Papua sangat penting, strategis dan akan terus jadi rebutan negara-negara luar. Mereka sudah ukur kondisi masyarakatnya, bila dieksploitasi bisa menjadi titik mati bagi siapapun pemimpin Indonesia.
Tujuh tahun yang lalu saya memosting status ini di bawah ini, yang sangat dibutuhkan bagi para pemimpin di level manapun dalam memimpin organisasi;
"Dulu saya berpikir bahwa menjalankan sebuah organisasi setara dengan memimpin sebuah orkestra simfoni. Tapi akhirnya saya berpikir itu tidak cukup, dibutuhkan sesuatu yang lebih, seperti sebuah musik jazz, ada improvisasi lebih yang dibutuhkan ." - (Warren Bennis).
Saat ini pengaruh faham demokrasi liberal ke Indonesia banyak yang belum memahami makna dasarnya. Akibatnya pikiran kebebasan mengalahkan budaya, norma dan etika serta budi pekerti yang berlaku. Kita lebih liberal dari Amerika mbahnya demokrasi itu.
Pak Jokowi sudah membaca ini, karena itu menegaskan, pendidikan menjadi bagian penting dalam membangun dan menata ulang manusia Indonesia. Rasanya kok tidak cukup, perlu improvisasi lebih seperti musik jazz, beatnya unik, tapi tidak monoton.
Kalau boleh menyarankan, seperti saat pidato politik pertamanya, Pak Jokowi memang harus berubah, harus berani, tegas, jangan terlalu percaya para pengambil hati yang punya kepentingan pribadi besar, walaupun itu inner circle sekalipun.
Banyak yang berusaha mendekat memanfaatkan saat dia kuat, tapi akan meninggalkan presiden saat lemah. Catatan sejarah Pak Harto yang ditinggal menteri-menterinya tetap ada.
Pak Jokowi yang InsyaAllah dilantik 20 Oktober 2019, akan berselancar di ombak politik, yang (maaf) di antara mereka banyak yg cuma mikir kepentingan pribadi dan partainya (45% ? Wooow). Posisi JKW kuat, legitimate sebagai pemenang pilpres, tapi ada saja yang mikir mau menjatuhkan dia... tidak hanya dari dalam tapi dari luar negeri.
Kebutuhan utamanya kini adalah intelijen, yaitu informasi yang sudah diolah, dinilai dan dikonfirmasi. Tanpa intelijen yang akurat, keputusannya bisa bias dan bisa berbalik memukulnya. Tapi intelijen yang mana?
Saya membaca ada tiga indikasi yang butuh pendalaman intelijen, yaitu kasus black out listrik, Mandiri dan kini Papua.
Menurut penulis, bila tidak didalami, ketiganya bisa meluruhkan citranya, menyebabkan peluang bertahan sisi politiknya bisa lemah. Pak Habibie dahulu tidak bisa terus bertahan karena soal Timtim. Saat itu kita sudah keluar uang banyak, membangun infrastruktur dan sarana, jatuhnya ribuan korban TNI, toh lepas juga saat Habibie jadi presiden, internasional bermain
Nah, kini Papua, penulis nilai lebih rawan, pulau ini sangat penting, strategis dan akan terus jadi perebutan negara-negara luar. Mereka sudah ukur kondisi masyarakatnya, bila dieksploitasi bisa menjadi titik mati bagi siapapun pemimpin Indonesia. Saat ini waktu kritis menuju 20 Oktober, semoga tidak keliru membacanya.
Semoga orang-orang pintar di sekelilingnya itu bisa membaca sikon geopolitik dan geostrategi di sekitar Indonesia... terkait OBOR dengan High Road. Penulis hanya bisa memberi saran yang kecil dan sederhana ini untuk pria sederhana yang mendapat wahyu Cokroningrat bernama Joko Widodo. Good luck my president.
Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews