AHY, Sikap Oposisi dan "Nostalgia Politik" Demokrat

Menurut penulis strategi politik Demokrat itu kurang cantik. Bukannya menarik simpati malah mengundang hujatan dari para netizen.

Minggu, 11 September 2022 | 15:48 WIB
0
123
AHY,  Sikap Oposisi dan "Nostalgia Politik" Demokrat
Agus Harimurti Yudhoyono (Foto: antarnews.com)

AHY adalah politisi muda, digadang-gadang bisa meneruskan dinasti SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI ke 6). Dalam setiap kritikannya,  AHY dan para kader Demokrat selalu mencoba membandingkan “kebaikan dan kesuksesan” era SBY.

Nostalgia yang selalu didengungkan kader Demokrat itu dianggap sebagai senjata untuk selalu mengkritik kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa saat ini, era Presiden Joko Widodo.

Entah banyak netizen dalam setiap komentar terkait kritikan kader Demokrat menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh politikus Demokrat itu ibaratnya menepuk air didulang terpecik muka sendiri. Misalnya mengatakan pemerintah tidak becus mengelola kebijakan seperti halnya kenaikan harga BBM. Sedangkan melihat sejarah masa lalu Demokrat sebagai partai pemerintah banyak melakukan kesalahan dan banyak kadernya terjerat kasus hukum.

Menurut sejumlah politisi Demokrat, pemerintah saat ini tidak peka terhadap penderitaan rakyat kecil. Lalu kader Demokrat membandingkan dengan era presiden SBY yang memprioritaskan BLT dan bantuan bantuan yang memanjakan masyarakat. Apa yang dilakukan pemerintah sekarang selalu salah di mata politikus Demokrat.

AHY yang berada di poros luar pemerintahan selalu saja menggunakan jargon. Dulu di era kami atau katakanlah era pemerintahan SBY bla,bla,bla… artinya kebijakan masa lalu selalu lebih baik dari saat ini.

Melihat fenomena “nyinyir” AHY dan teman-temannya, membuat saya sebagai masyarakat terus mengingat rekam jejak Demokrat.

Di sisi lain era SBY memang jor-joran dalam hal pemberian BLT, namun kasus-kasus korupsi yang melibatkan politikus, juga pejabat yang berada di bawah naungan Demokrat tidak kalah banyaknya.

Sejumlah politikus harus meringkuk di penjara. Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Mantan Menpora Andi Malarangeng, para pejabat semacam gubernur, bupati, menteripun meringkuk dipenjara karena kasus memalukan yaitu korupsi dan penyalahgunaaan wewenang jabatan.

Menurut penulis strategi politik Demokrat itu kurang cantik. Bukannya menarik simpati malah mengundang hujatan dari para netizen. Mereka (netizen menganggap bahwa Demokrat tidak konsisten. Harusnya mereka berkaca dan terus melakukan kritik diri.

Sebelum mengkritik harus introspeksi diri, apakah pada masanya demokrat mempunyai prestasi luar biasa hingga dengan pedenya mengatakan pemerintah sekarang cenderung mengabaikan rakyat, tidak peka terhadap penderitaan rakyat).

Jejak digital dan sejarah pasti mencatat banyaknya catatan buruk era SBY khususnya dalam hal jejak korupsi dan banyaknya proyek mangkrak, salah satunya adalah proyek Hambalang yang menjadi monumen pahit pembangunan yang akhirnya mangkrak akibat dikorupsi oleh pejabat masa itu.

Kalau mau maju seharusnya mereka bersikap satria, minta maaf pada masyarakat atau rakyat, atas kesalahan masa lalu dan berjanji akan memperbaikinya di masa datang jika para pemilih masih mempercayai ketulusan hati para kader Demokrat.

Apapun tidak ada manusia yang sempurna, maka ketika ada kesalahan di masa lalu, jangan segan-segan jujur mengatakan bahwa ada kegagalan-kegalan yang bisa menjadi pembelajaran. 

Manusia yang baik dan cerdas selalu bisa memperbaiki apa yang sebelumnya gagal dilakukan.

Dengan kerja keras dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri serta mampu memperbaiki kesalahan membangun kembali kepercayaan rakyat pasti otomatis masyarakatnya akan mengapresiasi kejujuran, sifat satria, andap asor yang ditunjukkan oleh politikus.

Kalau terlalu pede mengkritik namun tidak ada solusi cerdas bagaimana sulitnya dalam menentukan kebijakan lebih baik diam dan melakukan konsolidasi kembali bagaimana ke depannya mereka bisa memperbaiki diri.

Tatap ke depan dan tidak perlu berpaling ke belakang. Setiap zaman itu ada masalah dan persoalannya sendiri. Di era SBY bencana alam datang silih berganti sedangkan di era saat ini masalah pelik adalah covid-19 dan krisis ekonomi akibat covid dan perang antara Rusia dan Ukraina.

Ada titik sulit yang mesti diurai pemerintah, ada tantangan sendiri yang harus diatasi pemerintah dalam setiap rezim. Prioritas pemerintahan sekarang adalah memperkuat pondasi transportasi, mengatasi persoalan pasca covid dan krisis finansial yang melanda dunia (bukan hanya Indonesia saja). Membangun infrastruktur untuk kemudahan transportasi di masa yang akan datang.

Sebaiknya masyarakat lebih fokus pada bagaimana bisa bertahan di tengah kesulitan, bertahan untuk menghadapi tantangan dunia dan tetap terus mengedepankan rasionalitas dan pola pikir logis. Politisipun lebih cerdas dalam menerapkan strategi untuk bisa memikat masyarakat tanpa perlu lagi bernostalgia pada masa lalu.

Berikan saja kemampuan terbaik untuk menawarkan solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi saat ini, dikurangi pernyataan yang nyinyir, apalagi membanding-bandingkan dengan kebijakan pemerintah lalu. Kalau masa lalu kelam masa harus dilihat, masa lalu itu dijadikan pelajaran untuk lebih baik di masa depan.

Jika ada kekeliruan kebijakan di masa lalu, maka politisi belajar untuk tidak mengulanginya dan membawa pemikiran baru yang memberi harapan, bukan malah membuat catatan nostalgia sementara banyak masalah yang terjadi di masa lalu.

AHY sebagai politisi muda, harus berjuang keras agar dipercaya masyarakat, caranya bukan dengan nyinyir dan sekedar menjadi oposan, namun bisa memberi solusi dengan kerja nyata. Memberi contoh bagaimana mengurai benang kusut masalah bangsa bukan terus menerus membanding-bandingkan kebijakan di masa bapaknya dengan masa sekarang yang persoalannya saja berbeda.

Saya yakin AHY cerdas, kalau mau maju tidak perlu sungkan untuk mengakui salah, tidak perlu malu minta maaf bahwa banyak kadernya dulu  terjebak dalam lingkaran korupsi dan mafia.

Sampai saat ini mafia-mafia yang memanfaatkan jabatan, memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan diri dan keluarganya masih sulit diatasi, contohnya di institusi kepolisian. Bisa jadi bukan hanya kepolisian saja tapi di instansi lain juga masih banyak.

Saatnya politisi membuktikan menjadi pribadi yang mampu membenahi sistem, mengatur akhlak, memperbaiki moral dan mampu memberi contoh pada mahasiswa yang saat ini gemar berdemo untuk lebih memikirkan strategi bagaimana mengatasi persoalan energi, hukum, mindset tentang kekuasaan, pemahaman tentang produk hukum, hingga mengembangkan teknologi agar Indonesia semakin maju dan mampu bersaing di tengah kemajuan digital dan tekhnologi di masa yang akan datang.

Kalau mau bernostalgia lebih baik buka You Tube, minus one cari lagu nostalgia dan bernyanyi. Pikiran jadi plong dan segar. Bagaimana Mas AHY sudah punya solusi, atau masih terjebak dalam nostalgia. Ayolah berpikir maju. Salam damai selalu.

***