Mati Ketawa Cara Menteri Indonesia

Cintailah sewajarnya saja, pernikahan yang diikat janji suci saja bisa berakhir di pengadilan agama dan menimbukan rasa kecewa, karena merasa salah pilih pasangan hidup.

Rabu, 23 Oktober 2019 | 23:44 WIB
0
391
Mati Ketawa Cara Menteri Indonesia
Tetty Paruntu (Foto: Merdeka.com)

Guyonan politik! Politik tanah air terkadang menyisakan cerita yang menarik dan terkadang penuh kelucuan. Mulai dari awal pencapresan kedua pasangan, sampai dengan terpilihnya menteri atau kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin 2019. Tetapi juga seperti "deja vu" atau sesuatu yang sepertinya pernah terjadi.

Dalam kabinet Jokowi yang baru saja dilantik, ada dua menteri yang hampir mengalami nasib yang sama. Yang satu gagal menjadi presiden dan yang satunya gagal menjadi calon wakil presiden atau cawapres.

Siapakah dia? Dia adalah Probowo Subianto dan Mahfud MD. Kalau Prabowo gagal menjadi presiden dan Mahfud MD gagal menjadi cawapres karena tersingkir di menit-menit terakhir di tikungan kelok 9. Tersingkir oleh Mak'uf Amin yang sekarang menjadi wakil presiden.

Tapi selain keduanya mengalami kegagalan atau nasib yang sama, tapi juga mempunyai nasib keberuntungan yang sama, yaitu menjadi menteri atau pembantu presiden. Menjadi menteri Pertahanan dan menjadi menteri Menkopolhukam.

Bahkan dulu dalam panggung debat capres, Prabowo menanyakan tentang yang oline-online, eee sekarang jadi kenyataan ketemu dalam keadaan menjadi sama-sama menjadi menteri, yaitu Nadiem Makarim (Gojek).

Ada lagi cerita calon menteri yang sudah masuk Istana dan memakai baju atau kemeja putih namun akhirnya gagal menjadi menteri.

Siapakah dia? Dia adalah Bupati Minahasa Selatan, Tetty Paruntu.

Tetty Paruntu datang ke Istana sambil melambaikan tangan pada rekan-rekan wartawan atas undangan Sekneg Pratikno. Tapi gagal dalam tahap wawancara.

Dan ini mengingatkan pada pembentukan kabinet Jokowi tahun 2014 yang menimpa kader PDIP yaitu Muarar Sirait yang gagal menjadi menteri dan sudah memakai kemeja warna putih juga. Karena tidak kunjung datang restu dari ibu.

Ada lagi dua pendukung yang kecewa atas masuknya Probowo masuk dalam koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin dan menjadi menteri atau pembantu Jokowi. Pendukung Jokowi kecewa atas masuknya Prabowo dalam kabinet. Begitu juga sebaliknya pendukung Prabowo juga kecewa menjadi menteri Jokowi.

Dan orang-orang yang merasa bijak  menasehati: "politik itu cair dan dinamis, jangan baperan".

Tapi setelah Jokowi mengangkat menteri agama bukan dari NU atau Nahdliyin dan malah mengangkat menteri agama dari purnawirawan TNI, orang-orang yang sering memberi pencerahan atau merasa bijak tadi akhirnya juga kecewa dan baperan. Mereka merasa jatah menteri agama yang seharusnya atau berdasarkan kebiasaaan menjadi jatah atu milik NU atau Nahdliyin.

Bahkan yang kecewa itu level prof atau DR. yang juga sering menulis dalam medsos. Ini mirip seorang motivator yang akhirnya malah menamparin pesertanya hanya karena tersinggung.

Begitulah guyonan politik tanah air, rasa kecewa atau sakit hati bukan monopoli dalam urusan percintaan, tapi dalam politik juga sering menimbukan rasa kecewa di antara para pendukung.

Cintailah sewajarnya saja, pernikahan yang diikat janji suci saja bisa berakhir di pengadilan agama dan menimbukan rasa kecewa, karena merasa salah pilih pasangan hidup, apalagi hanya menjadi pendukung politik.

***