Para budak cinta ini memandang bahwa Jokowi berada pada ancaman kaum radikal. Padahal bukan itu. Dia harusnya dijaga dari cengkeraman oligarkis lewat kebijakannya.
Respon netizen yang membidas habis BEM soal Jokowi King of Lips Service menunjukkan perilaku brutal para budak cinta.
Ngamukan dan menunjukkan perilaku centeng yang pokoknya sang majikan maha benar. Tidak pernah salah.
Model perilaku centeng ini mirip dengan kelakuan centeng Orba.
Yang anti pemerintah dicap PKI atau ekstrim kanan. Sekarang cap itu diganti dengan istilah kadrun, wahabi, Taliban, ikhwanul Muslim, antek PKS. Yang semuanya berbau Islam.
Mudahnya para centeng budak cinta menuding BEM itu HTI, kadrun dan sebagainya menunjukkan kepandiran mereka memgkonter kritik kepada junjungannya.
Dari banyak postingan, Saya tidak mendapatkan bukti otentik kalau BEM itu orang HTI, Wahabi Dan sejenisnya.
Yang ada cuma tuduhaan sumir yang wishful thinking hasil dari perilaku membenarkan semua influencret yang katanya memerangi paham radikal dan toleransi.
Para budak cinta ini memandang bahwa Jokowi berada pada ancaman kaum radikal. Padahal bukan itu. Dia harusnya dijaga dari cengkeraman oligarkis lewat kebijakannya. Jangan sampai dia jadi palang pintu sementara mereka berpesta pora menjarah kekayaan bangsa ini.
Jadi pandukung Jokowi harus kritis. Itu dukungan yang sebenarnya. Bukan malahan jadi budak cinta yang perilakunya kayak centeng senggol bacok.
Dari pantauan, para influencret sebentar lagi kehilangan angin. Karena mereka berkutat soal kadrun-kadrunan. Kenapa mereka pilih tema itu untuk bela Jokowi?
Karena paling mudah untuk dijadikan bahan bacotan. Jadi tidak heran jika para influencret itu menjadi pandir ketika bicara soal test mana yang dipilih Quran atau Pancasila?
Para netizen yang menjadi budak cinta mereka lebih pandir lagi. Membabi buta mendukung mereka yang tanpa sadar digiring agar membidas apapun Dan siapapun yang mengkritisi Jokowi. Apapun isunya. Kadrun minumannya..
Ini yang membuat para influencret makin giat mempengaruhi netizen untuk menjadi budak cinta mereka dengan perilaku tetangga jenderal atau tengjen. Yang norak karena merasa sangat dekat dengan sang jenderal padahal tinggalnya 19 rumah dari rumah sang jenderal. Yang merasa sok dekat Dan sok akrab. Padahal sang jenderal itu kalem aja. Tetangganya yang pecicillan dan berlagak jadi pelindungnya.
Dan ketika sang jenderal menjawab kritikan dengan woles, nampak jelas wajah bodoh para budak cintanya dan influencret yang cuma bisa koar-koar soal kadrun-kadrunan.
Sang jenderal justru menghargai kritikan itu. Beda jauh dengan perilaku gegap gempita membabi buta para budak cintanya. Yang tanpa sadar digiring bicara soal kadrun-kadrunan doang... bukan isu yang lain.
Jawaban kalem sang jenderal harusnya membuat para influencret dan para budak cinta Jokowi sadar bahwa: Kalian itu pandir...
NB:
I welcome for comment from budak cinta yang maha pandir..
Show your herd stupidity.. and make me laugh ..
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews