Pada 12 Februari 2018 yang lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan nomor urut partai peserta Pemilu 2019. Salah satu partai yang menerima nomor urut itu adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Partai berlambang banteng tersebut bernomor urut 3 (tiga).
Menurut Sekretaris Jenderal PDI-P, Hasto Kristiyanto, angka tiga melambangkan tekad perjuangan bangsa sebagaimana dikatakan Bung Karno dalam konsep Trisakti: berdaulat di bidang politik; berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
"Angka tiga penuh dengan suasana kebatinan untuk cita-cita Indonesia Raya," ujar Hasto Kristiyanto.
Tujuh bulan berselang, penentuan nomor urut peserta Pilpres 2019 digelar, tepatnya pada 21 September 2018 oleh KPU. Calon presiden dan wakil presiden yang diusung partai wong cilik ini mendapat nomor urut 1 (satu). “Satu untuk Indonesia, Indonesia ber-satu,” ucap calon presiden petahana, Joko Widodo, mengungkap makna dari angka tiga yang diperoleh kubunya.
Dari ungkapan Joko Widodo, tersirat misi besar untuk kembali dan terus diperjuangkan olehnya, partainya, dan seluruh rakyat: memperkuat persatuan Indonesia.
Misi ini sesuai dengan sila ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia. Dalam rangka mengakarkan konsep Trisakti, “sense of belonging” sebagai satu bangsa dirasa perlu dibumikan terus-menerus.
Dalam rangka peringatan HUT ke-46 PDI-P pada tahun ini, panitia penyelenggara mengusung tema: “Persatuan Indonesia Membumikan Pancasila”.
Terlihat bahwa tema ini merupakan ramuan dan sekaligus penegasan keterkaitan antara angka 1 dan 3, angka hoki bagi PDI-P. "Pak Jokowi mengatakan ini aset terbesar kita, persatuan Indonesia membumikan Pancasila, ini yang dilupakan," jelas Hasto Kristiyanto.
Selamat merayakan HUT ke-46, PDI-P!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews