Kita harus berpikir besar, yaitu berpikir utk kepentingan bangsa. Kita adalah bangsa yang merdeka dan akan berpikir, bersikap, dan bertindak merdeka!
Pagi-pagi saya sudah dapat posting yang bertanya apakah kita sudah merdeka jika perusahaan-perusahaan tambang dikuasai oleh perusahaan asing seperti Freeport, Chevron, Shell, dll. Katanya yang kita kuasai hanyalah Tarik Tambang.
Mungkin posting ini maunya sekedar gurauan. Tapi saya melihat ada kesalahan entah disengaja atau tidak di balik posting gurauan tersebut. Dan ini serius…
Pernyataan bahwa perusahaan tambang kita dikuasai SEPENUHNYA oleh asing adalah SALAH dan bisa jadi kampanye atau tuduhan yang menyesatkan. Perusahaan asing tersebut TIDAK MENGUASAI SEPENUHNYA tambang-tambang tersebut karena pemerintah juga memiliki bagian saham dan pemerintahlah yang MENENTUKAN kebijakan atas tambang-tambang tersebut.
Mengapa harus ada perusahaan asing? Itu semua terjadi karena Indonesia sementara ini memang TIDAK MAMPU mengelola sendiri kekayaan tambangnya. Jika para investor itu tidak membantu Indonesia dalam mengelolanya maka tambang-tambang tersebut tidak akan pernah ada dan hanya merupakan potensi saja.
Indonesia tidak akan bisa membangun karena tidak dapat dana pembagian keuntungan dari pengelolaan tambang-tambang tersebut. Akan terjadi pengangguran yang masif jika tidak ada perusahaan asing yang membuka usaha di Indonesia. Beberapa daerah yang bergantung pada usaha pertambangan yang dikelola perusahaan asing bahkan akan langsung kolaps jika ditinggalkan begitu saja. Dalam hal ini perusahaan asing tersebut SANGAT MEMBANTU negara kita.
Jadi jangan memusuhi perusahaan asing tersebut tapi mari kita upayakan agar kepemilikan Indonesia menjadi lebih besar dan keuntungannya tidak dikorupsi oleh para birokrat kita sendiri.
Mari kita berpikir lurus dan benar agar tidak jadi corong kampanye kebencian dan kemarahan orang dan pihak tertentu pada pemerintah dan negara. Mari berpikir utk kemajuan bangsa dan negara.
Tahun 1990-1996 saya bekerja di PT Badak NGL Co, perusahaan gas alam cair milik patungan Pertamina dan perusahaan asing. Pada awalnya perusahaan ini hampir sepenuhnya dikuasaai oleh perusahaan asing karena mereka yang memiliki modal dan teknologinya. Indonesia sama sekali tidak memiliki modal dan pengetahuan dalam mengelola tambang gas cair. Dan masuklah perusahaan asing dengan modal dan pengetahuannya.
Ada ratusan karyawan asing yang bekerja di perusahaan tersebut baik yang bujang mau pun yang sudah berkeluarga. Itu sebabnya perlu didirikan sekolah internasional bagi anak-anak ekspatriat yang jumlah siswanya waktu itu seratus siswa lebih. Saya mengajar di sekolah tersebut selama 6 tahun.
Berkat kecerdikan bangsa kita maka perusahaan ini semakin tahun semakin besar dan dikuasai oleh Pertamina. Kelas yang saya ajar semakin lama semakin sedikit siswanya karena orang asingnya juga dikurangi. Terakhir kali saya mengajar siswanya tinggal belasan orang dan kini sekolah itu sudah tutup karena orang asingnya tinggal beberapa gelintir saja.
Apa artinya? Ini artinya Indonesia TIDAK SEBODOH yang dikampanyekan oleh orang-orang yang tidak paham selama ini. Kita BISA menguasai perusahaan asing tersebut secara bertahap sesuai dengan kemampuan kita yang terus berkembang.
Pertanyaannya adalah: Apa peran yang akan kita mainkan dalam situasi ini? Satu hal yang saya usulkan adalah agar kita tidak larut dalam kendang permainan para pecundang yang akan selalu meniup-niupkan kekecewaan, kemarahan, ketidakpuasan, dan agenda pribadi mereka.
Kita harus berpikir besar, yaitu berpikir utk kepentingan bangsa. Kita adalah bangsa yang MERDEKA dan akan berpikir, bersikap, dan bertindak MERDEKA!
Selamat mengisi kemerdekaan dengan kerja nyata terbaik yang bisa kita berikan…!
18 Agustus 2016
Satria Dharma
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews