Takkan Ada Species Sapi Arab

Bagaimanapun, berpolitik dagang sapi dengan Nasdem lebih gampang ketimbang berhadapan dengan PKS.

Sabtu, 8 Oktober 2022 | 07:59 WIB
0
114
Takkan Ada Species Sapi Arab
Ilustrasi pria bersurban (Foto: bola.com)

Sampai dunia ini meledak tidak bakal ketemu spesies sapi jenis ini.

Demikian pula target ataupun angan-angan apapun bahwa Anies Baswedan menjadi Presiden Indonesia menggantikan Pak Jokowi.

Dengan analisa apapun, dia tidak bakal menjadi Presiden.

Mengapa ?

Jikapun Anies menjadi anggota Nasdem, dia akan terganjal oleh isu primordial yang melekat di negara manapun, jika menyangkut kepala negara. 

Anies itu keturunan Arab. Bukan pribumi. Saya benci dengan pahaman rasis model begini. Namun sebagian besar orang Indonesia menegaskan bahwa Presiden Indonesia harus pribumi. Bukan keturunan.

Faktor lainnya adalah reputasi buruk dia yang didukung oleh kelompok Muslim intoleran. Pilkada di Jakarta yang menumbangkan Ahok begitu membekas dalam sanubari mereka yang berpahaman moderat dan yang non Muslim.

Alasan lain mengapa Anies tidak mungkin jadi Presiden adalah karena factor Prabowo Subianto yang kemungkinan besar akan menggantikan pak Jokowi. Bagaimanapun, adalah Prabowo yang menjadikan Anies jadi Gubernur DKI yang terus melenggang dengan kebijakan dia yang aneh dan boros tanpa ada perlawanan sedikitpun dari DPRD. 

Tidaklah elok melawan orang yang mengangkat dia dari keterpurukan politik.

Jadi diatas kertas, sangatlah sulit bagi Anies Baswedan menjadi Presiden Indonesia.

Lalu mengapa Nasdem mendapuk dia jadi capres ?

**

Bagi saya, ini cara Nasdem merebut ceruk suara pendukung Anies yang sebagian besar adalah kelompok Islam dan mereka yang kecewa terhadap kinerja Jokowi. 

Ceruk suara pendukung Anies dengan symbol Islam sangatlah besar . Jumlah mereka cukup signifikan bagi Nasdem untuk menjadi broker kekuasaan dan mampu membanderol merknya menjadi sangat mahal. 

Jadi siapapun yang menjadi Presiden nanti, Nasdem lah yang akan juga menentukan bentuk pemerintahan pusat pasca Jokowi.

Sementara itu, dukungan kuat kelompok Islam pro Anies bakal menguntungkan Nasdem dalam meloloskan lebih calon kepala daerah mulai dari gubernur hingga walikota di daerah-daerah. 

Mereka - kepala daerah dan calon legislatif - yang diboyong Nasdem secara otomatis sudah dibekali wild card untuk meraih suara Islam.

Jadi tujuannya nampaknya kesitu dan Anies paling mentok bakal jadi Gubernur DKI lagi. 

Dengan catatan koalisi gajah Gerindra PDIP berhasil meloloskan scenario yang sudah dirancang sejak lama yakni Presiden berikutnya adalah Prabowo dan wakilnya Puan Maharani.  

Sementara Pak Jokowi akan duduk dikabinet sebagai menteri senior atau menteri di atas menteri.

**

Dari itu, Surya Paloh tidak perduli dengan sejumlah kader Nasdem ramai-ramai mundur sebagai tanda protes atas keputusan Nasdem mendapuk Anies sebagai capres partai ini.

Sebagai politisi senior yang tanpa segan menendang Hari Tanoe dari Nasdem, keputusan mendapuk Anies sangat strategis bagi keberlangsungan partai itu.

Mencalonkan Anies sejak awal, secara efektif menjegal rencana PKS memanfaatkan isu Islam yang sukses besar di pemilu 2019 lalu.

Suara partai ini naik termasuk jumlah wakilnya di DPR dan DPRD. Ini karena Gerindra dan PKS trampil menggoreng isu Islam hingga kubu Jokowi dan NU saat ini bekerja sangat keras untuk memenangkan suara di Jawa Barat.

Nasdem juga ingin mengulang scenario manis 2019 karena berkat dukungannya ke Jokowi, suara partai ini juga naik. Demikian dengan jumlah kepala daerah ketika Pilkada kemarin. 

Karena pak Jokowi tidak lagi bisa jadi presiden, Nasdem mesti berputar strategi untuk mengulangi kejayaan lima tahun lalu. Yakni menjadi broker pengumpul suara Islam dan anti Jokowi dengan mengedepankan figure Anies Baswedan, yang di mata pendukungnya adalah seorang Islamis yang didzolimi Jokowi.

Karena itu, tidak heran jika PKS nampak lunglai tanpa daya karena ceruk suara terbesar direbut Nasdem sejak awal.

Koalisi Gajah Gerindra-PDI-P juga lega dengan maneuver Nasdem yang membuat PKS tidak lagi sebagai kuda hitam di 2024.  

Bagaimanapun, berpolitik dagang sapi dengan Nasdem lebih gampang ketimbang berhadapan dengan PKS.

Jadi, demi kepentingan politik yang lebih besar itu, apa boleh buat mereka yang mundur dari Nasdem karena tidak setuju dengan pencalonan Anies, hanya dianggap Surya Paloh sebagai butiran debu politik 

Yang

Sama sekali

Tidak Penting.

***