Napoleon Bonaparte pernah berkata bahwa "Jika kamu ingin mengetahui bagaimana cara orang berpikir, bayangkan dunianya saat ia masih muda."
Apa yang dikatakan oleh Napoleon Bonaparte sebetulnya sudah bisa menjawab mengapa Prabowo selalu mengungkapkan kegundahannya dengan invasi, agresi dan peperangan saat debat capres putaran ke-empat (30/03/2019).
Mengingat pada saat Prabowo masih muda, kondisi ekonomi, politik, dan cara orang tua Prabowo mendidik sudah membentuk karakter Prabowo. Apalagi Prabowo sangat lekat dengan mertuanya, Soeharto.
Prabowo hampir tak pernah hidup susah. Segalanya bisa didapatkan dengan mudah. Bahkan hingga karir di militernya pun melaju dengan pesat. Beberapa orang beranggapan bahwa hal tersebut tak lain karena Prabowo merupakan menantu sang Jenderal Bintang Lima.
Kepemimpinan Soeharto pun secara tidak langsung membentuk watak dan karakter Prabowo. Prabowo seperti terjebak dalam masa lalu. Ia merasa bahwa pada saat Orde Baru adalah masa keemasannya. Wajar jika Prabowo mengatakan bahwa pertahanan Indonesia saat ini rapuh meskipun bicara tanpa data. Bahkan Prabowo sampai-sampai tak memercayai institusi yang sudah pernah mendidik dan membesarkannya, TNI.
Prabowo masih merasa hidup di zaman Orde Baru. Ia masih terbawa romansa masa lalu. Ia merasa bahwa masa terbaik dalam hidupnya adalah pada saat dirinya menempati puncak karir sebagai Panglima Kostrad hingga akhirnya dipecat dari militer karena dianggap bertanggung jawab dalam kasus penculikan aktivis saat Soeharto lengser.
Tak heran jika ia selalu mengait-ngaitkan pencapaiannya di dalam tubuh militer. Prabowo bicara sampai bergetar "Saya lebih TNI dari TNI!" ujarnya.
Sementara itu, Jokowi berhasil beradaptasi dengan generasi masa kini. Cara pandang antara Jokowi dan Prabowo bak langit dan bumi. Jokowi mampu berkomunikasi dengan anak muda, bahkan bisa merangkul seluruh lapisan masyarakat.
Sosok seperti Prabowo tidak cocok untuk memimpin anak-anak muda yang dinamis. Anak-anak muda masa kini adalah anak muda yang berani mengungkapkan pendapatnya. Bagaimana mungkin Prabowo bisa mengakomodasi suara-suara milenial jika audiens yang tertawa saja dimarahi?
Prabowo tak sadar bahwa audiens butuh alasan, butuh jawaban ketika dia mengatakan "Saya berpendapat kekuatan kita (Indonesia) rapuh dan lemah. Bukan salah bapak (Jokowi). Salah, gak tahu saya!" kata Prabowo diikuti tawa penonton.
Namun, Prabowo menangkap berbeda. Prabowo justru menganggap bahwa yang tertawa itu adalah menertawakan Indonesia yang dianggapnya rapuh dan lemah.
Gagasan Prabowo tentang ideologi, pertahanan dan keamanan, pemerintahan dan hubungan internasional hanya dijawab dengan perang, perang, dan perang. Bahkan diplomasi pun diartikan oleh Prabowo dengan kekuatan militer. Ini menunjukkan bahwa Prabowo tidak memahami tema maupun posisi Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia.
Berbeda dengan Jokowi yang mengedepankan negosiasi. Diplomasi Jokowi di kota Solo sudah menjadi bukti bagaimana Jokowi bisa berkomunikasi dengan rakyat.
Apalagi di kancah Internasional. Pemerintahan Jokowi kini sudah meminta Swis untuk membuka identitas pemilik rekening orang paling kaya di Indonesia yang menyimpan kekayaannya di Swis, September 2019 mendatang. Inilah cara Jokowi berdiplomasi, bukan seperti Prabowo yang siap menyerbu dan mengerahkan prajurit untuk berperang.
Pengalaman Prabowo selama masa perang memang menunjukan bahwa Prabowo harus tetap hidup dan bertahan. Kondisi tersebut membuat insting otak reptilnya lebih dominan sehingga tercermin dalam perilakunya yang agresif, meledak-ledak, dan pemarah.
Jika otak reptil seseorang aktif, biasanya ia tak akan bisa berpikir secara jernih. Jadi, apa yang sudah direncanakan oleh kubu 02 untuk tampil santun di panggung buyar seketika saat Prabowo marah.
Sebaik apapun usaha kubu 02 untuk mencitrakan Prabowo adalah sosok yang santun, penyabar, dan tidak mudah meledak-ledak justru gagal dan disaksikan langsung oleh jutaan pasang mata rakyat Indonesia karena ulah Prabowo sendiri.
Jadi, apakah Anda akan memilih sosok yang selalu ngajak perang?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews