Pilpres adalah peristiwa politik terbesar yang merupakan puncak pertarungan perebutan kekuasaan yang tertinggi di sebuah negara demokrasi. Peristiwa yang menjadi ajang pertarungan utama antara pihak-pihak yang sangat berkepentingan terhadap kekukasaan politik yaitu para politikus, para pebisnis besar dan rakyat umum.
Di era medsos ini, pertarungan itu lebih dimotivasi oleh kepentingan bisnis daripada kepentingan ideologis maupun kepentingan rakyat umum.
Sebuah kenyataan pahit yang sangat ironis, dimana secara teoritis rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi, tetapi secara faktanya, kepentingan rakyat berada di urutan yang paling belakang, suara politik rakyat hanya digunakan sebagai alat untuk memenuhi kepentingan para elit-elit politik dan bisnis, mengatasnamakan kepentingan rakyat untuk memenuhi hasrat kekuasaan para elit-elit tersebut.
Bagaimanapun kita masih bisa mengucapkan syukur, di dalam kehidupan sehari-hari kenyataan pahit itu memang tidak terlihat secara gamblang, tidak terlalu vulgar. Kita masih bisa menyaksikan bahwa kepentingan rakyat umum masih dijaga, meskipun sudah jelas belum maksimal, khususnya yang mencakup pangan, kesehatan, pendidikan dan lapangan pekerjaan.
Sejarah banyak sekali menunjukkan bahwa maju atau tidaknya sebuah negara, dalam konteks kesejahteraan rakyat, sangat ditentukan oleh kualitas pemimpinnya yang tertinggi, apapun bentuk sistem pemerintahannya. Bisa dikatakan, kualitas pemimpinnya lebih penting daripada bentuk sistem pemerintahannya. Pembahasan soal ini memang panjang dan rumit, serumit pembahasan mana yang duluan tercipta, telur atau ayam, malam atau siang.
Saya sendiri berharap dari pilpres 2024, akan muncul sosok presiden yang benar-benar mau dan benar-benar sanggup __bukan hanya sekedar mau__ meletakkan kepentingan rakyat umum diatas kepentingan politik dan bisnis.
Sosok pemimpin yang mandiri, bijaksana, cerdas, berintegritas, pragmatis sekaligus visioner, tidak gampang mengumbar janji dan sekalinya berjanji dia sanggup menunaikan janjinya dengan baik. Sosok presiden yang mau dan mampu mengharmonisasi kepentingan semua pihak yang berkepentingan terhadap kekuasaan politik di negara kita. Bukan hanya untuk kepentingan kita, tetapi juga untuk kepentingan internasional, untuk kepentingan dunia.
Muluk?! Apakah harapan saya itu sifatnya muluk? Bila harapanku itu memang muluk, maka keadaan kita akan gini-gini aja, kalau bukan jalan di tempat atau autopilot, ya majunya persis seperti jalannya keong. Pun, saya memang mengakui bahwa untuk memperoleh pemimpin yang seperti itu benar-benar tidak mudah dan sifatnya sangat langka.
Sejauh ini, kita hanya disodorkan tiga sosok yang menjadi calon presiden kita berikutnya, sosok-sosok yang familiar, yang sifatnya itu ke itu aja, yaitu Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Dari ketiganya, siapakah sosok yang memiliki karakter pemimpin seperti yang telah saya sebutkan, paling tidak yang paling mendekati?
Saya sendiri cenderung skeptis, rasanya mustahil memperoleh presiden sesuai dengan yang saya harapkan. Dikarenakan saya anti golput, walaupun mereka bertiga nampaknya masih jauh dari ciri-ciri pemimpin yang hebaat, saya akan tetap memilih satu diantaranya.
Karakter personal (terutama kekonsintenan dan integritas), rekam jejak aktivitas politik dan latar belakang politiknya adalah tiga parameter yang akan saya gunakan untuk memilih presiden kita dalam pilpres yang akan berlangsung dalam enam bulan lagi.
Saya hanya akan memperhatikan ketiga ciri itu dalam memilih, bukan memperhatikan janji-janji politiknya yang mau bikin ini bikin itu, sifatnya hanya basa-basi politik pencitraan, apalagi sistem pemerintahan kita sudah berjalan dengan cukup baik, tinggal siapanya aja yang akan memegang kendali utama pemerintahan itu.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews