Koalisi Gerindra Retak, Demokrat Minta Talak?

Rabu, 21 November 2018 | 17:59 WIB
0
414
Koalisi Gerindra Retak, Demokrat Minta Talak?
SBY dan Prabowo (Foto: Senayanpost.com)

Saya jadi ingat nasihat kakek saya dalam memilih seorang pemimpin. Kakek saya memberikan nasihat untuk memilih pemimpin yang memiliki keluarga yang baik. Karena salah satu ciri seorang pemimpin yang baik adalah memiliki keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Nasihat tersebut masih terngiang-ngiang hingga saat ini.

Kita lihat sosok pemimpin yang sukses memimpin negeri Ini mulai dari Soekarno hingga Jokowi. Mereka merupakan sosok pemimpin yang memiliki keluarga yang utuh. Setidaknya dari merekalah lahir keturunan yang menjadi pemimpin di masa depan dan bisa dibanggakan

Tak terkecuali dengan sosok seperti Soeharto sekalipun yang memiliki keluarga yang lengkap dan utuh meskipun di akhir hayatnya ditinggalkan oleh sang istri terlebih dahulu. Begitu juga dengan kisah cinta sepanjang masa, Habibie dan Ainun yang begitu indah hingga kisahnya diangkat ke layar lebar.

Potret keluarga inilah yang menjadi cermin kepemimpinan seorang ayah dalam mengatur rumah tangganya. Sosok seorang ayah harus mampu membagi cintanya untuk istri dan anak-anaknya. Bagaimana jadinya Jika seorang ayah tidak bisa membagi cintanya dengan adil untuk anak-anaknya. Tentu keluarga tersebut akan larut terus menerus dalam perseteruan.

Potret tersebut bisa kita lihat sendiri dalam koalisi Adil Makmur yang dipimpin oleh Gerindra. Setelah PKS yang ngambek karena tidak dapat jatah kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta, kini giliran Demokrat yang minta talak. Demokrat merasa Gerindra belum memenuhi janji janjinya. Lucunya justru Gerindra yang meminta terlebih dahulu agar Demokrat meluluskan janjinya dengan menggelar karpet merah untuk Prabowo.

Inilah potret " keluarga" yang sedang dirundung dengan masalah. Bagaimana mungkin menjadi seorang pemimpin yang adil, jika menggalang kekuatan koalisi saja sudah dirundung dengan berbagai permasalahan. Sampai-sampai masalah "keluarga" seperti ini diumbar ke media.

Kita tahu bahwa Susilo Bambang Yudhoyono bukanlah orang sembarangan. Meskipun sosok jendral bintang empat ini sedikit baper, tetapi harus diakui bahwa selama dua periode menjabat sebagai presiden, SBY cukup banyak Membawa Perubahan (BAPER). Yang paling terasa adalah kebebasan berekspresi.

Bahkan SBY berani bertaruh dengan mengorbankan karir anaknya sendiri demi menggapai cita-cita yang lebih tinggi. AHY harus memupus mimpinya menjadi seorang jendral hingga rela turun gelanggang untuk merengkuh jabatan politis yang lebih tinggi.

Meskipun Dewi Fortuna belum menyambangi AHY, sepatutnya Prabowo tidak menyia-nyiakan pengorbanan yang sudah dilakukan oleh SBY dan AHY demi mendukungnya. Sebagai orang Jawa yang memegang teguh etika, saya yakin SBY hanya perlu diwongke. Perlu dihormati, perlu diberikan tempat, demi memuluskan jalan menuju kursi presiden.

Apalagi SBY sudah memberikan petuahnya lewat cuitan cuitannya yang bijak. Alih-alih menyerang kubu yang selama ini menyudutkan Partai Demokrat, SBY justru memberikan kisi-kisi bagaimana seharusnya seorang calon presiden menjual dirinya sendiri kepada rakyat.

"Kalau "jabaran visi-misi" itu tak muncul, bukan hanya rakyat yang bingung, para pendukung pun juga demikian. Sebaiknya semua introspeksi *SBY*" cuit SBY.

Daripada mendukung capres yang sibuk mengorek-ngorek kesalahan pasangan capres lain dan tidak pernah memberikan program tandingan, mungkin saatnya SBY dan Demokrat berpikir ulang untuk memberikan galangan dukungan.

Pintu koalisi bersama Jokowi tampaknya masih sangat terbuka lebar bagi SBY. Apalagi AHY masih perlu banyak ditempa dalam gelanggang politik yang sesungguhnya. AHY bisa tampil bersama generasi milenial lain. Erick Thohir pasti akan menyambut AHY dengan tangan terbuka.

Andaikata Prabowo nanti menang, lantas Demokrat bisa dapat apa? Toh belum menang saja sekarang janji-janjinya belum ditepati. Apa Demokrat yakin nasibnya tidak sama dengan PKS? Di-PHP-in terus? 

***