Deradikalisasi adalah program untuk melawan terorisme, tentunya tanpa kekerasan. Program ini dicanangkan pemerintah sejak lama dan dikuatkan tahun 2007, serta didukung oleh parlemen. Kita wajib mendukung program ini karena memiliki tujuan baik, untuk menghentikan terorisme dan memunculkan kedamaian di Indonesia.
Program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme adalah suatu cara untuk mengembalikan lagi kesetiaan pada negara. Program ini diberikan pada narapidana teroris dan keluarganya, yang sudah dicuci otak agar jadi kaum radikal. Diharapkan dengan mengikutinya, mereka jadi paham bahwa radikalisme itu salah dan malah membahayakan banyak orang.
Deradikalisasi juga bisa dijalankan tidak hanya kepada napi teroris, tapi juga masyarakat umum. Tujuannya agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh paham radikalisme yang menyesatkan. Ada beberapa cara yang ditempuh untuk menjalankan deradikalisasi. Di antaranya menggetolkan upacara bendera di sekolah-sekolah dan isntansi, tak hanya di hari senin namun juga di hari besar nasional.
Selain itu, deradikalisasi juga bisa dijalankan dengan melakukan seleksi ketat ketika ada penerimaan calon pegawai negeri sipil, pegawai BUMN, serta calon anggota polri dan TNI. Mereka tidak hanya diperiksa fisik, mental, dan kecerdasannya. Namun juga diteliti bagaimana pandangannya terhadap radikalisme dan terorisme. Jangan sampai ketika sudah diterima, ternyata ia merupakan simpatisan dari perkumpulan radikal. Tes ini sangat penting karena sebagai abdi negara tentu harus setia betul pada Indonesia.
Selain tes pada calon PNS dan aparat, tes semacam ini juga bisa dilakukan pada calon penerima beasiswa kuliah yang disponsori oleh negara. Dengan cara ujian lisan dan juga dilihat dari akun media sosialnya. Apakah ia pro pemerintah atau malah jadi anggota organisasi radikal yang suka memaki-maki pejabat dan presiden.
Mengapa harus ada deradikalisasi hingga diadakan tes yang begitu ketat untuk menjadi abdi negara atau penerima beasiswa? Karena paham radikal semakin tersebar di Indonesia, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Tidak hanya di kota besar, bahkan sampai ke desa terpencil. Di tempat yang tidak terjangkau oleh sinyal malah bisa dijadikan basis dari teroris karena jauh dari jangkauan aparat.
Radikalisme wajib diberantas dengan program deradikalisasi, karena terbukti sangat berbahaya. Mereka melakukan segala cara dengan mengebom tempat umum. Kaum radikal juga nekat menempuh jalan kekerasan, seperti berani menyerang kantor polisi. Teror ditebar dan banyak orang jadi ketakutan ketika berada di tempat umum.
Selain menyebarkan ketakutan, kaum radikal juga mempengaruhi pikiran dari banyak orang dengan membuat berita hoax. Mereka juga menebarkan benih-benih intoleransi dan bahkan menganggap orang yang tidak mendukung paham mereka sebagai kaum durjana. Padahal di negara demokrasi, wajar saja ada perbedaan pendapat selama tidak terjadi pertikaian untuk mempertahankannya.
Program deradikalisasi wajib dilakukan untuk mengatasi pengaruh dari kaum radikal tersebut. Jadi kaum muda disadarkan bahwa tindakan mereka itu salah, karena boleh saja memberi masukan pada pemerintah, tapi bukan berarti semua kebijakannya salah. Jangan mau terbawa oleh kalimat manis dari perkumpulan radikal, bahwa jika jadi pengikut mereka akan otomatis masuk surga.
Untuk mendukung program deradikalisasi pada narapidana radikal, maka pemerintah menggaet mantan teroris bernama Umar Patek. Ia sudah menyatakan keluar dari kumpulan teroris. Statusnya sebagai mantan komandan di kelompok radikal, membuatnya dihormati oleh para napi tersebut. Para napi tersebut akhirnya tidak mau lagi bergabung ke kelompok teroris dan menyatakan diri untuk setia pada negara.
Program deradikalisasi sangat penting untuk menghalau pengaruh dari kaum teroris. Mereka melancarkan aksinya di dunia nyata maupun maya, dan merekrut kaum muda yang pikirannya masih polos. Selain itu, program ini juga dijalankan oleh para napi teroris agar kembali setia pada NKRI.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews