"Kufur Nikmat" dan Doyan Hoaks Itu Watak yang Buruk

Rabu, 16 Januari 2019 | 19:49 WIB
0
1304
"Kufur Nikmat" dan Doyan Hoaks Itu Watak yang Buruk
Pidato Kebangsaan Prabowo Capres Nomer Urut 02

Sudah pasti sebuah pidato kebangsaan seorang Ketum Partai seperti Prabowo Subianto, kata-kata nya disusun indah dan membuai untuk pendengarnya. Tak ada yang salah dari isi pidato tersebut, sah-sah saja Prabowo mau mengutarakan apa, toh dia yang Capres.

Sekilas mendengar percakapan telepon anak perempuan saya dengan teman ceweknya, "....... halu banget nih kebanyakan micin". Apa maksud kata "halu" , saya coba - coba googling dan ketemu Kamus Alay, ternyata ini artinya, yaitu : "perasaan di mana seseorang ngerasa lagi pecah dan enak banget".

Saya langsung tertawa setelah mendengar cuplikan pembicaraan itu, dan langsung membayangkan pasti pada merasa "halu" pendukung Prabowo yang padati JCC ketika sang Ketum-nya berpidato berapi-api dan penuh retorika politik.

Di depan partai pendukung, pejabat tinggi negara  serta pengurus partai mengawali dengan sajak heroik seorang prajurit muda yang meninggal di Banten pada perang kemerdekaan. Cukup menyentuh isi puisi tersebut, tapi menurut saya bisa ada dua inteprestasi, pertama Prabowo ini dikenang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa seperti prajurit itu atau ingin disetarakan dengan prajurit tersebut yang berjuang sampai mati untuk orang-orang yang tak pernah dikenalnya di kemudian hari.

Niatannya boleh mulia, sayang cara mencapainya kurang mulia, bagaimana tidak bila untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara menebarkan ketakutan-ketakutan kepada publik. Mulai dari Indonesia bakal bubar, Indonesia kuasai antek asing dan aseng, SDA nasional dikuasai asing, Indonesia keberatan hutang, dan lain - lainnya. 

Metode kampanye politik dari mantan menantu rezim otoriter Soeharto ini bukan hal baru, sebuah film drama komedi berjudul Our Brand is Crisis  (2015)  bercerita tentang strategi kampanye politik Gonzalo Sanchez de Lozada untuk menjadi presiden Bolivia tahun 2002.

Awalnya timses Gonzalo juga menebarkan narasi anti-asing, anti-hutang, memusuhi IMF, pro buruh dan petani, namun setelah naik menjadi Presiden ingkar janji. Gonzalo menandatangani perjanjian hutang dengan IMF dan memberikan kontrak investasi kepada asing.

Dari materi Pidato Kebangsaan Prabowo 3 hal yang saya garisbawahi :

1. Prabowo berpidato gaya satire seolah Indonesia dalam krisis parah dan diperkuat dengan contoh kasus persoalan individu yang terjadi di banyak negara. Prabowo mengutip informasi dari media tentang kasus seorang pria bunuh diri dikarenakan tidak tahan melihat anaknya kelaparan selama dua hari. Fakta ini memang ada, tapi bukan berarti kesalahan pemerintah terutama Presiden Jokowi, di banyak negara termasuk negara maju pun ada kasus serupa.

2. Prabowo bicara tanpa data valid, tak mengherankan belakangan media massa banyak membahas beberapa pidato di depan publik yang sering tak didukung data, seperti cadangan berat nasional hanya bertahan selama tiga minggu.

Apa sebuah kealpaan dari timses Prabowo? Tidak, cara ini bagian dari kampanye politik timses Prabowo untuk menarik perhatian publik. Ada dua cara untuk dikenal dengan cepat di mata masyarakat, pertama dengan prestasi baik, kedua dengan prestasi buruk. Silakan anda nilai sendiri mana yang dipilih oleh timses Prabowo ?

3. Prabowo akui keberhasilan Presiden Joko Widodo selama memimpin, toh hal ini tak memberikan poin lebih dari pidato ini selain hanya menunjukan basa-basi politik. Kalimat ini menjadi micin semata untuk menyedapkan kalimat-kalimat sindiran miskin data yang diumbar dari atas panggung.

Ketika menonton siaran Kompas TV tentang tanggapan pakar terhadap Pidato Kebangsaan Prabowo, saya tertegun ketika Pakar Ekonomi UI, Faisal Basri mengatakan sebaiknya kita jangan "Kufur Nikmat", maksudnya  sikap bersyukur dan tidak sadar bahwa sudah terlalu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada diri kita. 

Mak Jleb, Faisal mengakui saat ini banyak kemajuan di era Jokowi, antara lain kemiskinan turun, ketimpangan sosial membaik dibandingkan zaman SBY, harga kebutuhan pokok terkendali dan listrik dan BBM relatif stabil. Artinya fakta-fakta yang dikemukan Prabowo dalam pidato tersebut bisa dikategorikan hoaks.

Apakah Prabowo "Kufur Nikmat"?

Kalau melihat sejarah dirinya memang begitu banyak nikmat dan keberuntungan yang diperoleh sebagai menantu Presiden Soeharto, kepangkatannya di militer melejit cepat, bisnis pribadi dan keluarganya cepat naik, apalagi yang kurang?

Hanya Prabowo yang tahu, pastinya dia merasa kurang bila belum menjadi orang pertama di Republik ini, bagaimana pun cara dan dengan siapa dia menjalin kekuatan politik bukan hal penting baginya. 

PDIP sebagai partai pengusung Jokowi tampak santai menanggapi pidato itu, lewat Sekjen nya Hasto Kristiyanto menyatakan pihaknya tidak kaget dengan subtansi Pidato Visi Misi Prabowo Sandi.

“Selain melanggar aturan Kampanye, apa yang disampaikan sesuai dengan watak Pak Prabowo: menyerang dan nihilkan prestasi Indonesia. Bayangkan, kalau Asian Games, Asian Para Games, Kemajuan membangun dari pinggiran, dan kehadiran nilai-nilai kemanusiaan dalam kebijakan sosial Pak Jokowi- JK pun terasa dinihilkan. Jadi PDI Perjuangan sudah menduga isinya akan seperti itu. Sebab di mata Pak Prabowo semua adalah kegagalan sesuai pengalamannya sendiri,”ujar Hasto.

Boleh saja kubu Prabowo mengklaim isi pidato itu merepresentasikan fakta sosial dan ekonomi Indonesia saat ini, namun masyarakat tidak bodoh bisa menilai kebenaran pidato tersebut, Fakta atau Hoaks. 

***