Mengapa Presiden Jokowi Tak Menegecam Perang Rusia vs Ukraina?

Sebagai kepala negara Presiden Jokowi tentu ingin menjaga kepentingan nasional, juga untuk kepentingan warga negaranya. Bukan semata-mata kepentingan ekonomi atau bisnis., tetapi lebih jauh dari itu.

Rabu, 2 Maret 2022 | 08:01 WIB
0
165
Mengapa Presiden Jokowi Tak Menegecam Perang Rusia vs Ukraina?
Joko Widodo dan Vladimir Putin (Foto: merdeka.com)

Serangan Rusia terhadap Ukraina mendapat banyak kecaman atau kutukan dari banyak negara. Terutama negara-negara Eropa dan AS atau negara yang tergabung dalam NATO.

Bahkan publik pun ikut bersuara mengecam atau mengutuk aksi serangan yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina. Suara publik juga terbelah dalam konflik antara Rusia vs Ukraina. Ada yang condong ke Rusia dan ada yang condong ke Ukraina. Semua ada alibinya masing-masing.

Negara-negara Eropa dan AS bukan sebatas mengecam atau mengutuk tindakan Rusia terhadap Ukraina,namun juga menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia.

Tetapi ada banyak negara juga yang tidak mau ikut-ikutan mengecam atau mengutuk tindakan Rusia menyerang Ukraina. Mereka cenderung netral dan lebih mendorong konflik itu dibawa ke meja perundingan.

Publik bisa bersuara bebas mengecam atau mengutuk serangan Rusia terhadap Ukraina yang dianggap tidak menghormati wilayah atau kedaulatan negara lain. Tetapi,kecaman atau aksi mengutuk itu tidak akan membawa risiko atau konsekuensi atas tindakan mengecam atau mengutuk tersebut. Lain cerita bagi seorang kepala negara.

Kepala negara tidak bebas berpendapat seperti publik dijagad maya atau medsos terkait serangan Rusia terhadap Ukraina. Kecaman kepala negara akan membawa risiko dan konsekuensi tersendiri dan malah bisa menyulitkan negaranya dikemudian hari.

Mungkin publik menilai presiden Jokowi sebagai kepala negara kurang tegas atau keras terhadap aksi Rusia menyerang Ukraina.

Seperti kita ketahui, Presiden mencuitkan "Stop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia".

Publik mungkin menilai pernyataan Presiden Jokowi normatif sekali,karena tidak menyebut nama negara.

Mengapa Presiden Jokowi tidak mengecam secara keras kepada Rusia yang menyerang Ukraina?

Kedua negara yang sedang berkonflik yaitu Rusia dan Ukraina mempunyai hubungan yang dekat dengan Indonesia. Memilih atau memihak kepada salah satu, bisa menyebabkan merenggankan hubungan yang sudah terjalin lama.

Dan sebagai kepala negara tentu ingin menjaga kepentingan nasionalnya. Dan itu juga untuk kepentingan warga negaranya. Bukan semata-mata kepentingan ekonomi atau bisnis.Tetapi lebih jauh dari itu.

Padahal Duta Besar Ukraina untuk Indonesia yaitu Vasyl Hamiamin meminta Indonesia secara lantang dan percaya diri mengecam serangan Rusia kepada negaranya. Karena Indonesia dianggapnya belum secara lugas dan jelas mengecam aksi serangan Rusia terhadap Ukraina.

Apakah hanya kepala negara seperti presiden Jokowi yang bersikap demikian yang tidak secara tegas mengecam serangan Rusia terhadap Ukraina?

Ternyata tidak!

Negara-negara yang terhimpun dalam Liga Arap ternyata juga bersikap demikan, yaitu netral atau tidak mengecam secara tegas terkait serangan Rusia terhadap Ukraina. Padahal anggota Liga Arab merupakan sekutu AS. Mereka tentu juga menjag kepentingan nasionalnya. Negara-negara Liga Arab juga mempunyai hubungan baik dengan Rusia.

Uni Emirat Arab yang merupakan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dalam draf resolusi sidang PBB menyatakan abstain bersama dengan India dan Cina.

India juga punya hubungan baik dengan AS dan Rusia. Kecuali Cina yang merupakan musuh bebuyutan dalam perang ekonomi atau dagang.

Turki yang merupakan anggota NATO juga begitu. Sekalipun tidak bisa menerima tindakan Rusia menyerang Ukraina, namun juga menjaga hubungan baik dengan Rusia. Dan tidak akan memutuskan hubungan dengan Rusia. Terkait larangan kapal perang Rusia yang tidak boleh melewati selat laut Turki, bukan hanya ditujukan kepada Rusia semata-namun juga kepada Ukraina. Ini Sesuai perjanjian konvensi 1936.

Israel yang merupakan sekutu AS juga tidak mengeluarkan kecaman keras kepada Rusia. Sekalipun sebelumnya menteri luar negeri Israel sempat mengeluarkan kecaman kepada Rusia. Bahkan duta besar Israel untuk Rusia sempat dipanggil untuk mengklarifikasi pernyataannya tersebut.

Bahkan sebelum Rusia menyerang Ukraina, pihak Israel melarang negara-negara baltik untuk tidak mengirim senjata kepada Ukraina. Israel hanya sebatas membantu misi bantuan kemanusiaan.

Israel juga mempunyai hubungan baik dengan Rusia. Bahkan Israel sendiri sebenarnya juga punya permasalahan tersendiri yaitu menduduki wilayah dataran Tinggi Golan sampai saat ini. Padahal PBB menyatakan itu wilayah sah Suriah yang direbut dalam perang 1967. Kartu ini yang akan dimainkan kalau Israel macam-macam ikut mengecam tindakan Rusia menyerang Ukraina. Semua demi menjaga kepentingan nasionalnya.

Presiden Brazil Jair Bolsonaro juga bersikap netral terkait konflik Rusia vs Ukraina. Ia lebih menjaga kepentingan ekonominya. Karena masih tergantung kepada Rusia. Padahal Brazil ini juga sekutu AS.

Artinya banyak kepala negara yang bersikap netral atau tidak mengecam tindakan Rusia menyerang Ukraina semata-mata menjaga kepentingan nasionalnya. Dan mereka tidak mau memilih diantaranya. Karena ini bukan memilih diantara dua cinta dalam hubungan percintaan.

***