Tidak memadai sama sekali. Yang pernah mengaku disodomi Anwar Ibrahim itu hanya dapat 82 suara: Mohd Sjaiful Bukhari Azlan. Yang maju sebagai calon independen. Untuk satu kursi DPR yang kosong. Di pemilu-sela. Di dapil Port Dickson, Negeri Sembilan, Malaysia. Yang pemungutan suaranya ditutup pukul 17;00, Sabtu lalu.
Perolehan suara Shaiful seperti di pemilihan ketua RW di Indonesia saja. Rupanya kebencian publik padanya tidak bisa dihapus. Apalagi pencalonannya ini ditengarai untuk menjegal Anwar. Bahkan ada yang mensinyalir ia telah dibayar. Untuk menjegal Anwar. Dengan isu sentral sodomi.
Kalau benar begitu Shaiful memang tidak perlu malu, dengan angka sementara 82 suara itu.
Anwar sendiri dipastikan menang. Dengan perolehan suara 30 ribu lebih. Jauh meninggalkan enam caleg lainnya. Yang tertinggi hanya mendapat 7 ribuan suara. Yakni calon dari partai Islam PAS.
Mantan menteri besar Negeri Sembilan hanya mendapat 5 ribuan suara. Tiga calon independen lainnya, ketiganya dari suku Tionghoa, hanya mendapat kurang dari 500 saja suara. Suara suku Tionghoa yang begitu besar di Port Dickson untuk Anwar Ibrahim.
Tidak sia-sia pengorbanan Datuk Danyal Balagopal Abdullah. Yang baru tiga bulan menjadi nggota DPR dari Port Dickson. Sengaja mengundurkan diri. Agar kursi itu kosong. Untuk dimenangkan Anwar Ibrahim. Yang ia sebut sebagai ‘Perdana Menteri in waiting’.
Anwar segera dilantik menjadi anggota DPR. Bahkan pelantikannya bisa Senin besok. Begitulah sistem di Malaysia. Hari kemarin pemilu pemenangnya dilantik besok siang. Dengan demikian Senin besok Anwar berhak menjadi perdana menteri. Menggantikan Mahathir Muhamad. Kapan saja Anwar mau.
Maka yang paling ditunggu rakyat Malaysia sekarang ini adalah pernyataan Anwar: mau jadi perdana menteri sekarang atau nanti-nanti. Atau dua tahun lagi. Seperti yang pernah ia isyaratkan sendiri.
Anwar, anak muda berumur 71 tahun ini, kini penuh teka-teki.
***
Dahlan Iskan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews