Prabowo, ibunya Dora Sigar merupakan wanita yang paling dikaguminya. Bahkan, demi mengenang kasih sayang dan juga segala jasa sang ibunda, Prabowo merencanakan membangun akademi keperawatan dengan nama Dora Marie Sigar, jika dirinya tak lagi berpolitik.
Dengan didikan dan asuhan seorang ibu yang begitu taat dengan agamanya, Prabowo sepertinya juga dididik agama seperti halnya dua kakak dan adiknya.
Dengan demikian, jika hari ini kita mengetahui bahwa ternyata Prabowo memiliki keyakinan yang berbeda dengan ibu dan saudara-saudaranya, bukan berarti Prabowo mengikuti keyakinan ayahnya yang muslim.
Ketika itu yang menjadi guru mengaji Prabowo adalah Ustad Sambo. Ustad Sambo pun bercerita bagaimana proses belajar Al-Quran Prabowo dengan dirinya.
"Waktu itu belajar baca Iqro walaupun belum sampai Al-Quran, tapi sudah bisa kalimat sambung. Belajar mengajinya sekitar 8 bulanan, kira-kira sampai 20 kali pertemuan dan itu intens," jelas Sambo.
Itulah sedikit gambaran mengenai keislaman calon presiden nomor urut 02 ini, yang memang tak begitu banyak diketahui masyarakat, karena yang bersangkutan pun tidak pernah menceritakan segalanya di depan publik.
Salam dan terima kasih!
***
sumber:
sebelumnya dimuat di Kompasiana.com
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews