Tetirah Habib Rizieq, Menghindari Masalah untuk Masalah yang Lebih Parah

Rabu, 14 November 2018 | 06:01 WIB
0
571
Tetirah Habib Rizieq, Menghindari Masalah untuk Masalah yang Lebih Parah

Tetirah, atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah tirah, tentu bukanlah sebuah Hijrah ala Habib Rizieq Shihab (HRS). Pada umumnya tetirah, pindah ke suatu tempat baru. Hal itu dilakukan agar memperoleh kesembuhan dari kondisi sakit. 26 April 2017, saat Pimpinan besar Front Pembela Islam diduga tetirah ke Arab Saudi, tentu dalam kondisi sehat.

Hanya saja, ada beberapa hal yang bisa dikatakan bahwa saat itu Sang Habib tengah mengalami "pesakitan" moral. Efek dari kabar tak sedap konon menyangkut percakapan yang tak lazim dilakukan seorang Habib dengan perempuan yang bukan muhrimnya. Benar Tidaknya hal tersebut, Waallahu A'lamu bishawab. Toh Kasus tersebut sudah di hentikan penyidikannya dengan keluarnya SP3. 

Sebagai Negara yang tidak memiliki perjanjian interpol dengan Indonesia, Arab Saudi menjadi tempat pilihan tersendiri. Sang Habib menjalani hari-hari tanpa bayang-bayang ilusi terkait dengan pornografi yang sempat ramai diperbincangkan. Masalah itu pun tidak lagi membuncah. Senyum sang Habib dari luar wilayah hukum Indonesia terlihat sumringah

Terhitung 1 tahun lebih 6 bulan 17 hari sudah Sang Imam besar FPI seolah mengungsi. Kehidupan sang Habib di tanah suci pada awal-awal tetirahnya banyak disorot. Sang Habib tak ubahnya seorang Hotelir yang tinggal di hotel-hotel yang cukup representatif dengan segala fasilitasnya. Silih berganti tokoh ternama dari Indonesia bertemu dengannya. Tak lupa mereka berfoto bersama sebagai bukti nyata Sang Habib baik-baik saja.

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Seenak-enaknya tinggal di rumah orang, pasti lebih enak tinggal di rumah sendiri. Lena Sang Habib  kerap muncul secara daring di forum-forum massa aksi yang melibatkan FPI dan kawan-kawan. Hingga September lalu, satu persatu masalah baru kembali muncul melingkupi Habieb Rizieq beserta keluarganya disana. 

Diawali dengan masalah  keimigrasian dimana masa berlaku visa tinggal yang habis, Rizieq seolah mengirim pesan SOS kepada tanah airnya, Republik Indonesia. Biar Bagaimana , Rizieq yang memang sebelumnya pernah lama tinggal di Arab, masih tetap berstatus sebagai WNI. Rizieq tak sendiri dalam menghadapi masalah ini.

Beberapa petinggi politik hingga tim advokasi GNPF- Ulama meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Luar Negri untuk memberikan jaminan perlindungan kepada Rizieq. Menyusul, saat Rizieq tidak diperkenankan terbang ke Malaysia untuk sebuah urusan.  Seolah impas, Rizieq pun harus rela menukar masalah lama dengan masalah barunya di sana.

Puncak masalah itu muncul saat Rizieq tidak lagi tinggal di Hotel. Entah kenapa Rizieq tinggal disebuah rumah, yang mungkin dia sewa. Jangan-jangan Rizieq memang sudah mulai kehabisan biaya. Hingga kehidupan hotelir pada awal-awal di Arab berubah menjadi kehidupan sederhana yang ala kadarnya. Sungguh kiranya bisa, kenapa tidak simpatisanya menggalang dana untuk mensupport Sang Habib? Apalagi untuk memperpanjang visa pastinya toh tetap butuh biaya. 

Andai ada penggalangan dana yang masif sebelumnya untuk membantu kehidupan yang layak bagi Sang Habib, maka insiden bendera tauhid itu tidak terjadi begitu saja.Sangat disayangkan, ditengah keprihatinan Sang Habib melewati masa-masa keprihatinannya, masalah yang ada justrumenggelinding bak bola salju. Makin lama makin besar kadarnya. Berbanding terbalik dengan kondisi sosial ekonomi sang Habib yang terlihat menyusut, dari semula tingal di hotel, kini malah tinggal di rumah biasa. 

Seperti lirik lagu November Rain dari Band Kenamaan yang baru saja menggelar konsernya. November bukan bulan yang membuat Rizieq merasa segar terguyur air hujan. Melainkan sebaliknya. Minggu pertama di bulan ini pula, Rizieq kembali terkena masalah. Lebih dari sekedar administrasi keimigrasian. Muatan kasus hukum ideologi membuat kepolisian Arab Saudi melakukan penelusuran atas bendera tauhid yang dipasang di rumah hunian Rizieq.

Tak Ayal, Rizieq pun harus berurusan dengan pihak kepolisian Arab layaknya peretas batas azas. Bendera yang selama ini diagungkan sebagai simbol kelompok islam tertentu di Indonesia, justru menjadi pemicu masalah keamanan di Arab sana. Sudah saatnya kini bijak memaknai, bahwa terkadang keagungan yang digelorakan untuk membakar semangat massa belum tentu sesuai dengan kaidah norma di lingkungan yang menjadi sumbernya. Ya bendera tauhid itu konon adalah panji yang digunakan oleh Rosullallah. Tapi kenapa justru dilarang untuk dipasang apalagi di kibarkan ditempat-tempat umum?. 

Itulah perlunya mengedepankan cara-cara damai dalam berdakwah. Bukan cara perang apalagi mengintimidasi. Konon, benbera berlatar warna hitam dengan tulisan tauhid itu merupakan simbol perlawanan bagi pemerintahan Arab. Memasang/mengibarkan bendera tersebut sama artinya dengan menyulut semangat peperangan. Kurang lebih demikian yang saya tafsirkan dari beberapa sumber bacaan.

Beruntung, Lagi-lagi Habib Rizieq tidak sendiri. Dalam menghadapi masalah terkait pemasangan bendera, Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Arab, melakukan pendampingan. Rizieq tetaplah WNI yang memperoleh hak-hak kewarganegraannya meski tengah melakukan tetirah. Perhatian Warga negara Indonesia pun tertuju pada apa yang sedang dihadapi oleh Sang Habib.

Rizieq begitu  berbesar hati menerima support pendampingan dari kementerian terkait yang menjadi perpanjangan tangan Pemerintah RI. Tabbayun, mustinya Rizieq jalani agar keberadaannya tetap dalam dalam koridor yang semestinya. Sejauh ini, kemana gerangan massa FPI? Melihat imam besarnya tengah dalam masalah, adakah hal lain yang membuat mereka tidak melakukan aksi?. Bukankah rencana  aksi 2 Desember terlalu jauh rentang waktu nya dengan saat-saat dimana Rizieq membutuhkan support sekarang ini?

Jangan-jangan komando Habib Rizieq pelan-pelan telah digeser oleh orang lain yang membuat Rizieq tidak lagi dianggap penting. Dalam pergerakan, pengambil alihan komando saat pimpinan sedang terkena masalah kerap kali terjadi. Suka tidak suka, mau tidak mau, Rizieq harus mengakui kebaikan pemerintah Jokowi yang sudah memberinya support pendampingan sejauh ini. 

 

Salam dami penuih kasih.

***

Sumber bacaan : 

123 dan bacaan dari portal berita online terkait Rizieq