Menahan Diri dari Euforia "Sumbangan" Rp2 Triliun

Sekali lagi mari bersabarlah. Ini era "fifteen minutes of fame", era di mana orang akan bertempik sorak untuk 15 menit saja.

Selasa, 3 Agustus 2021 | 09:29 WIB
0
177
Menahan Diri dari Euforia "Sumbangan" Rp2 Triliun
Beredar di medsos giro bilyet (Foto: tribunnews.com)

Mbok ya, yang euforia terkait sumbangan duit 2 T itu menahan diri dulu. Menahan diri untuk jangan over-exposed. Itu duit gede saja pake banget!

Lagi pula saat foto sumbangan itu sudah dipublish kemana-mana, duit itu belum lagi ditransfer. Masih sejenis pengumuman "undian berhadiah". Undiannya telah diumumkan, belum tentu hadiahnya bisa sampai di tangan orang yang dianggap pemenang. Masih panjang prosesnya, harus ini itu. Bayar pajak, bayar fee panitia, dll. Jangan-jangan nanti hadiahnya malah jatuh ke orang yang mau dan mampu "nyusuki".

Sependek catatan sahabat saya, Ramadhan Syukur, duit segede gitu itu melebihi sumbangan dari Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia. Konon ia selama pandemi ini, melalui Bill Gates dan Melinda Gate Foundation memberikan sumbangan sebesar 10 juta US dolar atau Rp137.253.000.000.

Jack Ma yang pernah didaku filantropis Tiongkok terbaik pun hanya menyumbang melalui Jack Ma Foundation dengan nilai 14 juta US dolar atau 100 juta yuan atau setara dengan Rp 192,154 Milyar.

Dan seterusnya, dan seterusnya. Selalu saja sumbangan konglomerat itu bernilai "publikasi", kalau tidak berarti harus dipamerkan.

Intinya sekali lagi duit 2 T itu guede pake banget. Kalau betul terealisasi, itu rekor dunia. Kalau betul terwujud bakal mengguncang dunia. Sedikit memperbaiki reputasi Indonesia yang konon saat ini menjadi yang terburuk dalam penanganan pandemi ini.

Sekali lagi mari bersabarlah. Ini era "fifteen minutes of fame", era di mana orang akan bertempik sorak untuk 15 menit saja. Masa di mana orang gila sensasi untuk suatu kasus, tapi kemudian mudah lupa. Mencari sensasi baru, begitu seterusnya. Baik atau buruk sama mudahnya dilupakan...

Apalagi, yah apalagi sumbangan itu disampaikan bukan kepada saluran yang tepat. Minimal menurut pendapat saya. Kok disalurkan melalui Kapolda Sumsel. Ke figur yang telah lama dikenalnya. Bukankah, sebagai orang Katolik, ia bisa saja menyalurkan melalui gereja yang pasti jauh lebih amanah dan tepat sasaran.

Saya makin agak ambigu, maaf, saat DI (Dahlan Iskan, red.) sebagaimana biasa mem-blow-up peristiwa ini sedemikian rupa. Tidak secara langsung kepada pihak yang memberikan sumbangan. Tapi hanya kepada orang-orang yang bisa dia hubungi, melalui jaringan-jaringannya. Berapa puluh kali, ia meleset dan off-side dalam kasus sejenis.

Saya tentu memilih menunggu kabar lebih lanjut. Saya berharap ini nyata, bukan mimpi, bukan sensasi. Semoga bisa tersalur dengan baik. Tapi kalau boleh berpendapat "kepolisian" tentu bukan saluran yang baik. Lembaga ini, walau terus berupaya keras memperbaiki reputasinya. Namun saya pikir masih jauh panggang dari api.

OK, ia bisa lebih bersikap bijak terhadap warga yang suka tantrum. Pada duit who knows. Saya percaya, pada uang semua orang dadi malik grembyang. Berubah wajah, mudah jadi beringas...

Sekali lagi, semoga ini awal yang baik. Meringankan beban pemerintah adalah hal termulia saat ini.

***