Kalau dikilas balik ke belakang, perihal Ijtima' GNPF, ketika pemilihan calon wakil Presiden kubu Prabowo, jelas hasil ijtima' ulama itu sudah tidak dipatuhi oleh Prabowo, karena nyatanya memang Prabowo tidak terlalu ambil pusing dengan hasil ijtima ulama tersebut.
Artinya, satu poin Prabowo berani ambil resiko apa terhadap keputusannya, untuk tidak patuh kepada pilihan para Ulama yang tergabung dalam GNPF. Justeru yang pada akhirnya tunduk pada keputusan Prabowo adalah ulama GNPF, yang mengkamuflase keputusannya atas nama ijtima' Ulama II.
Prabowo berani tidak patuh pada hasil ijtima' Ulama, karena dia tahu apa yang dihasil dari ijtima' tersebut tidak memenuhi harapannya, dan dia lebih tahu siapa yang lebih tepat untuk menjadi Cawapresnya. Pilihannya saat itu pada Sandiaga Uno, adalah keputusan yang tepat, dan keputusan itu pulalah yang didukung oleh ijtima' Ulama II, dengan mengakui Sandiaga sebagai Santri.
Satu sisi itu sudah memperlihatkan delegimitasi dari ijtima' Ulama, dan ijtima' Ulama itu tidak ada hasilnya. Dari situasi itu, Yusril sudah melihat potensi ijtima' itu tidak ada nilainya, bahkan kekuatan Habib Riziek pun tidak ada pengaruhnya.
Sekarang, ketika Yusril merasa tidak dianggap keberadaannya oleh koalisi Prabowo, tentunya dia juga harus berhitung tentang nasib partainya PBB kedepan, terutama di Pemilu Legislatif. Kebetulan Yusril dirangkul oleh kubu Jokowi-Ma'ruf, sebagai pengacaranya, tentu saja itu artinya terbuka peluang bagi Yusril dan partainya untuk bergabung dengan kubu Jokowi-Ma'ruf.
Sebatas itu, Yusril tidak salah pilihan, karena dia juga harus mengamankan partainya. Persoalannya, dalam gerbong Partai Yusril ternyata ada anggota FPI, yang ikut menjadi Caleg dengan bendera PBB, sementara afiliasi FPI bukanlah pada Jokowi-Ma'ruf, tapi pada Prabowo-Sandi, yang dianggap hasil ijtima' ulama II.
Anggota FPI berontak, bahkan dedengkot FPI, Riziek Shihab pun mengeluarkan maklumat, agar semua anggota FPI keluar dari PBB, dan tidak menjadi Caleg PBB. Disinilah kisah lucu baru dimulai, seperti tidak mengerti aturan KPU, anggota FPI mau mundur dari pencalonan anggota Legislatif, padahal aturan KPU tidak membolehkan Caleg mundur dari pencalonan.
Akhirnya, anggota FPI cuma bisa melakukan, dan berteriak 'Jangan Pilih Saya," seperti maju kena mundur kena. Yusril secara tegas menyatakan perang dengan Riziek Shihab, dia minta semua anggota FPl segera keluar dari PBB. Bahkan Yusril menantang Riziek untuk membuat Partai sendiri.
Seperti yang dilansir CNN Indonesia, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra meminta kepada seluruh anggota Front Pembela Islam (FPI) agar mundur sebagai pengurus dan caleg. Perintah itu dilontarkan untuk menanggapi maklumat Rizieq Shihab.
Sebelumnya, Imam FPI Rizieq Shihab memerintahkan seluruh anggota dan simpatisan FPI agar mundur sebagai pengurus dan caleg PBB.
"Saya menjawab tegas, saya minta semua anggota FPI yang menjadi pengurus dan caleg PBB agar keluar meninggalkan PBB," ucap Yusril saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (31/1).
Mari kita lihat konsistensi Riziek Shihab, apakah dia berani menerima konsekuensi hukum sesuai aturan KPU, apakah dia benar-benar menarik calegnya dari PBB, atau tetap membiarkan anggotanya tetap di PBB, tapi tidak usah dipilih.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews