Capres nomor 02 Prabowo Subianto jauh sebelum masa kampanye sering berteriak dan menuduh "kekayaan alam Indonesia" dikuasai oleh segelinter elite atau hanya 1% dari total penduduk.
Bahkan narasi itu ia kumandangkan dari panggung atau mimbar satu ke panggung atau mimbar lainnya di hadapan pendukung setianya. Dan kekayaan atau uangnya dibawa atau dilarikan ke luar negeri. Jargon-jargon seperti itu ia hembuskan di seluruh penjuru mata angin.
Bahkan, Prabowo Subianto seakan memakai tameng pasal 33 UUD 1945 untuk mendukung argumentasinya. Pasal itu berisi: Bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Sebenarnya, siapakah segelintir elite yang dimaksud Prabowo yang menguasai kekakayaan alam Indonesia atau hanya dikuasai tidak kurang dari 1% penduduk? Jawabnya: ternyata dirinya sendiri, Prabowo itu sendiri!
Dan itu terjawab dalam debat kedua.
Dalam debat kedua, Prabowo Subianto seakan terkena pukulan telak oleh petahana atau Jokowi. Bahkan akibat pukulan telak itu, Prabowo limbung dan kehilangan kosentrasi dan berakibat jawabannya tidak tertata untuk mengatakan tidak 'ga nyambung'.
Pukulan telak itu berupa konsesi lahan di Kalimantan dan Aceh yang dikuasai oleh perusahaan Prabowo yang jumlahnya mencapai ratusan ribu hektar. Dan orang yang menguasai konsesi lahan seperti Prabowo itu jumlahnya mencapai ribuan orang.
Itulah segelintir-segelinter elite yang menguasai sumber daya atau kekayaan alam negeri ini. Dan itu mereka peroleh sejak masa pemerintahan Soeharto.
Pukulan telak petahana itu membuat Prabowo di panggung debat tersenyum kecut. Apalagi selama ini ia menuduh dan berteriak-teriak kekayaan alam dikuasai oleh segelinter elite. Bahkan di akhir debat atau pernyataan sebagai penutup, Prabowo mengakuinya apa yang dikatakan oleh Jokowi.
Seakan membela diri, daripada dikuasai oleh asing lebih baik dikuasai dirinya. Ini sama saja keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya. Sami mawon atau sama saja.
Bahkan Irwandi Yusuf sebagai gubernur Aceh sehabis sidang Tipikor membenarkan perusahaan Prabowo beroperasi di Aceh mencapai ratusan ribu hektar. Menurut Irwandi Yusuf perusahaan atau pabrik Prabowo bermasalah. Pohon pinus ditebangi tapi tidak ditanami lagi. Perusahaan itu bergerak di bidang pabrik kertas.
"Jadi memang terjadi penebangan tapi minim penanaman," kata Irwandi.
Irwandi Yusuf juga menjelaskan permasalahan perusahaan Prabowo atau pabriknya.
"Sudah bermasalah, pabriknya bermasalah, hutannya bermasalah, masa aku masih ada penebangan-penebangan pinus," kata Irwandi.
Karena bermasalah, maka waktu mengajukan izin perpanjangan Irwandi Yusuf tidak mau meneken izin perpanjangan itu.
Seorang yang mengaku nasionalis bisa jadi seperti musang berbulu domba.
Waspadalah, waspadalah...!!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews