Kalau urusannya mengenai khilafah atau ulah pengasong agama yang menunggangi agama demi tujuan politik, saya akan melawan sebisa-bisanya.
Ada yang tanya, bagaimana saya memandang acakkadut dunia politik saat ini?
Bedakan pertarungan politik dengan pertarungan ideologis. Bagi saya, menentang khilafah itu ideologis. Menentang politisasi agama itu juga ideologis. Jadi gak ada kompromi untuk urusan yang sifatnya ideologis.
Sedangkan soal-soal teknis lainnya, bisa sangat politis. Yang namanya politik, sekali lagi, cair seperti sirop. Kalau kental namanya ingus.
Jadi dalam menilainya saya menggunakan kacamata yang lentur. Gak mau terlalu kaku seperti kulit singkong.
Dari kacamata itulah saya meneropong persoalan. Saya juga membagikan pandangan ideologis saya via tulisan-tulisan saya.
Sesekali juga mendistribusikan opini politik. Yang namanya opini, apalagi opini politik, hanya terbangun dari keterbatasan informasi yang saya dapatkan. Bukan mewakili keseluruhan.
Bisa benar. Bisa juga leleset.
Tentu ada yang setuju dan ada yang tidak. Memang itu tujuannya. Membuka ruang diskusi. Menjelajah kemungkinan baru dalam menetapkan perspektif. Membagikan pisau analisa semoga bisa digunakan.
Semua tulisan di medsos, siapapun penulisnya, tidak layak dijadikan satu-satunya pegangan. Jadikanlah hanya sebagai salah satu sumber informasi. Jadi anggap saja seliweran informasi di medsos sebagai referensi. Bukan fatwa semacam gerombolan 212.
Kadang kita bisa sepandangan. Kadang bisa berbeda. Itu lumrah. Sama seperti mencret, itu juga lumrah. Yang tidak lumrah itu ketika Lucinta Luna keguguran.
Politik memang membuka ruang-ruang kemungkinan baru. Jangan takut menjelajahinya selama secara ideologi tidak bertentangan.
Makanya saya lebih santai menghadapi fenomena politik yang berkembang. Jika urusannya sekadar politik, santai saja menanggapinya. Kalau sudah menyentuh ideologis, baru kita pasang kuda-kuda lebih kokoh.
Sekali lagi, jika urusannya hanya soal bagi-bagi kursi, saya gak ada urusan soal itu. Mau siapapun yang duduk, terserah.
Kita ini rakyat. Kepentingan rakyat hanya memastikan kehidupan berjalan adem dan ekonomi terus tumbuh. Kepemtingan rakyat adalah hidup yang nyaman, aman, cukup rezeki dan tidak ada ancaman.
Intoleransi adalah ancaman bagi hidup kita.
Kalau urusannya mengenai khilafah atau ulah pengasong agama yang menunggangi agama demi tujuan politik, saya akan melawan sebisa-bisanya. Dalam pandangan saya, itulah awal kehancuran Indonesia.
Saya dan sebagian besar Anda bukan politisi. Gak ada sangkut pautnya dengan kekuasaan. Biarlah soal kekuasaan itu urusan para politisi. Urusan kita hanya memastikan, bagaimana kita bisa keramas sambil menyanyikan lagu Evi Tamala esok pagi.
"Iya, mas. Jangankan Prabowo jadi Menhan. Jika Rijik insyaf, mau tertib dan tidak menyebar kebencian lagi. Saya juga terima jika dia diangkat sebagai Ketua Karang Taruna di Petamburan. Yang penting ada manfaatnya buat rakyat," Abu Kumkum ikut nyeletuk.
Nah, kan...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews