Cara Rocky Gerung Luapkan Kekecewaan pada Prabowo

Kalau Rocky tahu dan mengerti jalan pikiran Prabowo, tentunya dia tidak akan menarik dukungannya, dan mendeklarasikan diri sebagai oposan Prabowo.

Kamis, 17 Oktober 2019 | 21:31 WIB
0
696
Cara Rocky Gerung Luapkan Kekecewaan pada Prabowo
Prabowo vs Rocky Gerung - Kolase TribunNewsmaker - YouTube Metro TV/Kompas.com

Pengamat politik yang baru saja mendeklarasikan diri sebagai 'oposan' Prabowo, Rocky Gerung, menilai akan ada perubahan besar di Istana. Prabowo Subianto nanti akan memegang kendali dan mengatur ulang semua personil di Istana.

Apa iya seperti itu.? Pernyataan Rocky ini sangat emosional, dan analisanya terkesan dangkal. Dia tidak berpikir tentang kekuatan yang ada disekitar Jokowi. Apa iya Megawati akan membiarkan sepak terjang Prabowo.?

Saya malah berpikir kalau Rocky sebetulnya tidak terlalu mengenal karakter Prabowo. Mendukung Prabowo pun bukan atas dasar dia mengenal kepribadiannya, mudah mendukung, juga gampang menarik dukungan.

Dia cuma berpikir tentang gimana kiprahnya Prabowo nanti, dan dia tidak memperhitungkan posisi Jokowi sama sekali. Padahal kalau dia mau membuka mata, Jokowi adalah rival yang sudah mengalahkan Prabowo secara politik.

Menurut hemat saya, Prabowo bergabung ke pemeritah memang atas kesadaran ingin membantu dan memperbaiki keadaan, dalam bentuk rekonsiliasi politik. Berangkat dari kekecewaannya terhadap kondisi politik akhir-akhir ini.

Kalau paskapemilu 2014, Prabowo sangat kecewa dengan elit politik, pada Pemilu 2019, kecewaannya bukan cuma kepada elit politik, tapi juga pada pendukungnya yang mengambil kesempatan sebagai 'penunggang'.

Kalau Gus Dur pernah bilang, 'orang yang paling tulus itu adalah Prabowo', nah kali ini dia ingin membuktikan kepada masyarakat ucapan Gus Dur tersebut.

Prabowo masuk ke kabinet Jokowi sudah memperhitungkan semua resikonya, termasuk juga resiko ditinggalkan pendukungnya seperti Rocky Gerung. Artinya Prabowo benar-benar ingin suasana baru, dan tidak ingin lagi mengulangi kesalahannya.

Konsolidasi Prabowo ke Partai koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf, adalah cara dia untuk 'kulo nuwun', sebagai oposisi yang ingin masuk dalam pemerintahan, dan itu konsolidasi politik yang wajar-wajar saja.

Sementara Rocky menilai, konsolidasi tersebut adalah bentuk kesadaran Prabowo, kalau dia nantinya adalah pengendali kekuasaan. Memangnya Partai koalisi Jokowi mau dengan mudah dikendalikan Prabowo.?

Sakit hati sama Prabowo boleh, tapi tidak perlu memanasi situasi agar Prabowo dicurigai oleh koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf. Kalau menurut saya, meskipun saya tidak mengenal dekat Prabowo, tapi kepribadian Prabowo tidaklah seperti Rocky duga.

Boleh saja menduga kalau Prabowo masuk ke kabinet Jokowi untuk membangun kekuatan dari dalam, dan selanjutnya mengambil kendali kekuasaan, tapi analisanya harus logis.

Rocky Gerung menduga upaya Prabowo melakukan pendekatan dengan Partai koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf, merupakan sinyal bahwa Prabowo Subianto akan memegang kendali seluruhnya.

"Nah sinyalnya sebetulnya pesannya adalah seolah-olah Pak Prabowo ini mau mengatakan nanti seluruh kegiatan politik istana, akan ada di bawah kendali saya, kan itu yang terlihat," ungkapnya.

Nantinya kata dia, semuanya akan berubah di bawah kendali seorang Prabowo Subianto.

Analisa Rocky ini menggampangkan semua persoalan, segampang dia berpikir dan mempengaruhi pikiran para pemujanya. Padahal situasi dan kondisi sebenarnya tidaklah semudah apa yang dia pikirkan.

Jalan pikiran Prabowo jelas tidak sama dengan jalan pikiran Rocky, itulah makanya Rocky tidak bisa menerima kenyataan kalau Prabowo bergabung dengan Jokowi.

Kalau Rocky tahu dan mengerti jalan pikiran Prabowo, tentunya dia tidak akan menarik dukungannya, dan mendeklarasikan diri sebagai oposan Prabowo.

Ngapain juga dia menarik dukungan terhadap Prabowo, kalau dia yakin Prabowo akan mengambil semua kendali di Istana.

Kalau itu benar dilakukan Prabowo, harusnya dia tetap mendukung Prabowo dong. Begitulah logikanya.

Sumber

***