Sudah saatnya masyarakat tidak lagi terjebak dalam retorika pesimisme. Indonesia bukan negara yang gelap, Indonesia adalah negara yang sedang tumbuh, penuh potensi, dan bergerak menuju masa depan yang lebih baik.
Narasi tentang Indonesia sebagai negara yang "gelap", kacau, atau gagal, belakangan kerap beredar di ruang-ruang digital dan sebagian media alternatif. Padahal, bila ditelaah secara jernih dan objektif, tuduhan tersebut tidak berlandaskan pada realitas yang ada.
Narasi semacam itu tidak hanya menyesatkan publik, tetapi juga berpotensi menimbulkan perpecahan dan ketidakpercayaan terhadap negara dan institusi yang sedang bekerja keras mewujudkan kemajuan nasional. Oleh karena itu, penting untuk meluruskan bahwa provokasi semacam itu tidak berdiri di atas data dan fakta, melainkan pada motif yang cenderung politis dan destruktif.
Pemerintah Indonesia saat ini menunjukkan keterbukaan terhadap kritik dan masukan dari masyarakat. Direktur Ekonomi Badan Intelijen dan Keamanan Polri, Brigadir Jenderal Polisi Ratno Kuncoro menegaskan bahwa kritik yang konstruktif merupakan booster bagi pemerintah untuk mempercepat penyelesaian persoalan-persoalan bangsa dan mengakselerasi berbagai program prioritas.
Dengan kata lain, kritik sangat dibutuhkan dalam demokrasi, namun harus diarahkan untuk membangun dan bukan memecah belah. Pemerintah, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, mempersilakan masyarakat untuk menyampaikan kritik secara terbuka, namun tidak untuk menciptakan adu domba atau menyebar kebencian.
Apa yang disampaikan oleh Brigjen Ratno menunjukkan bahwa pemerintah tidak anti terhadap suara berbeda. Justru dengan keterbukaan terhadap kritik, demokrasi Indonesia mengalami penguatan. Namun demikian, provokasi yang bersifat menyudutkan, membesar-besarkan kekurangan, bahkan mengarahkan opini publik seolah-olah Indonesia berada dalam kondisi suram, adalah bentuk manipulasi informasi yang harus dilawan bersama.
Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad juga mengingatkan bahwa seluruh komponen bangsa harus bersatu demi menjadikan Indonesia sebagai negara yang cerah dan berdaya saing. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara buruh, pekerja, dan pemerintah dalam menghadapi tantangan bangsa, terutama di sektor ekonomi. Dengan bersatu, bangsa Indonesia mampu menghadapi ancaman yang datang dari dalam maupun luar. Narasi negatif yang menyesatkan, jika dibiarkan tanpa dilawan dengan fakta dan kerja nyata, bisa menjadi racun bagi persatuan nasional.
Kita tidak menutup mata bahwa Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan—dari kemiskinan, ketimpangan sosial, hingga korupsi. Namun, menyederhanakan kompleksitas masalah tersebut sebagai kegagalan total negara adalah bentuk penyimpangan informasi. Data ekonomi yang dikeluarkan pemerintah menunjukkan tren pertumbuhan positif, termasuk peningkatan PDB, penurunan angka pengangguran, dan naiknya investasi, sebagai bukti keberhasilan pemerintah dalam menghadapi tantangan global. Proyek-proyek strategis nasional berjalan, pembangunan infrastruktur terus dikebut, dan reformasi birokrasi pun secara bertahap menunjukkan hasil.
Lebih dari itu, pembangunan manusia Indonesia juga mengalami kemajuan signifikan. Pemerintah mengalokasikan anggaran besar untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Program-program afirmatif untuk daerah tertinggal, masyarakat adat, dan kelompok rentan terus didorong agar tidak ada warga negara yang tertinggal dalam proses pembangunan.
Wakil Menteri Agama, Dr. KH Romo R. Muhammad Syafii, mengingatkan bahwa generasi muda harus menjadi kekuatan pemersatu bangsa. Peran anak muda sangat penting dalam menjaga arah perjuangan bangsa agar tetap berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan kemerdekaan sejati. Ini merupakan pesan penting di tengah upaya pihak-pihak tertentu yang mencoba menciptakan kekacauan dengan menyebar pesimisme dan kebencian.
Generasi muda adalah agen perubahan yang bisa membawa bangsa ini lebih maju. Namun, apabila generasi muda terus terpapar narasi-narasi negatif yang tidak faktual, maka semangat dan potensi mereka dapat dialihkan untuk kepentingan destruktif yang bertentangan dengan cita-cita bangsa. Maka dari itu, penting untuk memperkuat literasi digital di kalangan generasi muda, agar mereka mampu membedakan antara kritik yang membangun dan provokasi yang memecah belah.
Tantangan bangsa ini memang besar, namun bangsa Indonesia telah berkali-kali membuktikan kemampuannya untuk bangkit dan bersatu.
Dari masa perjuangan kemerdekaan hingga menghadapi krisis global, Indonesia selalu bisa keluar dari kesulitan dengan semangat gotong royong dan solidaritas. Narasi tentang Indonesia gelap hanya cocok bagi mereka yang tidak melihat proses dan kemajuan, melainkan hanya mencari kesalahan dan celah untuk menyerang.
Di tengah iklim demokrasi yang terbuka, penting bagi seluruh elemen masyarakat untuk bersikap kritis namun juga rasional. Tidak semua yang terdengar nyaring di media sosial adalah kebenaran. Masyarakat perlu memilah informasi, mengutamakan data, dan mendukung upaya nyata yang sedang dilakukan oleh negara. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak mudah diadu domba, serta mampu menjaga semangat persatuan di tengah perbedaan.
Sudah saatnya masyarakat tidak lagi terjebak dalam retorika pesimisme. Indonesia bukan negara yang gelap, Indonesia adalah negara yang sedang tumbuh, penuh potensi, dan bergerak menuju masa depan yang lebih baik. Kerja bersama antara pemerintah, rakyat, dan semua pemangku kepentingan adalah kunci untuk menerangi jalan bangsa ini. Maka, mari jaga akal sehat, lawan narasi kelam yang tak berdasar, dan bersama-sama wujudkan Indonesia yang terang dan gemilang.
)* penulis merupakan mahasiswa di Jakarta
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews