Tukang Becak: "Terima kasih Pak Jokowi dan Bu Mega!"

Kamis, 24 Januari 2019 | 18:48 WIB
2
531
Tukang Becak: "Terima kasih Pak Jokowi dan Bu Mega!"
Sumber: http://nasional.kompas.com

Cerita ini datang langsung dari pak becak yang membawa saya jalan-jalan di kota Solo, ketika itu lebaran 2012, waktu itu saya sedang pulang mudik.

Pak becak terlihat bukan becak spesial, biasa saja, berpotongan tubuh kurus, kulit hitam, banyak kerut namun kokoh khas supir becak. Dari awal pembicaraan ialah ketika saya bergumam setengah bertanya kepadanya.

"Solo sekarang enak ya pak, rapi" Ujar saya. Ketika kami melewati Jl. Samanhudi, Solo. Suasana Solo sore itu memang cucok meong untuk di ajak kelayapan, plus rapi dan terkesan bersih.

"Iya mas, Solo memang beda, semenjak ditangani sama pak Jokowi, Solo memang lain, saya yang asli sini (Solo) ndak pengen kemana-mana lagi, ndak pengen nyupir truk lagi, pengen mbecak sambil nyawah. Ayem mas" Jawabnya.

Terus terang, jujur saja saya tidak tahu siapa Jokowi sebelumnya. Siapapun Walikota Solo saya tidak peduli, tapi baru kali ini saya tertarik terhadap sosok pemimpin daerah.

"Emang pak Jokowi ngapain tho, pak?" Tanya saya.

"Nganu, pak Jokowi itu sukses mindahkan pedagang liar di Banjarsari mas, dipindahken ke Klithikan, tanpa rusuh-rusuh, padahal sama Walikota yang dulu-dulu itu Balaikota sampai mau dibakar lho, yang pindahkan itu termasuk lapak istri saya" Cerita beliau.

"Hoo, terus pak?"

"Pak Jokowi itu pendekatannya ngewungke uwong (memanusiakan manusia) pak, kita dianggap menungsa, manusia. Pak Jokowi ndak langsung main gusur apa ngancem apa itu enggak, malah kita diajak makan, diundang ke Balaikota, ngobrol, ngopi, itu termasuk saya lho mas, saya pernah ikut mungkin yang ke-dua belas apa tiga belas kali itu saya lupa"

"Lho memang berapa kali pak Jokowi ngajak makan PKL pak?" Tanya saya.

"Wooo, buanyak itu mas, ada mungkin lima puluhan kali, ya sebanyak itu akhirnya kita ya deket tho mas, saling tepa selira, ada hubungan sing ajeg antar pejabat dan pedagang, wah pokoknya pas Pak Jokowi minta dipindah itu kita ya langsung setuju aja gitu, ndak pake ribut-ribut koyo mbiyen.." Jawab beliau.

"Eh, ndilalah kok ya pak Jokowi itu orang PDIP lho mas" Sambungnya.

"Lho memang kenapa kalo PDIP pak?"

"Ya kita paguyuban supir becak dan pedagang Solo Raya ini dari dulu sampek sekarang klo suruh nyoblos yo mesti banteng, gak ono sing liyo, ada gambar banteng ya coblos, pokoknya ya itu"

"Lha iyo, kenapa kok panjenengan setia sama PDIP?" Kejar saya.

"Lha PDI itu kan tinggalan Bung Karno tho mas, pejuang bangsa, terus dilanjut sama anaknya, mbak Mega itu, ya otomatis darahnya sama, darah pejuang. Beberapa kali kami supir becak ini dapat bantuan lho dari PDI nya mbak Mega itu"

"lagipula dari dulu PDI itu lawannya Pemerintah, sejak jaman pak Harto, kita dipaksa coblos kuning, tapi saya emoh. Saya tetep coblos merah dulu itu. Bagi saya dan konco-konco ya PDI itu partainya wong cilik beneran"

"Dan sekarang bener tho, Pak Jokowi benderanya PDIP, lha wong orang-orang yang peduli sama kita-kita ini ya orangnya PDI mas, ndak heran kalo Pak Jokowi banyak yang suka, ndak usah woro-woro wis Solo pasti Jokowi, Solo pasti banteng!!"

"Jadi saya ngawulo tukang becak ini terima kasih sama pak Jokowi dan Bu Mega, bener lho mas, mudah-mudahan belio mau jadi Presiden Indonesia, Amiin.."

Dan doanya terkabul, 2 tahun kemudian Joko Widodo telah menjadi pemimpin negeri ini.

Cerita si bapak tukang becak sungguh mengusik naluri saya. Sejak era reformasi saya selau terngiang dengan PDIP. Bagi saya partai reformasi itu ya PDIP. Oya saya juga punya kenangan masa cilik tentang PDI (belum P).

Dulu, ketika masa warna kuning terus menang. Kami tidak antusias ketika pawai partai menjelang Pemilu lewat di jalan tempat tinggal kami. Terutama jika warna kuning yang pawai. Beda halnya jika warna merah bergambar banteng, semua warga di tempat tinggal kami keluar, plus masyarakat lain sekitar tempat tinggal kami.

Semua ikut membaur meriah sekali. Yel yel PDIP terus menggoyang:

"Merah merah berani, kuning kuning b**ci! Merah merah PDI, kuning kuning ***.."

Itulah sekilas cerita saya tentang Jokowi, PDIP dan Megawati yang sangat nyantol di hati rakyat kecil.

Selamat Ulang Tahun Bu Mega, semoga PDIP ddan ibu selalu menaungi hati rakyat, seperti fakta kisah kami di atas. Dukung terus pak Jokowi, jangan biarkan beliau sendiri.

Karena busuknya negeri ini bukan karena kajahatan yang berkuasa, namun diam dan kalahnya orang-orang baik 

#jokowiorangbaik #HUTMegawati72Tahun #PDIPYes

***