Menjelang Pemilu 2019, terutama pemilihan presiden dan wakil presiden, hiruk-pikuk perpolitikan di tanah air semakin memanas. Masyarakat terbelah menjadi dua kubu yang sama-sama berjuang memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden idola mereka. Segala cara dilakukan agar pasangan idola dapat terpilih memimpin negeri ini lima tahun ke depan.
Berlokasi di Hotel Santika Premiere Jakarta Barat, pada Minggu lalu (17/02/2019), sebanyak 30 penulis dari berbagai kalangan melakukan deklarasi bersama untuk ikut andil mewujudkan Pemilu 2019 yang damai dan harmonis. Acara bertajuk “Lawan Intoleran, Radikalisme dan Terorisme” ini digagas oleh PepNews, di mana sebagian besar para penulis yang hadir bernaung di dalamnya.
Sebelum deklarasi, terlebih dahulu para penulis dibekali dengan peta dan situasi politik yang sedang berkembang. PepNews menghadirkan tiga orang narasumber kompeten, antara lain Pepih Nugraha, Zulfikar Akbar dan Eli Salomo.
Pepih Nugraha yang merupakan mantan jurnalis Kompas memaparkan materinya terkait pentingnya peran penulis dalam menjaga suasana kontestasi politik menjelang pesta demokrasi Pemilu 2019 agar tercipta aman, nyaman dan damai.
Para penulis Indonesia diharapkan mampu menyajikan hal-hal benar dan positif. Penulis tidak boleh hanya berkutat pada apa yang akan diperoleh atau menguntungkan diri sendiri, melainkan harus bisa memberi lebih demi kebaikan orang lain.
Zulfikar Akbar, seorang jurnalis sekaligus pegiat media sosial (medsos) menyampaikan pengalamannya terkait bagaimana menggunakan media sosial yang baik. Zulfikar mengatakan bahwa fungsi netizen amat sentral, terutama dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat.
Zulfikar menambahkan, seorang netizen tidak boleh takut menyampaikan hal benar, meski harus berbenturan dengan kepentingan yang terbilang besar dan mengancam. Hal-hal benar wajib disampaikan kepada masyarakat agar tidak larut percaya pada informasi sesat atau hoaks.
Menambah materi yang sudah disampaikan dua narasumber sebelumnya, mantan aktivis ’98 Eli Salomo juga menguraikan pengalaman dan pendapatnya dalam menyongsong pesta demokrasi yang akan segera dihelat pada 17 April 2019 mendatang.
Eli menceritakan tragedi yang pernah dia alami ketika terjadi reformasi, di mana sebelumnya media masih dibungkam dan gerakan-gerakan aktivis melawan kediktatoran dihadang ketat. Alhasil, berkat kegigihan para aktivis di lapangan serta keberanian jurnalis, reformasi terwujud dan dinikmati hingga sekarang.
Berikut teks deklarasi yang dikumandangkan para penulis tersebut:
"Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Kami Penulis Indonesia Berjanji!
Menulis dengan hati nurani;
Menulis dengan jiwa yang sehat;
Melawan intoleransi, radikalisme dan terorisme;
Melawan segala bentuk penyebaran hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian;
Kami Penulis Indonesia Berjanji;
Mengedepankan rasa aman dan nyaman melalui pilihan kata, fakta dan data;
Kami penulis Indonesia Berjanji!
Mendorong terciptanya pemilu damai;
Menegakkan yang benar;
Membela yang tak bersalah;
Dengan sepenuh jiwa raga Tetap NKRI
Pemilu 2019 Damai, Damai, Damai!"
Semoga deklarasi 30 para penulis ini ikut memantik semangat para penulis lain dalam mengingkrarkan hal serupa demi terwujudnya Pemilu 2019 yang damai, harmonis, demokratis serta terhindar dari fitnah dan hoaks.
Sila tonton: https://www.youtube.com/watch?v=8EoaDZ0hEtI&feature=youtu.be
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews