Narasi yang Mereka Bangun Terkait Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan

Faktanya, aksi bom dunuh diri di Polrestabes Medan memang aksi bom bunuh diri yang menyamar atau memakai jaket ojol karena pelaku ini dua tahun yang lalu pernah menjadi driver ojol.

Sabtu, 16 November 2019 | 06:15 WIB
0
341
Narasi yang Mereka Bangun Terkait Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan
Pelaku bom bunuh diri di Medan (Foto: tribunnews.com)

Pada hari Rabu,13 November  2019 terjadi aksi bom bunuh diri di halaman Polrestabes Medan. Pelaku aksi tunggal tersebut berinisial MRN.

MRN masuk ke halaman Polrestabes Medan dengan jaket ojol dan membawa sebuah ransel dengan alasan mau membuat SKCK sebagai syarat  pendaftaran CPNS. Berdasarkan rekaman CCTV sebelum bom diledakan pelaku menjauh dari kerumuman orang yang sedang mengurus SKCK dan meledak dekat kendaraan aparat kepolisian.

Atas kejadian tersebut, ada pihak-pihak yang membuat narasi yang disebarkan lewat group WhatsApp, bahwa aksi itu bukan bom bunuh diri tetapi driver gojek yang mendapat orderan barang ke Polrestabes Medan dan barang yang dibawa ojol tersebut meledak, jadi bukan driver gojek yang bunuh diri.

Begitulah narasi yang mereka bangun dan mereka juga mengaku seolah-olah meluruskan berita supaya tidak terjadi fitnah.

Padahal faktanya, aksi bom dunuh diri di Polrestabes Medan memang aksi bom bunuh diri yang menyamar atau memakai jaket ojol karena pelaku ini dua tahun yang lalu pernah menjadi driver ojol.

Siapakah yang membangun narasi diatas bahkan ada yang membuat narasi-itu diledakan dari jarak jauh dengan remote? Yaa tentu orang-orang merasa tersudutkan setiap ada aksi bom bunuh diri. Minimal mereka simpatisan dari mereka. Mereka simpatisan teroris, bahkan mungkin pelaku teror juga, hanya saja belum "aktif bekerja".

Bayangkan, mantan pimpinan KPK yaitu Busro Muqaddas malah menuduh aksi bom Medan jangan-jangan aktornya negara seperti orba. Apalagi masyarakat biasa tidak mudah termakan narasi-narasi yang beredar di medsos baik facebook atau WhatsApp.

Pemakaian jaket ojol hanyalah sebagai taktik atau strategi dari pelaku bom bunuh diri untuk menghindari dari kecurigaan aparat atau masyarakat. Dan benar saja strategi pelaku berhasil masuk ke Polrestabes Medan dan meledakkan dirinya.

Atas kejadian ini-mengingatkan beberapa bulan yang lalu ada seorang polisi atau Polantas di Bogor yang sedang mensterilkan jalan di deket Tugu Kujang Bogor  karena presiden mau lewat. Ternyata ada ojol yang masuk ke jalan yang sudah steril tersebut dan anggota Polantas tersebut memarahi driver ojol dan sedikit menendang kakinya dan di keplak helmnya.

Tapi apa yang terjadi? Karena viral videonya semua masyarakat lebih bersimpati pada ojol tersebut dan teman-teman ojol juga langsung mendatangi Polres Bogor untuk minta klarifikasi. Sekalipun pada akhirnya damai. Tetapi sang polisi tersebut dimutasi atau tidak menjadi Polantas lagi karena dianggap melanggar.

Tetapi seandainya ojol tersebut benar pelaku teror yang menyamar dan terjadi ledakan-tentu yang disalahkan adalah aparat keamanan atau polisi tersebut. Begitulah resiko seorang aparat, kalau terjadi aksi teror ledakan bom dituduh kecolongan, melakukan aksi preventive dituduh melanggar HAM.

Apa harus menunggu korban berjatuhan-baru aparat bergerak?

***