Meja Makan Surya Paloh

Bicara soal pencapresan Anies masih terlalu sangat jauh, 2024 masih 5 tahun lagi, langkah Surya Paloh ke Anies Baswedan masih sangat prematur dan hanya sekadar basa-basi.

Kamis, 25 Juli 2019 | 08:16 WIB
0
735
Meja Makan Surya Paloh
Anies Baswedan dan Surya Paloh (Foto: Katadata)

Saya mau nulis dikit soal langkah Surya Paloh ajak makan Anies Baswedan.

Saya menyebut ini langkah bukan manuver, karena memang ini hanya pertemuan biasa tidak sarat agenda politik serius.

Saya tulis analisa Paloh karena analisa soal Prabowo sejak awal sudah saya anggap selesai, ketemu Jokowi di MRT dan ketemu Megawati. Soal koalisi mereka sudah final.

Justru karena sudah finalnya deal-deal-an Prabowo-Istana, ini justru membuat terang kenapa Surya Paloh ajak makan Anies.

Langkah Surya Paloh mendekati Anies pada dasarnya lebih ke sikap kecewa Surya Paloh karena kubu Jokowi yang mengajak Prabowo koalisi, karena jatah Nasdem di kabinet jelas akan berkurang.

Bukan hanya jatah Nasdem, tapi semua jatah partai koalisi 01 akan berkurang dengan masuknya blok Prabowo ke kabinet Jokowi.

Nasdem kecewa berat, tapi karena posisi tawar Nasdem tidak terlalu kuat karena hanya memperoleh suara 9%-an pada pileg lalu membuat Surya Paloh mencoba rasional.

Satu satunya cara melampiaskan kekecewaannya adalah dengan cara mendekat dan merapat ke "musuh" Istana yaitu Anies Baswedan.

Langkah ini hanya seremonial dan tidak terlalu bernuansa politis, saya menganggap Surya Paloh hanya sedang menumpahkan emosi kepada kubu Jokowi dengan cara lain.

Berbicara soal pencapresan Anies masih terlalu sangat jauh, 2024 masih 5 tahun lagi, Presiden terpilih 2019-2024 saja belum dilantik, jadi langkah Surya Paloh ke Anies Baswedan masih sangat prematur dan hanya basa-basi.

Kekecewaan Surya Paloh ke kubu Jokowi tentu dirasakan juga oleh semua, termasuk blok Jenderal Luhut-Moeldoko-Wiranto. Ini wajar karena begitu Prabowo masuk Istana maka jenderal lain akan redup otomatis.

Tapi urusan tarik menarik kekuasaan antar kubu Prabowo dan kubu jenderal-jenderal di samping Jokowi tidak menarik dibahas, karena itu hanya seni mereka berebut kekuasaan sesama mereka, gak ada untungnya buat rakyat sama sekali.

Menguatnya kubu Prabowo di Istana atau melemahnya kubu Luhut dkk sama sekali gak akan ngefek apa apa buat rakyat. Karena sejatinya blok Mega-Jokowi adalah penguasa sesungguhnya bersama jenderal-jenderal aktif lain saat ini.

Kita menganut sistem presidensialisme, jadi yang paling berkuasa adalah presiden. Karena presiden kita adalah bonekanya Megawati cs, jadi ril penguasa sebenarnya di sini adalah orang-orangnya Mega. Jatah Prabowo mungkin saja besar tapi tidak akan vital dan strategis.

Jangan sampai nanti pendukung Prabowo ada yang berpikir bahwa masuknya Prabowo ke Istana untuk melemahkan barisan mereka. Itu sangat keliru, karena sejatinya ribut kursi antar mereka tidak ada kaitan dengan nasib rakyat.

Pendukung Prabowo selama ini berjuang untuk nasib rakyat dan demokrasi, bukan untuk tatik menarik kepentingan dalam ring Istana. Bukan urusan rakyat ribut Prabowo lawan Luhut dst dst. Jangan lupa itu.

Meja makan Anies-Surya (Foto: Tempo.co)

Kondisi politik masih sangat dinamis dalam konteks pencapresan Anies oleh Nasdem atau oleh lainnya. Anies masih terbuka peluang nyapres lewat partai lain non Nasdem atau bahkan Anies bisa juga nanti akan dicapreskan oleh PDIP. Langkah Nasdem hari ini hanya basa-basi Surya Paloh sebagai pelampiasan kekecewaannya kepada istana.

Hari-hariini Paloh dkk koalisi 01 sangat kecewa atas koalisi Mega-Prabowo. Tapi Paloh yang paling tidak sanggup menyembunyikan kekecewaannya itu makanya saat Mega ketemu Prabowo di saat yang sama Paloh langsung bertemu Anies tanpa jeda waktu.

Pada akhirnya bagi bagi kue ini gak ada kaitan dengan rakyat, dengan nasib bangsa dan masa depan demokrasi. Tidak ada hubungan dengan kedaulatan dan segudang PR-PR bangsa, ini hanya soal deal-deal-an kue di waktu yang tepat dengan orang yang tepat sesuai dengan kepentingan masing masing. Baik jangka pendek atau jangka panjang.

Tengku Zulkifli Usman, Pengamat Politik

***