Pantaskah Ia Disebut sebagai Bapak Bangsa?

Amien punya peran untuk meredam kubu 02 dibandingkan dengan menghasut dan membuat kondisi bangsa dalam kondisi terpecah karena pilpres.

Jumat, 26 April 2019 | 18:53 WIB
0
450
Pantaskah Ia Disebut sebagai Bapak Bangsa?
Amien Rais (Foto: Kompasiana.com)

Amien Rais yang saya kenal kini sudah berubah. Saat tahun 1998, hampir tak ada yang tak mengagumi sang lokomotif reformasi. Bahkan, berkat lobi dan kecerdikannya, Amien berhasil mengantarkan Gus Dur menduduki kursi presiden secara dramatis. 

Saya mengenal Amien sebelum kerusuhan 1998 meletus. Saat itu Amien sudah dielu-elukan oleh masyarakat, terutama dari kalangan warga Muhammadiyah. Siapa yang tak panas ketika dikritik Amien saat itu.

Tak ayal karena keberaniannya, Amien laris diundang berbagai institusi, kampus, dan lembaga lain seperti Rocky Gerung saat ini. Mungkin Amien setiap minggu akan menghiasi layar kaca, jika ILC Karni Ilyas saat itu sudah mengudara.

Amien pun pernah diundang ke sebuah pesantren di Bandung dengaan kawalan R Hartono, KSAD di era Soeharto. Tapi, Amien tetaplah Amien yang dikenal. Berani membuat telinga penguasa saat itu menjadi merah. 

Barangkali Amien masih bisa selamat tidak bernasib seperti para aktivis yang hilang karena merupakan pucuk pimpinan Ormas Muhammadiyah. Amien adalah simbol cendekiawan muslim yang saat itu berani menentang Soeharto.

Keberaniannya itulah yang membuat ia dijuluki sang lokomotif Reformasi. Ketika peralihan kekuasaan dari Orde Baru ke masa Reformasi sebetulnya ada peluang bagi Amien menjadi seorang Presiden. Namun, konon katanya demi fatsun politik, Amien merelakan jabatan itu diisi oleh Gus Dur. Barangkali itu yang disesalkan Amien hingga kini. 

Cerita kepahlawanan Amien saat Reformasi mungkin akan berbeda beberapa hari belakangan ini. Amien mungkin akan tetap diingat sebagai tokoh reformasi tetapi akibat sikap dan perkataannya belakangan ini bisa saja tak ada lagi yang mau mengingatnya sebagai salah satu tokoh bangsa apalagi mensejajarkannya sebagai bapak bangsa seperti mantan Presiden BJ Habibie.

Amien bukan lagi tokoh yang memberikan kritik membangun. Amien justru seperti enjoy dengan sikapnya meledek dan menghina lawan politiknya. 

"...bro, yang dilawan siapa? Pak Jae akan melawan rakyatnya sendiri..." tutur Amien saat berbicara tentang Jokowi yang difitnah selama 4 tahun di acara deklarasi kemenangan BPN di TMII. 

Amien seperti kehilangan fatsun politik yang selama ini menjadi ciri khasnya. Amien seperti kehilangan esensi sebagai kader Muhammadiyah yang seharusnya selalu berfastabiqul khairat. Amr Ma'ruf Nahi Munkar kini disalah artikan oleh Amien dengan menghujat lawan-lawan politik bahkan kawan politiknya yang dianggap mbalelo.

Sikap itulah yang akhirnya ditiru oleh anak-anaknya termasuk Hanum Rais. Hanum seolah lupa dengan kasus hoax yang dibuatnya hingga dengan entengnya mengkritik orang lain agar berkata jujur. 

Sebagai sosok yang masih dihormati di kalangan Muhammadiyah, Amien sepatutnya memposisikan diri sebagai orang tua yang arif dan bijak saat anak-anak bangsa tengah tegang. 

Amien punya peran untuk meredam kubu 02 dibandingkan dengan menghasut dan membuat kondisi bangsa dalam kondisi terpecah karena pilpres.

Jika ini terus berlanjut, masihkah Amien Rais layak disebut bapak bangsa?

***