Di mata kami, orang-orang itu hanya bereaksi ketika anak Soeharto sedang dikejar untuk bayar utang pada negara.
Gerombolan 212 demo lagi. Kali ini mereka menuntut banyak orang dengan stigma Penista agama.
Menteri Agama Gus Yaqut dituntut. Selain itu ada nama Denny Siregar, Ade Armando, Permadi, dan beberapa nama lagi. Alhamdulillah, nama saya gak disebut.
Mereka langsung menstigma. Buzzer. Penista agama.
Saya dan teman-teman sudah sering distigma seperti itu. Hanya karena kami melawan mereka dengan keras.
Kami distigma sebagai orang bayaran Jokowi. Padahal seingat saya, gak pernah tuh, ada bayaran ke saya untuk berusuara di medsos. Kecuali dari adsense YouTube.
Iya, saya memang membela Jokowi. Sepanjang kebijakannya benar. Kalau salah, kita teriak juga. Kita protes juga. Dengan keras.
Ketika ada usulan Jokowi 3 periode atau diperpanjang masa jabatannya, saya dan teman-teman teriak dengan keras gak setuju. Ketika Menteri Agama sebelumnya membela FPI, kami protes dengan keras. Sampai di resuffle.
Bagi kami membela Jokowi hanya wujud kecintaan pada bangsa ini. Bayaran terbesar adalah apabila anak-anak kita nanti tetap bisa hidup berdampingan di Indonesia.
Ketika perbedaan bukan lagi hambatan untuk menuai kebaikan.
Bayaran itu lebih dari cukup ketimbang duit yang secuil.
Karena itu dengan keras dan dengan segala resiko kami melawan para pengasong agama. Siapa saja yang mau menunggangi agama demi kepentingan politik adalah musuh kami.
Siapa saja yang atas nama agama mempersekusi umat lain. Melecehkan keyakinan lain adalah musuh kami. Siapa saja yang petantang petenteng seolah merasa benar sendiri sambil merendahkan ajaran lain, adalah musuh kami.
Dari golongan mana pun mereka.
Jika hari ini gerombolan 212 demo sambil meminta kami diseret ke penjara, itu sudah biasa. Kita tanggapi dengan becanda saja.
Mungkin ini jalan ninja yang kami harus lalui.
Saya melawan mereka dengan kesadaran. Karena itu semua akun medsos saya pakai nama asli. Sesuai KTP. Demikian juga dengan Denny atau Ade Armando. Namanya emang itu.
Gak perlu sembunyi di balik akun anonim untuk bersuara melawan kegilaan mereka.
Karena kami semua bertanggungjawab dengan apa yang kami tuliskan dan katakan.
Demo 2503 berlangsung ricuh. Sedikit dorong-dorongan. Entahlah, agama seperti apa yang mau dibela bermodal dorong-dorongan l. Bermodal demo yang tak habis-habisnya.
Di mata kami, orang-orang itu hanya bereaksi ketika anak Soeharto sedang dikejar untuk bayar utang pada negara.
Polanya selalu begitu. Bambang Tri sedang dikejar bayar utang Rp64 miliar. Lalu muncul demo yang gak puguh lagu.
Begitu saja terus sampai Upin-Ipin masuk SMP.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews