IKN dan Tugas Sejarah yang Digugat

Lihatlah mereka yang memilih peran antagonis terkait pemindahan Ibu Kota Negara, orang-orang dan kelompoknya masihlah sama sejak Pilpres 2014.

Jumat, 4 Februari 2022 | 13:13 WIB
0
312
IKN dan Tugas Sejarah yang Digugat
Jokowi di IKN (Foto: Tribun Kaltim)

Hasil pembangunan yang kita nikmati sekarang, yang dibangun oleh Pemerintahan Soekarno pada awalnya juga tidak terlepas dari kontroversi, ditentang oleh segelintir orang. Tapi, setelahnya semua menjadi sejarah yang mengukir nama Soekarno. 

Semua dibangun bukanlah dalam kondisi Indonesia sedang gemilang secara ekonomi, tapi itu memang harus dilakukan, meskipun ditentang sana-sini. Di situlah konsistensi seorang Soekarno diuji, dianggap 'kopig' seperti halnya Jokowi sekarang ini. 

Sejarah akan mencatat setiap peristiwa yang terjadi di Bumi Indonesia, termasuk juga sejarah Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Apakah realisasi IKN tersebut bisa diwujudkan dan di Ridhoi Allah, wallahu'alam.

Semua ikhtiar membangun IKN itu adalah bagian dari sejarah nantinya. Termasuk juga ikhtiar kelompok masyarakat yang ingin menggugat UU IKN di MK, itu pun bagian dari sejarah. Tapi, persoalannya yang mana pada akhirnya yang menjadi sejarah yang baik dan mana yang buruk.

Itu semua baru diketahui nanti, mungkin anak cucu kita yang menikmatinya nanti. Beruntunglah mereka yang masuk dalam catatan sejarah yang baik bagi bangsa ini, karena akan selalu dikenang dan amal baiknya menjadi amal jariahnya. Entahlah bagaimana yang sebaliknya.

Setiap manusia memiliki takdirnya sendiri, sesuai dengan amal perbuatannya. Ada memang yang menerima takdir yang buruk, karena memang tidak tahu bagaiman berbuat kebaikan sesungguhnya untuk kemaslahatan bersama. Itu semua sesuai dengan porsi masing-masing.

Apa yang di terima manusia itu sesuai dengan usahanya, bahkan terkadang sudah berusaha keras namun tetap saja tidak menerima apa yang diharapkan. Di situlah adanya peranan Tuhan, karena manusia memang tidak memiliki kuasa apa pun di muka bumi ini.

Hidup memang pilihan, ada yang memilih peran antagonis menjadi kelompok yang selalu bikin gaduh pun merupakan pilihan, karena memang peran seperti ini cenderung cepat populer kalau di dalam film. Bisa jadi tidak ada peluang lain dan tidak berusaha untuk berbuat dan menciptakan kedamaian. Karakter lahiriah itu memang susah diubah, kecuali memperoleh hidayah-Nya.

Sebaliknya, ada yang lebih memilih peran protagonis, peran yang cenderung berbuat kebaikan dan biasanya lebih disukai, karena selalu tampil sebagai penyelamat. Kedua karakter peran inilah yang mengisi cerita sejarah nantinya. Siapa yang akan menjadi pemenang dan siapa pula yang akan menjadi pecundang sejarahlah yang akan mengukirnya.

Lihatlah mereka yang memilih peran antagonis terkait pemindahan Ibu Kota Negara, orang-orang dan kelompoknya masihlah sama sejak Pilpres 2014.

Kelompok yang memang tidak mendapatkan peran protagonis. Masih dengan mindset yang sama sebagai oposisi, yang penting menentang apa pun yang dilakukan pemeritah berkuasa. 

Itulah pilihan sejarah dan takdir yang memang sesuai dengan porsinya, dan mereka sangat menikmati itu. 

Aji Najiullah Thaib