Diserang wilayahnya begitu. Kayaknya reaksi Ganjar santai aja. Gubernur Jawa Tengah itu belum mau menanggapi orang yang kebelet nyapres.
Pilpres masih 2024. Sekarang baru 2021. Tapi Anies Baswedan sudah tidak sabar. Ia mulai menjalani langkahnya mengincar kursi Presiden.
Perkiraan saya, PKS mungkin akan senang mendukung Anies. Sepanjang ada kelebihan bayar. Mungkin juga Nasdem. Sudah kentara sejak lama Nasdem mulai nyeredeng-nyeredeng ke Anies.
Di Jakarta prestasi Anies gak terlalu hancur. Tingkat kepuasan publik terhadap kinerjanya 38%. Meski angkanya di bawah separuh, sepertinya Anies dan tim gak khawatir. Mereka meyakinkan diri, 38% itu baru DP. Sisanya akan dilunasi secepatnya.
Lagi pula, bagi Anies, ia menjadi Gubernur bukan untuk memuaskan orang. Kalau mau cari kepuasan, silakan cari di lokasi lain. Jangan mencari di kursi Gubernur. Begitu pikirnya.
Jadi meski tingkat kepuasan hanya 38%, angka itu dianggap sudah cukup memuaskan. Sebab kepuasan itu relatif. Orang-orang yang hanya mencari kepuasan, pada akhirnya jatuh ke tangan para pemuas nafsu.
Anies bukanlah lelaki pemuas. Apalagi memuaskan orang lain. Itu intinya.
Maka belakangan ini, ia mencari kepuasan untuk dirinya sendiri. Ia mulai merangsek ke Jawa Tengah untuk memulai debutnya sebagai Capres 2024. Belum lama ini di Cilacap. Panen padi.
Lalu ia meneruskan ke Sragen. Di sana ada bandar beras besar, namanya Billy. Orang mengenalnya sebagai Billy Sragentina. Billy menguasai pasar induk Cipinang juga.
Nah, dengan memakai celana pendek dan sepatu warna pink. Billy si bandar beras menemui Anies yang mau melamar sebagai Calon Presiden RI. Mungkin bagi Billy soal 'RI' gak harus dibawa serius. Cukup celana pendek dan sepatu pink.
Tentu saja sebagai pemohon, Anies rapi jali. Dia kan Capres. Mau menjadi pemimpin Republik Indonesia. Sebuah negara besar di tengah percaturan dunia.
Beda dengan Billy. Sebagai bohir Billy bisa tampil semaunya.
"Gue yang punya duit. Ape lu, ape, lu!'
Meski 2024 masih jauh. Belanda masih tidur siang. Tapi Anies sudah sigap memasuki wilayah Jateng. Ia dengan sadar menyerang Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah.
Wajar sih. Dalam berbagai survei, angka dukungan untuk Ganjar sebagai Presiden 2024 selalu jauh di atas Anies.
Dalam pertarungan terbuka, serangan harus didahului ke lawan terkuat. Ganjar adalah kandidat dengan elektabilitas tertinggi. Makanya Anies menyerang Ganjar terlebih dahulu.
Diserang wilayahnya begitu. Kayaknya reaksi Ganjar santai aja. Gubernur Jawa Tengah itu belum mau menanggapi orang yang kebelet nyapres. Biarin aja.
Saya ingat tanggapan Ganjar soal Anies. Waktu itu di sebuah forium diskusi online. Ganjar hadir sebagai pembicara. Ada seorang peserta protes. Kenapa mudik gak boleh, tapi bioskop dan diskotik di Jakarta dibiarkan buka?
Peserta itu tahu pasti, karena mantan aktivis diskotik. Atau mantan karyawan diskotik.
"Iya, biar nanti tak suruh Pak Anies untuk memberesi. Apa perlu saya kirim tim dari Jateng untuk membantu nutup diskotik?" celoteh Ganjar sambil bercanda.
Artinya, meskipun Anies sudah kedekeran mau nyalip untuk Pilpres. Dan memfokuskan serangan ke Jateng. Ganjar masih menanggapi dengan guyon.
Barangkali memang seperti itulah cara yang pas menanggapi orang kebelet. Guyon.
Anies memperkirakan Pilpres 2024 akan seru. Jokowi sudah dua periode, secara konstitusi gak mungkin maju lagi.
Sementara Prabowo juga sudah dua periode, tapi cuma jadi Capres. Ia bisa maju lagi. Tapi elektabilitasnya susah digenjot.
Sedangkan Ganjar, yang secara elektabilitas sangat berpeluang. Dalam hitungan Anies, bakalan susah mendapat tiket Pilpres dari partainya. Soalnya, Puan Maharani meski elektabilitasnya gak lebih hebat dari Rizieq, kabarnya ngotot mau maju dari PDIP.
Anies berharap Ganjar diganjal Puan. Dan ujungnya Anies akan berhadapan dengan Puan.
Kalau hitungannya begini. Anies akan menang. Merka yakin begitu.
Jika Pilpres nanti sesuai harapan timnya Anies, lantas memperhadapkan Puan dan Anies. Itu repot bagi kita.
Pilpres seperti makan buah simalakama : kalau dimakan bapaknya tipes. Kalau gak dimakan emaknya terserang diabetes.
"Jual aja mas, ke toko sebelah. Kalau emak kena diabetes, kan udah punya duit buat berobat, " celetuk Abu Kumkum.
Eko Kuntadhi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews