Dalam kosakata bahasa Jawa ada istilah "ndakik-ndakik" yang artinya kurang lebih "muluk-muluk" atau terlalu tinggi janji-janjinya. Orang yang suka "ndakik-ndakik" biasanya hanya pandai berjanji tapi tidak bisa merealisasikan janjinya itu. Janjinya terlalu susah untuk direalisasikan di bumi yang kita pijak.
Seperti janji capres dan cawapres kalau mereka terpilih, maka kebutuhan bahan pokok akan murah. Hasil petani akan dibeli dengan harga tinggi atau layak. Pegawai negeri sipil,TNI dan Polri gajinya akan dinaikkan. Gaji penegak hukum atau hakim akan dinaikkan tinggi supaya tidak melakukan korupsi. Lapangan pekerjaan akan dibuka lebar-lebar. Ini termasuk janji yang "ndakik-ndakik" tanpa melihat situasi atau fakta yang ada.
Dalam debat capres-cawapres yang lalu ada capres yang berjanji ingin menaikkan rasio pajak menjadi 16%. Kenaikkan rasio pajak tersebut nantinya untuk menaikkan gaji para PNS dan penegak hukum. Ini menarik, di satu sisi ingin menaikkan rasio pajak, tetapi di satu sisi ingin menghapus atau menurunkan tarif pajak. Ada inskonstensi.
Kalau ingin menaikkan rasio pajak artinya memperbanyak wajib pajak, baik wajib pajak perorangan atau wajib pajak badan. Selama ini aturan yang tidak kena pajak atau penghasilan tidak kena pajak atau PTKP Rp54 juta dalam setahun. Sebelumnya dulu PTKP Rp36 juta dalam setahun.
Nah, artinya kalau ingin menaikkan rasio pajak dengan target 16%, maka salah satunya menurunkan PTKP supaya wajib pajak meningkat dan target pajak juga meningkat. Artinya pula yang jadi obyek pajak masyarakat kecil lagi.
Di satu pihak, mereka kalau terpilih ingin menurunkan tarif pajak. Mana bisa ingin menaikkan rasio pajak dengan cara menurunkan tarif pajak. Inskontensi atau "ndakik-ndakik". Kalau tarif pajak, baik perorangan atau badan diturunkan tarifnya, maka untuk mencapai rasio pajak 16% hampir tidak mungkin.
Pesan Simbah: Pertama,jangan percaya janjinya orang yang lagi kasmaran atau jatuh cinta. Karena orang jatuh cinta terkadang mengalami gangguan jiwa dan suka menjanjikan sesuatu. Janji-janji memang sebagai bunga-bunga orang yang sedang kasmaran.
Kedua, jangan percaya omongan orang yang sedang mabuk. Karena orang mabuk suka merancau atau ngomyang (Jawa) dan bicara yang tidak jelas.
Ketiga, jangan percaya dengan janjinya orang yang sedang kampanye. Karena orang kampanye suka berjanji dan ingkar janji.Suka muluk-muluk janjinya. Padahal kalau terpilih akan lupa dengan janjinya.
Eling lan waspada!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews