Menanti "Hyena Politics" Kembali

Menjadi partai gurem dengan para elite politik yang terpuruk mungkin sudah menjadi pertimbangan, sebab politik itu tak ubahnya berjudi alias "gambling".

Sabtu, 30 Oktober 2021 | 13:20 WIB
0
138
Menanti "Hyena Politics" Kembali
Hyena (Foto: kompas.com)

"Peta pandemi global" terbaru ini menunjukkan Indonesia berada di Level 1, yang bisa dimaknakan sebagai "menuju kesembuhan" atau kenormalan baru. Bandingkan dengan negara full power seperti Amerika dan negara full doa seperti Saudi Arabia, Covid-19 di sana masih menjadi ancaman serius.

Harus diakui, pada mulanya Indonesia gamang, tertatih-tatih dalam menangani pandemi. Tak pelak kegamangan dan ketertatih-tatihan ini menjadi makanan empuk partai dan politikus pemangsa bangkai kekuasaan, para "hyena politics" yang berharap bangkai sisa-sisa kekuasaan.

Alih-alih membantu pemerintah dengan aksi nyata turun ke lapangan, para "hyena poltics" ini memprovokasi rakyat untuk tidak patuh prokes, tidak perlu vaksinasi, dan seterusnya, sementara para elite cukup ongkang-ongkang sambil makan-minum di tempat nyaman, lalu menebar cerita bahwa "pemerintah gagal total menangani pandemi", karenanya pemerintah harus secepatnya diganti dan dirinya serta kelompoknya sajalah yang layak menggantikannya. Kan bangke....

Maka sangat kentara polarisasi antara rakyat yang mendukung pemerintah agar pandemi segera berakhir dengan mereka yang nyinyir tetapi tetap menikmati fasilitas yang diberikan pemerintah berupa vaksinasi yang menguras APBN itu. Kita menjadi tahu siapa elite politik dan para SJW yang mendesakkan "lock down", yang rupanya punya strategi busuk menjerumuskan Jokowi ke jurang kehancuran.

Beruntung, Jokowi tidak terjebak kepungan para "hyena politics" yang didukung partai oportunis di belakangnya. Ia tetap yakin atas langkah yang diambilnya dengan tidak menerapkan "lock down" radikal, yang di kemudian hari terbukti tidak ada satupun negara yang berhasil dengan cara menerapkan aturan superkeras itu.

Dengan keberhasilan pemerintah menangani pandemi dan itu diakui dunia, publik mulai membuka-buka kembali file, lembaran dan ingatan lama, siapa gerangan elite politik dan partai yang menjadi "hyena poltics". Mereka, rakyat itu siap menandai sepak-terjang elite dan partai itu di kemudian hari, khususnya pada Pemilu terdekat di 2024. Kemudian rakyat menjatuhkan hukuman dengan caranya sendiri.

Menjadi partai gurem dengan para elite politik yang terpuruk mungkin sudah menjadi pertimbangan, sebab politik itu tak ubahnya berjudi alias "gambling".

Maka, menghantam pemerintah yang sedang menangani pandemi di luar nalar juga pilihan. Ketika pemerintah benar-benar gagal, elite dan partai itu bakal mendapat durian runtuh berupa tepuk riuh dan dukungan rakyat. Sisa-sisa kekuasaan pun siap mereka lahap.

Tetapi sebaliknya, di saat pemerintah ternyata berhasil menangani pandemi yang diakui dunia, menjadi partai gurem dengan elite-nya yang tersungkur mencium tanah juga pilihan. Maka nimati sajalah.

Rakyat tidak buta mata buta hati, sekalipun para "hyena politics" kini sibuk menghapus jejak sendiri.

***