Masa Depan Konflik PKB

Membuang Lukman Edi, Abdul Kadir Karding dan Imam Nahrowi adalah sebuah langkah berbahaya akan keretakan PKB ke depan. Ketiga tokoh itu mengakar kuat dan punya jam terbang yang cukup.

Senin, 9 September 2019 | 20:02 WIB
0
555
Masa Depan Konflik PKB
Muhaimin Iskandar (Foto: Republika.co.id)

Saat ini PKB sedang menghadapi badai, Muhaimin Iskandar, sang ketua umum, singkirkan dua mantan sekjen PKB, Lukman Edi dan Abdul Kadir Karding.

Saat ini pengurus baru DPP PKB 2019-2024 diisi oleh mereka yang kurang berpengalaman, kurang lihai dan kurang smart, bisa dibilang Muhaimin saat ini dikelilingi oleh kader kader under capacity.

Lukman Edi dan Karding tidak masuk dalam kepengurusan baru PKB 2019-2024, karena keduanya selama ini kritis kepada muhaimin.

Ada satu lagi tokoh PKB yang dianggap oleh Muhaimin sebagai pengkhianat, yaitu menpora RI Imam Nahrowi. Imam dianggap kader mbalelo kepada Gus AMI, panggilan Muhaimi yang baru.

Kalau melihat komposisi pengurus pusat PKB saat ini, nasib partai ini 2024 akan jadi taruhan, Muhaimin semakin memiliki banyak musuh. Kubu Gus Dur tambah kubu internalnya sendiri.

Konflik PKB lebih kepada karena keinginan Muhaimin yang tetap ingin berkuasa sampai 2024. Seperti diketahui, Muhaimin mengambil alih PKB lewat drama pengadilan melawan Gus Dur.

Muhaimin saat ini memilih orang orang yang kurang punya jam terbang dalam politik, sebut saja contohnya Muammar Khadafi yang baru saja terpilih sebagai anggota DPR RI dapil lampung.

Sebut saja Chusnunia Halim, wakil gubernur lampung terpilih. Keduanya dimasukkan Muhaimin ke dalam deretan pengurus pusat PKB, padahal level mereka masih level provinsi.

Sebut saja Daniel Johan, Jazilul Fawaid, Imawan dst. Semua mereka kurang jam terbang dan masih sangat kurang relasi.

Membuang Lukman Edi, Abdul Kadir Karding dan Imam Nahrowi adalah sebuah langkah berbahaya akan keretakan PKB ke depan. Ketiga tokoh itu mengakar kuat dan punya jam terbang yang cukup.

Pada dasarnya, semua partai papan tengah model PKB, PAN, PPP, PKS dst tidak akan mampu bertahan dalam badai konflik. Hanya soal waktu mereka akan gurem. PPP dan PAN sudah memberikan sinyal ke sana. Sedangkan sisanya hanya menunggu waktu.

PKB selama ini mampu bertahan karena masih memiliki basis yang loyal yang sangat membantu mereka setiap pemilu, yaitu Jawa Timur. Karena di luar Jawa Timur, suara PKB cenderung hancur-hancuran.

PAN dan PPP mengalami hal yang sama, karena PAN tidak memiliki basis yang kuat maka ke depan pun nasibnya sedang dipertaruhkan. Sinyal redup ini sudah mulai tampak, sebab itulah saat ini PAN sedang "melelang" jabatan calon ketua umum pengganti ZulHas. PAN sedang mengalami krisis kepemimpinan.

PPP sudah sangat jelas, dengan perolehan hanya 19 kursi dari 575 kursi di DPR RI hasil pemilu 2019, PPP otomatis sudah jadi partai gurem saat ini.

PKS belum terjun bebas karena kembarannya belum lahir, ketika kembarannya sudah lahir, hanya menghitung waktu mundur saja menuju titik nol.

Nasdem juga belum terpuruk karena kembarannya belum lahir, kalau saja ada dualisme di tubuh Nasdem. Maka Surya Paloh tidak akan mampu bertahan lama lagi mengingat usianya sudah sangat senja.

Demokrat belum terpuruk, karena kembaran demokrat belum lahir, kalau sudah ada demokrat versi baru nantinya, maka Demokrat juga akan bubar seiring hilangnya pamor SBY.

Gerindra juga akan mengalami split yang sama dengan demokrat, makanya Gerindra saat ini mati matian mempertahankan Sandiaga Uno sebagai kader yang akan digandang-gadang memimpin Gerindra pasca Prabowo.

Karena dalam sejarah kepartaian modern pasca reformasi, Hanya ada 2 partai yang sudah teruji tahan konflik dan tahan uji ditengah pembelahan (political cleaveage) yaitu PDIP  dan Golkar.

Dan tidak akan ada partai yang mampu bertahan ditengah badai itu selain mereka. Termasuk juga kasus utama PKB. Ini hanya menunggu waktu landing. Mau soft landing atau crash landing. Yang pasti mereka semua akan landing sampai mencium aspal kalau tidak berbenah.

TZU
Analis Politik.

***