Kepada Gubernur Khofifah, Waspadai Operasi Yohanes!

Sabtu, 23 Maret 2019 | 02:12 WIB
1
1600
Kepada Gubernur Khofifah, Waspadai Operasi Yohanes!
Yohanes Jahja, nomor tiga dari kanan, Ketua Yayasan Yohanes IMO, sudah ada di lingkaran orang dekat Gubernur Khofifah. (Foto: Istimewa).

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa harus mulai hati-hati dalam memilih orang-orang yang ada di sekitarnya. Apalagi, Yohanes Jahja, Ketua Yayasan Yohanes IMO yang telah menipu 9 mahasiswa dan Pemkot Gunungsitoli, Sumatera Utara.

“Orang ini berbahaya, saya yakin dia sudah jual (nama Gubernur) ke mana-mana,” ungkap sumber Pepnews.com di Istana. Apalagi, saat Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko bertemu dengan Gubernur Khofifah, Yohannes turut di dalamnya.

Jejak digital news telah mencatatnya. Melansir BeritaHUKUM.com, Sabtu (16 Feb 2013 12:37:34), sebanyak 9 mahasiswa asal Kepulauan Nias dijanjikan mendapat beasiswa ke sebuah universitas di Amerika Serikat oleh Yayasan Yohanes IMO.

Kala itu, kondisinya sangat memprihatinkan. Mereka terpaksa bekerja serabutan di Jakarta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beruntung, ada seorang warga Jakarta asal Nias, Hermawi Taslim, menemukan mereka, dan berusaha membantu.

“Sebulan lalu saya dihubungi Bang Taslim tentang kondisi mahasiswa asal Nias yang kuliah di Universitas Atmajaya,” ungkap Ester Telaumbanua, Ketua Yayasan Tatuhini Nias Bangkit, Kamis (14/2/2013).

Ke-9 mahasiswa itu rencananya akan dikirim ke Washington Adventist University, USA, oleh Johanes IMO Education Foundation, pimpinan Ir. Yohanes Jahya, MSc. “Informasi yang saya peroleh, sebelum ke Amerika, oleh yayasan mereka dilatih dan dididik di Universitas Atmajaya, Jakarta,” katanya.

Pengakuan seorang mahasiswa, saat Walikota Gunungsitoli Martinus Lase, didampingi Kadis Pendidikan dan seorang anggota DPRD berkunjung ke Jakarta, tapi karena ketiadaan akses, mereka tidak bisa memberitahu kepada Pemkot Gunungsitoli.

Selain menjanjikan beasiswa 9 mahasiswa Nias itu, Yayasan Yohanes IMO diduga menipu Pemkot Gunungsitoli, Sumatera Utara.

Dugaan penipuan itu diantaranya, program pembangunan rumah panti rehabilitasi narkoba, pembangunan perumahan PNS, dan pelatihan sekitar 700 guru dengan menggunakan dana Pemkot Kota Gunungsitoli senilai Rp 3,5 miliar.

Seorang staf Kantor Walikota Gunungsitoli mengungkapkan bahwa yang mengetahui persis kerjasama Pemkot dengan Yayasan Imo adalah Kepala BKD Gunungsitoli Theodore Hulu, ”Lebih jelas tanya Kepala BKD, dia yang berhubungan dengan Yayasan IMO,” ujarnya.

Karena kasus itu, masyarakat setempat sempat menilai Pemkot Gunungsitoli sangat bobrok. Sehingga, masyarakat kepulauan Nias dan di luar Nias kala itu merasa geram. Seperti dana APBD Kota Gunungsitoli 2012 yang diduga diembat Yohanes IMO Rp 3,5 miliar itu.

Padahal, dana itu diperuntukkan guna meningkatkan SDM para Guru. Namun, kenyataannya kegiatan yang dikelola BKD Kota Gunungsitoli tersebut tak ada wujudnya, dengan kata lain, hanya sebatas menghambur-hamburkan uang negara.

Anehnya dalam pengelolaan dana itu, Pemkot Gunungsitoli melalui BKD telah menyetorkan dana Rp3,5 milliar ke rekening Yohanes IMO, padahal berdasarkan kontraknya dana sebesar Rp 3,5 milliar akan dibagikan kepada 100 orang guru yang mengikuti Diklat di Jakarta.

Tapi, setelah dikonfirmasi kepada sejumlah guru yang mengikuti Diklat, mereka mengaku sama sekali belum ada menerima uang pada saat mengikuti Diklat, karena Pemkotlah yang berhubungan langsung dengan Yohanes IMO melalui Lembaga Diklat miliknya.

Yang membawa dan mengenalkan Yohanes IMO di Pemkot Gunungsitoli adalah Walikota Gunungsitoli Martinus Lase sendiri. Yohanes Jahja adalah salah seorang Investor terbesar yang menjalin kerjasama dengan Pemkot Gunungsitoli.

Tapi, kenyataannya hingga saat ini, Yohanes adalah penipu dan pembohong, terbukti dengan sejumlah kerjasama yang telah terjalin antara Pemkot dengan Yohanes IMO sama sekali tidak berdampak positif.

Yang terjadi justru merugikan Pemkot dan warga Gunungsitoli, seperti halnya perumahan yang berada di Desa Olora yang juga sampai saat ini Yohanes IMO berhutang kepada warga Desa Olora miliaran rupiah.

Sepak terjang Yohanes IMO dalam mengelabui Martinus Lase, sungguh luar biasa, namun yang menjadi pertanyaan masyarakat apakah benar seorang Walikota bisa tertipu ataukah kemungkinan ada kerjasama antara Walikota dengan Yohanes IMO pada saat itu.

Dugaan ini mencuat karena raibnya anggaran APBD Gunungsitoli Rp3,5 miliar itu, terkesan didiamkan oleh sang Walikota. Masyarakat Gunungsitoli sendiri bertekad akan melaporkan Yayasan Yohanes IMO ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Ironisnya kabar terakhir, Ketua Yayasan Yohanes IMO itu kini ada di lingkaran Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. “Pertanyaan kami para hantu, dia akan menipu Khofifah seperti yang dialami Pemkot Gunungsitoli itu?” ungkap sumber Pepnews.com.

“Ataukah tengah melakukan rekayasa politik untuk calon walikota Surabaya yang akan berlangsung pada tahun 2020 mendatang,” lanjutnya.

Sebagai warning, sudah saatnya Gubernur Khofifah untuk menyadari diri. Hindari jebakan politik yang mulai menggurita di sekitarnya. Sementara itu, sangat baik jika para korban penipuan Yayasan Yohanes IMO melakukan gugatan hukum secepatnya.

Dorong Gus Hans

Kabarnya, Yohanes Jahya sekarang ini gandeng-renteng dengan KH Zahrul Azhar As’ad alias Gus Hans, Pimpinan Pondok Pesantren Queen Al – Azhar Darul Ulum Jombang, saat Pilkada Jatim 2018 dikenal sebagai Jubir paslon Khofifah – Emil Dardak.

Konon, Gus Hans inilah yang “dipersiapkan” Yohanes Jahja untuk calon walikota Surabaya pada Pilkada Kota Surabaya 2020 mendatang. “Yohanes Jahja itu yang mendorong agar Gus Hans nantinya maju Pilkada Kota Surabaya,” ungkap sumber yang lain.

Keduanya bersama Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Jatim akan mengadakan program dengan tajuk “Football For Peace Jawa Timur 2019” di Surabaya dan Jombang bekerja sama dengan PT Pilar Bangun Sentosa dan ID.SPORTS Management.

Melansir Kompas.com, Jum’at (15/03/2019), program tersebut digelar agar para generasi milenial bisa belajar banyak tentang karakter, menghargai nilai-nilai, menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika, dan juga bisa menjadi pemimpin di lingkungannya.

Program yang diketuai Gus Hans yang juga Wakil Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang tersebut berlangsung Minggu, 24-27 Maret 2019 di lapangan KONI Kertajaya, Surabaya.

Gubernur Khofifah akan terlibat dalam acara tersebut. Dia bakal memberikan Giving Balls kepada 100 anak-anak di Jatim. Setelah itu, akan diadakan pelatihan (coaching clinic) bagi siswa-siswa sekolah, guru-guru olahraga, dan orang tua siswa sebanyak 100 orang.

Acara Football For Peace Jatim ini dilanjutkan pada 1-4 April 2019 di lapangan sepak bola Universitas Pesantran Tinggi Darul Ulum dengan program berupa pelatihan bagi 100 santri di ponpes tersebut kemudian dilanjutkan dengan “Festival Sepak Bola Sarung”.

Jika melihat program dengan tajuk yang digelar itu, tampaknya ada kesan politik yang sering dilontarkan paslon tertentu dalam Pilpres 2019. Sebagai warga Jatim, saya sarankan kepada Gubernur Khofifah sebaiknya gelaran tersebut ditunda setelah Pilpres 2019.

Acara-acara “beraroma” kampanye terselubung seperti itu segera saja dibatalkan atau ditunda setelah gelaran Pilpres 2019. Apalagi, mantan Ketum DPP PPP Romahurmuziy alias Romy di KPK mulai membawa-bawa nama Gubernur Khofifah dalam keterangannya.

Supaya tak kena “Jebakan Batman”, Gubernur Khofifah harus “jauhi” Yohanes Jahja. Sebab, dia masih punya masalah dengan warga dan Pemkot Gunungsitoli. Jangan sampai, Gubernur Khofifah diplokoto juga oleh Yohanes Jahja. Apalagi sempat ikut rapat segala.

Kepada aparat Polri sendiri, sebaiknya kasus Rp 3,5 miliar APBD Gunungsitoli 2012 yang diduga diembat Yayasan Yohanes IMO itu segera diusut dan diproses hukum sebagaimana mestinya, karena kasus itu pernah tersebar luas di media massa dan masyarakat.

Bukan tidak mungkin, jika Gubernur Khofifah memberi peluang masuk untuk menggarap proyek-proyek pembangunan di Jatim, Yohanes Jahja akan melakukan modus yang sama dengan ketika dia “bermain” di Pemkot Gunungsitoli, ta’iye?!

Waspadalah!

***