Skenario ini sudah berjalan sejak wabah covid-19 ini terjadi. Lihat saja narasi "New Normal No, New Leader Yes". Ini pun bagian dari skenario besar tersebut.
Ada dua peristiwa hangat yang bermuara pada intimidasi, saya tidak akan membahas peristiwanya, dan apa yang melatari peristiwa tersebut secara detilnya, tapi saya akan melihat sudut lain dari peristiwa itu.
Pertama peristiwa intimidasi terhadap junalis Detik.com, yang ditengarai karena dianggap membuat pemberitaan yang merusak citra dan nama baik presiden. Blow up-nya begitu, apakah benar Presiden Jokowi peduli dan terusik dengan judul pemberitaan tersebut?
Saya pikir sih gak, ngapain Presiden ngurusi hal seperti itu, lagian seberapa besar sih dampaknya pada Presiden? Gak ada, yang lebih berat dari itu sudah dirasakan Presiden, dan dia tetap gak peduli, karena situasi dan kondisi negara saat ini jauh lebih menguras energinya ketimbang urusan seperti itu.
Lantas pernyaannya siapa yang yang mengintimidasi jurnalis detik? Siapa saja bisa, tergantung apa kepentingannya. Apa iya orang suruhan Presiden atau buzzer? Ya tergantung nalar aja mencernanya, kalau nalarnya baik gak akan percaya begitu saja, karena secara politis, situasi itu bisa dimanfaatkan untuk menjatuhkan citra Presiden, oleh pihak ketiga.
Peristiwa ini justeru berdampak pada citra Presiden, karena dianggap rezim melakukan upaya represif terhadap wartawan. Bagi pihak yang memanfaatkan soal pemberitaan dan intimidasi terhadap jurnalis, targetnya tercapai, karena publik menganggap rezim Jokowi represif.
Sebelum ada hasil penyelidikan dari pihak kepolisian, peristiwa ini menjadi bola liar, menjadi isu polititik yang tidak sedap. Itulah perlunya intelijen mencari tahu gerakan apa yang ada dibalik peristiwa ini, siapa yang memainkan skenario besarnya.
Kedua peristiwa intimidasi yang diterima oleh UGM, terkait penyelenggaraan diskusi yang bertajuk; "Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan". Diskusi yang menimbulkan anggapan adanya upaya makar ini sudah diluruskan pihak UGM.
Inikan sangat aneh, apa urusannya Ormas Muhamadyah dengan acara diskusi tersebut? Terus ngapain ngancam suruh datang ke Polres Sleman. Apa hubungannya Muhamadyah dengan Polres Sleman?
Selain itu ada ancaman melalui sms via ibu si dosen, yang isinya juga berupa intimidasi, yang pada intinya terkait acara diskusi tersebut. Jelas teror yang berupa intimidasi ini modusnya sama dengan intimidasi yang diterima oleh jurnalis detik, yakni ingin memberi imformasi bahwa rezim Jokowi tidak senang dengan acara diskusi tersebut.
Sehingga ingin memberikan kesan rezim Jokowi mengintimidasi wartawan dan akademisi, dan ini akan dijadikan puntung api untuk membakar situasi. Modus-modus ini tentunya sangat musah terbaca arahnya.
Padahal sampai saat ini pemerintah sama sekali belum ada membahas baik soal intimidasi terhadap jurnalis detik, atau pun soal acara diskusi di UGM, karena memang tidak ada kepentingan langsung pemerintah untuk membahas soal itu, padahal target dari oknum yang ada dibalik skenario ini adalah reaksi masyarakat, juga reaksi pemerintah.
Apakah memang ada skenario besar yang sedang dimainkan sekelompok orang, yang targetnya menurunkan Presiden. Dan skenario ini sudah berjalan sejak wabah covid-19 ini terjadi. Lihat saja narasi "New Normal No, New Leader Yes". Ini pun bagian dari skenario besar tersebut.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews