Ada anggapan kalau ada peristiwa penggantian Presiden di tengah jalan, ditengarai pasti ada campur tangan Amien Rais, karena peristiwa seperti itu sangat erat kaitannya dengan Amien Rais.
Mendadak sontak Amien Rais membahas soal mundurnya Jokowi, ada apa? Apa yang ada di benak Amien sehingga sampai membahas pemunduran Jokowi?
Dalam wawancaranya di channel YouTube Refly Harun yang tayang pada Kamis (21/5/2020), Amien mengatakan pada Refly jangan sampai Jokowi mundur di tengah jalan.
Padahal selama ini Amien sering mengkritik Jokowi, bahkan kerap berusaha untuk melengserkan Jokowi, tiba-tiba sekarang berbalik malah sangat menyayangkan jika Jokowi mundur.
Ucapan bersayap Amien Rais ini sangat multiftafsir, bisa jadi dari ucapan ini justeru Amien sangat menginginkan Jokowi mundur.
Kalau menyimak pembicaraannya tentang proses pergantian Presiden, sejak pelengseran Soeharto, sampai pada pelengseran Gus Dur, Amien Rais seolah-olah merasa sebagai orang di luar panggung pada saat itu.
Padahal pada kenyataannya, pada setiap proses tersebut peranan Amien Rais tidak bisa diabaikan. Justeru sejarah mencatat, pada setiap proses pergantian yang terjadi ada keterlibatan Amien Rais.
Yang lucunya lagi, Amien merasa aneh dengan proses pergantian Presiden yang berlangsung dalam waktu singkat pada 1998-2004.
Sebagaimana kita ketahui, ketika Presiden Soeharto lengser pada 1998, maka secara otomatis wakilnya BJ Habibie menjadi Presiden. Namun ketika Habibie berkuasa selama kurang lebih 18 bulan, MPR menolak laporan pertanggungan-jawab Habibie pada 20 Oktober 1999, sementara yang menjadi Ketua MPR saat itu adalah Amien Rais.
Santer saat itu kalau Megawati Soekarno Putri akan terpilih sebagai Presiden RI ke 3, namun dihalangi isu gender. Gerakan poros tengah yang juga ada keterlibatan Amien Rais didalamnya, behasil menjadikan KH Abdurahman Wahid (Gus Dur), lewat Pemilu 1999 yang dilakukan MPR/DPR sebagai Presiden RI ke 4, dan Megawati diposisikan sebagai wakilnya.
Kepemimpinan Gus Dur masih berlangsung diantara tahun 1998-2004. Dalam perjalanannya, Gus Dur pun dimakzulkan di tengah jalan, dalam sebuah gerakan yang dipimpin Amien Rais. Peristiwa itu terjadi pada tahun 2001, maka secara otomatis pula Megawati menggantikan posisi Gus Dur sebagai Preaiden RI ke 5.
Sepatutnya Amien tidak perlu aneh dengan adanya pergantian Presiden di tengah jalan, karena dia sangat tahu sejarah dari setiap peristiwa tersebut, peranannya sangat kental dalam peristiwa sejarah itu.
Ada pemeo di masyarakat, kalau ada peristiwa penggantian Presiden di tengah jalan, ditengarai pasti ada campur tangan Amien Rais, karena peristiwa seperti itu sangat erat kaitannya dengan Amien Rais.
Apakah murni Amien Rais tidak menginginkan Jokowi mundur dari jabatan? Atau ucapan tersebut memberikan dimensi dan perspektif lain yang harus dicerna secara politis, sebagai ucapan bersayap yang penuh multitafsir?
Dalam tafsir penulis, pernyataan Amien Rais tersebut semata-mata ingin mengubah citranya, yang selama ini dianggap sebagai tokoh pewayangan "Sengkuni", seorang tokoh yang digambarkan sangat licik, dan senang mengadu domba.
Dia ingin memperlihatkan New Amien Rais yang "wise", yang sangat peduli dengan persatuan dan kesatuan bangsa. Apa lagi dengan partai barunya nanti, dia tidak lagi ingin mencitrakan dirinya sebagai sengkuni, citra sengkuni cukup ada di PAN.
Bayangkan dari sosok karakter yang hobi menggeruduk siapa saja yang tidak disukainya, tiba-tiba berubah menjadi sosok Amien Rais yang manis, yang tutur katanya berubah menjadi sangat bijak.
Bahkan partai yang baru dibentuknya nanti akan berlandaskan pads Al Qur'an, hanya dia dan Tuhanlah yang tahu seperti apa wujud partainya itu nanti. Yang jelas dia tidak ingin lagi disamakan dengan sengkuni.
Dugaan lain yang melatari pembahasan soal kemungkinan mundurnya Jokowi ini, Amien memang mengetahui kalau ada agenda tersembunyi tentang upaya pelengseran Jokowi, dan Amien ingin cuci tangan, dan tidak merasa terlibat dalam upaya tersebut. Wallahu'alam.
Sumber
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews