Kebencian pada Jokowi

Sabtu, 8 Desember 2018 | 07:54 WIB
0
1042
Kebencian pada Jokowi
Presiden RI Joko Widodo (Foto: Agus Suparto/fotografer pribadi Presiden RI)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [Q.S. Al-Baqarah : 216]

”Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.Sukakah salah seorang diantara kamu, memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.Dan bertakwalah kepada Allah Tuhan Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [QS.Al-Hujuraat :12]

Saya mengenal beberapa orang yang membenci Jokowi, Presiden RI, dalam tingkat yang mengerikan. Mengapa? Karena seolah sisa hidupnya didedikasikannya untuk memuntahkan segala bentuk kebenciannya pada Jokowi dalam media sosialnya mau pun dalam kehidupan sehari-harinya.

Meski pun ia tidak pernah bertemu apalagi mengenal Jokowi secara langsung tapi kebenciannya bisa melewati ubun-ubunnya. Sungguh mengherankan... 

Tidak ada setitik pun kebaikan Jokowi di matanya. Mungkin baginya Jokowi lebih bejat ketimbang Abu Jahal. Fakta bahwa Jokowi adalah muslim yang lebih taat darinya tidak ada artinya baginya.

Berbagai macam caci maki, olok-olok, sumpah serapah, fitnah, doa buruk, dan berbagai ekspresi jijik dilontarkannya secara terus menerus di media sosialnya. Dan, naudzubillahi min dzalik, dia menganggap itu semua sebagai jihad fi sabilillah untuk membela agama (dia muslim sejak lahir).

Berbagai upaya saya lakukan untuk mengingatkannya agar tidak berlebihan dalam membenci dan apalagi melontarkan caci maki dan olok-olok pada pemimpin. Tapi saya malah disuruh bercermin...! 

Berbagai ayat dan anjuran dalam kitab suci serta video dari para ustadz yang saya kirimkan dengan harapan agar bisa melembutkan hatinya mental semua.

Akhirnya saya sadar bahwa tidak ada gunanya mencoba untuk mengingatkan.

Upaya terakhir saya adalah mendoakannya saja. Semoga Allah berkenan mencabut kebencian dan dendam yang ada di dalam hatinya dan melembutkan hatinya seperti sebelum adanya pilpres ini.

Pada akhirnya memang hanya Allah yang bisa mencabut kemarahan dan kebencian yang bersarang di dada kita. Itu pun jika kita benar-benar berupaya untuk menghilangkannya.

Semoga kita semua terhindar dari memelihara benci dan dendam dalam hati kita. Amin!

“Manusia akan tetap berada di dalam kebaikan selama dia tidak mempunyai rasa benci.”
(HR. Thabrani)

***