Prabowo, Net TV, dan "Bahaya Keadilan"

Kamis, 14 Februari 2019 | 21:51 WIB
0
492
Prabowo, Net TV, dan "Bahaya Keadilan"
Keluarga Prabowo tampil di Net TV? [Kompasiana.com/tilariapadika]

 

Konsep keadilan dalam masyarakat kita sering kelewat sederhana, sekadar 'sama rasa sama rata'. Padahal dalam banyak kasus, 'sama rata sama rasa' adalah ketidakadilan itu sendiri.

Ketika Sinar Djawa menerbitkan puisi Mas Marco Kartodikromo pada 10 April 1918, sama rata sama rasa mencerminkan tuntutan zaman, kegelisahan rakyat Indonesia akan kehidupan penuh ketimpangan dan perlakuan diskiriminatif dalam pejajahan Belanda dan para bangsawan komprador. Ia benar dan cocok untuk konteks saat itu.

Cerita menjadi lain ketika prinsip popular 'sama rata sama rasa' coba diterapkan misalnya dalam kasus talk show Net TV yang heboh beberapa hari terakhir.

Pada 28 Januari lalu Net TV menghadirkan Presiden Joko Widodo dan keluarga sebagai tamu dalam acara "Ini Talkshow" yang dipandu dua komedian, Sule dan Andrew.

Kecuali putra bungsu presiden, Kaesang Pangarep, semua anggota keluarga hadir. Ada Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana, tampil dalam pakaian kasual seperti gaya keluarga menengah yang biasa kita jumpai sehari-hari.

Ada putra sulung Gibran bersama Selvi Ananada istrinya dan putra mereka yang menggemaskan oleh lucunya, Jan Ethes Srinarendra. Ada putri tunggal presiden, Kahiyang Ayu bersama suami Bobby Nasution, beserta si buah hati Sedah Mirah Nasution yang baru masuk usia 6 bulan.

Kaesang berhalangan hadir karena harus menghadiri peluncuran cabang jualan pisang-nya di Makassar. Meski begitu ia sempat dihadirkan dalam percakapan telepon yang kocak.

Meski bicara pula tentang kebijakan pembangunan Jokowi selama 4 tahun menjabat, bagian paling menarik dari talk show itu adalah saat mengupas informasi tentang karakter dan keseharian keluarga Joko Widodo.

Tak terkesan ada jaga imej berlebihan di sana. Keluarga presiden tampak seperti keluarga paman kita, kenalan kita, keluarga kita sendiri, dan keluarga Indonesia lainnya. Mereka begitu natural, apa adanya. Namun keluarga Jokowi juga hadir dalam citra ideal keluarga seturut nilai-nilai masyarakat Indonesia. Mereka tampak hangat, humoris, harmonis. Oh, Indahnya.

Tidak heran jika tayangan itu segera viral di percakapan daring. Berlimpah komentar positif dipanen di media sosial. Di situs-situs warta, betebaran artikel membahas secara positif bahasa tubuh para anggota keluarga Joko Widodo. Cara mereka terkikik dengan tangan membekap mulut, sikap duduk, gaya berpakaian, beragam-ragam yang dibahas.

Sialnya, dalam masyarakat yang terbelah oleh momentum pilpres, hal sebaik apapun tak luput menuai pula pandangan negatif, julid, dan tudingan-tudingan sumir. Sejumlah warganet menuduh Net TV tidak netral jika tak menghadirkan pula Prabowo pada giliran selanjutnya.

Pihak Net TV pun mengklarifikasi dan menuruti cara berpikir dan tuntutan pendukung Prabowo. Mereka akan mengundang pula keluarga Prabowo sebagai tamu "Ini Talkhow."

Celaka! Ini tuntutan konyol dan lucu--sayat tak ingin katakan dungu agar tidak dianggap latah mengekori bintang acara tv, Rocky Gerung.

Topik kehadiran Presiden Jokowi dalam "Ini Talkshow" adalah tentang keluarga presiden. Jika Prabowo kelak dihadirkan pula di sana,  topik serupa, keluarga capres nomor urut 02 yang akan diangkat.

Rasanya Prabowo Subianto akan merugi sebab sulit menandingi standar yang dicitrakan keluarga Jokowi. Jangankan Prabowo, keluarga SBY pun akan kalah pamor.

Dalam keluarga Jokowi sangat tampak kemandirian anak-anak presiden. Mereka bebas menentukan jalan hidup sendiri. Jokowi tidak mendikte Gibran, Kahiyang, dan Kaesang harus jadi apa. Ketika mereka memilih dunia bisnis, tak mencampuri urusan politik, Jokowi hanya memberi dukungan moril dan masukan pendapat agar anak-anaknya berbisnis dengan benar.

Keutamaan seperti dalam keluarga Jokowi tidak ada dalam keluarga SBY. Si putra sulung, Agus Harimurti Yudhoyono dipandang meninggalkan karir kemiliterannya demi menuruti perintah sang ayah agar dinasti politik Yudhoyono berkelanjutan. Demikian pula Sang Bungsu, Edhie Baskoro Yudhoyono, dianggap dipaksa-paksa masuk politik, dimuluskan jalannya jadi pembesar Partai Demokrat tanpa terlebih dahulu menguji kapasitasnya.

SBY dan Nyonya Ani boleh saja membantah, namun sulit berharap publik percaya. SBY dinilai sebagai ayah yang memanjakan anak, memanfaatkan kekuasaannya untuk memudahkan, membuka jalan tol, bagi karir anak-anaknya dalam dunia politik.

Jika keluarga SBY saja terpelanting diadu dengan hangat, harmonis, dan humorisnya keluarga Jokowi, apalagi kalau keluarga Prabowo yang diadu.

Andai Prabowo benar-benar diundang Net TV, ia tak mungkin membawa serta Titiek Soeharto ke sana sebab keduanya bukan lagi sepasang kekasih. Susah membayangkan Prabowo mengajak serta putra tunggal, Ragowo 'Didit' Hediprasetyo.

Pilihan Didit untuk menekuni karir perancang mode sebenarnya nilai positif bagi Prabowo. Tidak seperti SBY, Prabowo malah serupa Jokowi yang tidak mendikte jalan hidup anaknya. Namun pembawaan diri Didit---Anda tahu sendirilah, tak elok membahasnya detil---mungkin akan merugikan citra Prabowo di hadapan para pendukungnya yang menganut adat dan paham tua.

Bersekolah dan kerja di luar negeri sebagai perancang busana membuat Didit tumbuh sebagai seorang berpikiran terbuka dan demokratis. Situs Bataraonline.com sempat mengulas pandangan politik Didit terhadap kesetaraan hak kaum homoseksual. Ia bahkan berkampanye mendukung itu--ada pula situs yang membantah, menyatakan kabar ini sebagai hoaks. Hal tentu bertabrakan dengan pandangan dan sikap politik mayoritas pendukung Prabowo. Orang-orang PKS, FPI, dan bekas HTI sudah pasti tak bisa terima.

Jika Prabowo, demi ada yang disebut keluarga lantas membawa serta Fadli Zon dan Sandiaga Uno, mengaku-ngaku keduanya sudah dianggap seperti anak sendiri, akan lebih parah lagi masyarakat mencemo'oh. Warganet yang keterlaluan bisa saja mengembangkan imajinasi liar mereka tentang hakikat relasi Prabowo dengan Fadli Zon, Sandiaga Uno, dan para lelaki di sekitar Hambalang. Tak sehat.

Demikian pula jika akhirnya Prabowo memutuskan hadir sendiri. Aneh, tema acara adalah keluarga Prabowo, yang hadir hanya Prabowo sebatang kara. Apa kata warganet?

Maka jelaslah sudah, ada kondisi ketika 'sama rata sama rasa' itu adalah ketidakadilan. Karena itu sebelum menuntut keadilan, mendesak lembaga tv netral, fungsikan dulu akal sehat kita.

Oh iya, bicara akal sehat, saya tiba-tiba teringat Rocky Gerung. Saya tak habis pikir bagaimana ia bisa mengklaim diri pembela akal sehat. Bukan kenapa-kenapa. Saya hanya sering bermimpi melihat Pak Rocky bergelantungan pada langit-langit gedung tua bersama gerombolan penista akal sehat. Tetapi sudahlah. Mimpi hanya kembang tidur. Tak perlu diulas.

Hah. Indonesia memang unik.

***


Sumber:

  1. Bataraonline.com (19/12/2017) "Anak Prabowo Subianto Berkampanye Mendukung Komunitas Gay"
  2. Tribunnews.com (31/01/2019) "Dituding Tidak Netral Usai Undang Keluarga Jokowi di Ini Talk Show, NET TV: Kami Mengundang Prabowo"
  3. Turnbackhoax.id (25/12/2017) [HOAX] Didit Anak Prabowo Subianto Berkampanye Untuk Mendukung Komunitas Gay”

Telah published sebelumnya di Kompasiana.com