Karena dinilai menebar kebencian pada seorang walikota, yang juga perempuan, Zikria harus menahan beban cinta ibu ke anaknya.
Dunia ini penuh ironi....
Zikria Dzatil, dipenjara karena dinilai menghina Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
Dan meski Sang Walikota sudah mencabut laporannya... dia masih ditahan. Alasannya, dia dikenakan pasal-pasal berlapis terkait penghinaan, pencemaran nama baik dan ujaran kebencian.
Pencabutan laporan Risma, kata polisi, hanya menyelesaikan perkara penghinaan. Tapi tidak pasal lainnya seperti ujaran kebencian atau pencemaran nama baik.
Jadi, Zikria masih ditahan sampai sekarang. Sudah gelar perkara kemarin tapi belum tahu apakah Zikria akan segera bebas atau tidak.
Ironinya, dia memiliki seorang anak perempuan, Gendis, yang belum genap dua tahun. Anak ini masih menyusu pada ibunya. Saya membayangkan psikologi Gendis, yang sampai saat ini tidak membuat KPAI bersuara.
Zikria pun saya yakin sangat tersiksa batinnya. Terpisah dengan anak bungsunya. Dan dia harus disiksa begitu, terhalang mencurahkan cinta pada Gendis, karena polisi menerapkan pasal kebencian atasnya.
Karena dinilai menebar kebencian pada seorang walikota, yang juga perempuan, Zikria harus menahan beban cinta ibu ke anaknya.
Bayangkan malam-malamnya di penjara. Pasti kepalanya dipenuhi tanya, bagaimana kondisi anak balitanya. Sehatkah? Sakitkah? Apakah dia sedang merengek minta susu? Siapa yang menenangkan dan menidurkan?
Saya membuat status ini karena saya merasakan penderitaannya. Merasa ikut disiksa. Karena, saya juga memiliki anak Balita empat tahun di rumah saya. Zayyan namanya.
Tadi pagi, badannya hangat. Padahal dia harus ikut lomba PAUD sekecamatan. Ikut senam penguin. Mukanya tdk cerah seperti biasa. Saat disuapi makan, dia sempat muntah. Dan malam ini panas badannya cukup tinggi. Dia minta dipijiti.
Zayyan ada bersama saya. Tapi melihat dia tergolek lemah, tidak ceria seperti biasa, perasaan saya pedih. Khawatir akan apa yang dirasanya.
Saya membayangkan, bagaimana perasaan Zikria, di hari-hari Gendis tidak ada bersamanya. Terpisah. Tidak melihat kondisi anaknya dengan mata kepala sendiri.
Saya hanya berharap dan berdoa, polisi mempertimbangkan hal ini dengan penuh rasa kemanusiaan. Anda aparat penegak hukum, tapi lihat kasusnya dengan mata hati yang benar.
Anda juga orangtua yang pernah punya balita toh?! Orgtua yg terpisah dengan balitanya, apalagi sudah bilangan minggu, itu pedih rasanya.
Sang Walikota sudah berkata memaafkan Zikria dan mencabut laporannya! Lantas dimana lagi masalahnya?
Pedih rasanya jika anak sakit. Apalagi jika kita tidak berada didekatnya.
AD
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews