Prabowo cerita bahwa selang cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dipakai oleh 40 orang. Penyataan itu diungkapkan oleh calon presiden nomor urut 02 ini di Hambalang, Bogor saat acara Ceramah Kebangsaan Akhir Tahun (30/12).
Siapa yang tak terhenyak dengan pernyataan Prabowo Subianto ini. Orang awam pun pasti paham bahwa jarum suntik saja tidak bisa digunakan oleh orang lain apalagi ini selang darah yang digunakan para pasien cuci darah di Rumah Sakit yang notabene jadi rujukan utama warga ibu kota.
Narasi yang digunakan tetap sama. Menakut-nakuti rakyat, mengabarkan kabar bohong, dan menyudutkan petahana. Tidak berbeda jauh dengan narasi kebohongan lainnya mulai dari kabar penganiayaan Ratna Sarumpaet, hingga kebohongan cawapresnya Sandiaga Uno yang mengaku membangun tol Cipali tanpa utang.
Perilaku akut kebohongan seperti ini jelas-jelas merugikan banyak pihak. Kredibilitas dan integritas RSCM akan banyak dipertanyakan dengan adanya kabar ini. Benarkah saking mepetnya anggaran BPJS sampai-sampai mengabaikan SOP cuci darah? Kalau memang iya, berapa banyak pasien yang akan terpapar penyakit yang berbeda satu sama lain. Prabowo dan konco-konconya mungkin tak berpikir sampai ke situ.
Prabowo mengaku bahwa kabar tersebut berasal dari RSCM. Dari pernyataan ini saja sudah banyak pertanyaan dalam benak saya. Siapakah informan RSCM tersebut. Apakah karyawan RSCM, atau justru orang luar RSCM?
Soal selang cuci darah sudah dijelaskan dengan panjang lebar oleh dokter Posma Siahaan dalam tulisannya "Mesin Cuci Darah untuk Pasien dengan Penyakit Hepatitis dan HIV, Harus Dipisah". Malahan untuk hepatits B dan hepatitis C bukan hanya selangnya saja yang dipisah, tetapi mesinnya juga terpisah.
Dokter Posma menegaskan bahwa pasien yang memiliki penyakit-penyakit tersebut tidak boleh disamakan mesinnya dengan pasian yang "bersih" dari penyakit darah. Dari penjelasan ini saja kita sudah tahu bahwa proses hemodialisa atau cuci darah dengan menggunakan mesin bukan proses yang sepele, tapi melalui proses yang amat panjang. Hal itu tercermin dari biaya hemodialisa yang tak murah untuk sekali cuci darah. Karena indikator yang harus dijaga dan steril cukup banyak.
Tapi ada yang menarik dari penjelasan dokter Posma dan baru saya ketahui. Selang darah memang bisa digunakan berkali-kali, tetapi ada batas maksimalnya, dan itupun hanya BOLEH DIGUNAKAN oleh PASIEN YANG SAMA.
Penjelasan dokter Posma ini juga senada dengan bantahan dari RSCM yang menyebutkan bahwa selang darah bisa dipakai berulang kali dengan catatan hanya oleh pasien yang sama. Jadi, bukan oleh pasien yang berbeda apalagi sampai digunakan hingga 40 kali oleh pasien berbeda.
Prabowo sepertinya mendapatkan informasi dari Hashim Djojohadikusumo. Hashim mengaku bahwa ada beberapa dokter yang menginformasikan bahwa pasien cuci darah di Indonesia mengunakan selang tiga kali, tujuh kali dan belakangan 40 kali. Tapi, informasi dari Hashimi ini juga kurang lengkap, apakah selang tersebut digunakan oleh pasien yang sama atau memang seperti yang dituturkan oleh Prabowo digunakan oleh pasien yang berbeda.
Apapun itu, Prabowo lagi-lagi kesusu, grusa-grusu dan gegabah dalam menyampaikan informasi yang bikin heboh dunia kesehatan Indonesia. Jika Prabowo berjiwa ksatria seharusnya menyatakan permintaan maaf kepada RSCM karena menyampaikan infomasi yang salah alias hoaks.
Informasi dari Hashim juga perlu ditelusuri karena menurutnya sudah terjadi malpraktik di rumah sakit dengan menggunakan selang cuci darah berkali-kali untuk pasien yang berbeda. Bisa jadi dokter yang menginformasikan itu adalah dokter-dokter yang belakangan berpose dengan menunjukkan dua jari sebagai simbol dukungan terhadap capres nomor 02 di ruang operasi.
Lalu bagaimana tanggapan RSCM?
Dikutip dari CNNIndonesia, Direktur Medik dan Keperawatan RSCM Sumariyono menampik info yang dikabarkan Prabowo. Kebijakan RSCM hanya menggunakan selang hemodialisis satu kali (single use). Bahkan kebijakan ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2012.
Terkait dialiser juga ternyata bisa digunakan oleh pasien yang berbeda setelah dilakukan sterilisasi dan uji kelayakan. Jadi, semuanya memang ada SOP yang amat ketat soal cuci darah di RSCM menilik penjelasan Sumariyono.
Direktur RSCM Lies Dina Liastuti juga menampik penyataan Prabowo bahwa para dokter dan paramedis di RSCM tidak dibayar berbulan-bulan karena krisis yang terjadi di BPJS. Ia menegaskan bahwa RSCM tidak pernah gagal membayar hak para dokter dan paramedis mereka.
Prabowo juga mungkin kurang info bahwa defisit BPJS sudah dibayar oleh APBN sebesar Rp10,25 triliun dalam dua tahap. Artinya, tidak ada masalah lagi dalam pelayanan kesehatan terhadap rakyat yang terdaftar dalam BPJS. Itupun tunggakan ada yang diakibatkan karena anggota BPJS yang tidak bayar-bayar. Masalah ini sedang dibenahi oleh BPJS.
Apa yang dilakukan Prabowo jelas-jelas meruntuhkan nama RSCM dan juga menyinggung Kementerian Kesehatan yang selama beberapa tahun ini gencar melawan hoaks tentang kesehatan.
Cocoknya sih Prabowo dijadikan Duta Kesehatan. Biasanya kan di Indonesia begitu. Kalau ada yang kepeleset lidah langsung dijadikan ikon perubahan. Rasanya ide ini memang cocok agar Prabowo tidak berulang kali melakukan kebohongan dan kebohongan yang berulang-ulang.
Setali tiga uang dengan konco-konconya, kali ini malah Andi Arief dan Ustad Tengku Zulkarnain yang ikut-ikut menyebarkan hoaks 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos datang dari Tiongkok di Pelabuhan Tanjung Priok. Hoaks awal tahun ini menarik juga sih, soalnya Andi Arief langsung menghapus twitnya. Tengku Zulkarnain apalagi, hipotesanya udah terlampau imajinatif.
Yang jelas, KPU juga sudah membantah hoaks 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos itu. Malahan, Bareskrim Polri saat ini sudah menangkap dua orang tersangka penyebar hoaks. Dan Bareskrim tidak akan berhenti sampai di situ saja. Semua akan diusut sesuai dengan laporan dan bukti-bukti yang sudah diberikan oleh KPU.
Lalu pertanyaannya masihkan rakyat percaya dengan koalisi hoaks seperti ini?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews