Belajar dari Milenials Tina Toon Merespon Skandal Meikarta

Selasa, 16 Oktober 2018 | 16:52 WIB
2
557
Belajar dari Milenials Tina Toon Merespon Skandal Meikarta

Generasi Y alias milenials itu menggemaskan, terutama dari perilaku mereka yang sulit dipahami kalangan Om-Tante seusia Eggy Sudjana atau Farhat Abbas. Tina Toon itu milenials dan karenanya ia menggemaskan. Jauh lebih menggemaskan dibandingkan Fadli Zon, apalagi Andi Arief. Juga, Tina Toon lebih menggemaskan saat ini dibandingkan ketika ia penyanyi cilik dahulu. Lihat saja reaksi Tina Toon saat namanya terkait skandal Meikarta Lippo Group.

Sejak awal megaproyek kota moderen raksasa Meikarta sudah mengundang kecurigaan publik. Pemasaran besar-besaran hunian dan bangunan bisnis dilakukan sebelum proyek ini mendapat izin pemerintah.  Curiga melahirkan kepo, dan kepo yang tak berjawab membuahkan nyinyir. Sah-sah saja.

Sebagian nyinyir publik, yang didasarkan bukti permulaan tentu saja, mengalir sebagai laporan dan desakan kepada KPK. Maka per November 20017, KPK mulai pengendusan aroma busuk di balik perizinan megaproyek raksasa bisnis ini.

Setahun berselang, KPK berhasil mengantongi bukti-bukti awal terkonfirmasi tentang adanya transaksi suap antara swasta pengembang Meikarta dan pejabat Pemkab Bekasi. Berbekal itu, operasi tangkap tangan (OTT) pun dilancarkan di Bekasi dan Surabaya sejak Minggu 14 Oktober hingga Senin dinihari 15 Oktober 2018.

OTT segera diikuti dengan peningkatan status perkara ke penyidikan. Sembilan orang ditetapkan sebagai tersangka dugaan tindak pidana korupsi pengurusan perizinan proyek pembangunan Meikarta. Sebanyak 5 orang di pihak mangap, pejabat Pemkab Bekasi dan 4 orang sebagai penyodor senduk, orang-orang Lippo Group.

Di pihak Lippo Group ada Direktur Operasional Lippo Group Billy Sindoro, konsultan Taryudi dan Fitra Djaja Purnama, dan seorang pegawai Lippo Group Henry Jasmen. Di pihak Pemkab Bekasi sebagai penerima ada Bupati Neneng Hassanah Yasin, Kadis PUPR Jamaludin dan KabidTata Ruang Neneng Rahmi, Kadis Damkar Sahat M.B.J Nahor, dan Kadis Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dewi Tisnawati.

KPK menduga Bupati dan para kepala SKPD Bekasi dijanjikan commitment fee sebesar Rp 13 miliar atas perizinan pembangunan fase pertama proyek Meikarta (84,6 hektar). Dari jumlah tersebut, diduga Rp 7 miliar sudah masuk mulut.

Menariknya KPK kemudian mengungkapkan percakapan di antara para pejabat penjahat ini menggunakan sandi rahasia penyamar nama. Salah satu sandi yang digunakan adalah nama mantan artis cilik Tina Toon.

Dahulu Tina Toon adalah penyanyi cilik terkenal. Album lagu pertama Bolo-bolo dirilis saat ia berusia 6 tahun (1999), laris di pasaran dan diikuti sejumlah album lain, seperti Siram (2000) dan Goyang Tina Toon (2001).

Tina Toon kemudian merambah seni peran, jadi aktris cilik yang berperan dalam "Tina Toon dan Lenong Bocah The Movie" (2004) dan "Cinta dalam Kardus" (2013). Ingat, "Cinta dalam Kardus" tayang 2013, jangan digoreng sebagai sindiran prefactum atas skandal jenderal kardus dan mahar 1 M. Lagipula yang dikardusi itu cinta, bukan duit 1 M apalagi jenderal.

Pada 2008, Tina Toon meluncurkan album musik yang menandai dirinya beranjak remaja, "I Love Musik"

Tina Toon kini 25 tahun. Satu predikat baru ia miliki: politisi. Namanya tercatat dalam daftar caleg tetap PDIP untuk DPRD DKI Jakarta.

Mengetahui namanya digunakan sebagai sandi kejahatan suap perizinan megaproyek Meikarta, Tina Toon tentu saja terkejut. Namun reaksi selanjutnya berbeda jauh dibandingkan reaksi Om-Tante mendengar nama Om-Tante dijadikan sandi percakapan persekongkolan jahat.

Bayangkan saja jika sandi bagi pejabat pelaku suap dalam proyek ini bukan Tina Toon, melainkan Amien Rais, Rizieq Shihab, atau sebut saja nama orang-orang dewasa lainnya. Bagaimana reaksi mereka? Mungkin hari ini jagat pekabaran daring dan luring sudah heboh oleh konferensi pers gugat menggugat; atau mungkin para pemilik warung pagi-pagi buta sudah memborong bahan pangan untuk pesanan ribuan nasi bungkus, ada yang hendak berdemo.

Beruntunglah nama Tina Toon, generasi milenial yang jadi sandi. Bukannya panik, atau sok-sokan jadi korban, tidak pula pura-pura prihatin dan menyampaikan pandangan moral ini-itu, Tina Toon malah mengaku senang. Baginya, kasus ini bikin namanya lebih lebih terkenal.

Silakan Om-Tante mau nilai respon Tina Toon ini dari sisi positif atau negatif karakter milenial. Dari sisi negatif, Om-Tante mungkin mengadili Tina sebagai self-lover, self-obsessed. Biarpun disebut-sebut sebagai sandi dalam permufakatan jahat, asalkan nama gue populer, gue asyik-asyik aja.

Berganti kacamata positif, Om-Tante melihat ini sebagai kecenderungan milenials yang open minded dan bawa enjoy peristiwa dan pengalaman. Mereka bisa melihat keuntungan di balik peristiwa teruk, menertawakannya dengan santai, woles aja.

Apapun kacamata yang Om-Tante pakai, Tina Toon adalah politisi, namun politisi milenial. Ia berpolitik, bukan cari makan dari politik. Otaknya tidak melulu berpikir konspiratif dan cari kesempatan menyerang lawan politik, mengkapitalisasi peristiwa yang menyangkut dirinya untuk tuding sini tunjuk sana demi memancing simpati.

Tampaknya kita perlu berguru dari Tina Toon. Gerombolan "F" Fah**, Fad**, Ferdin*** mau ikut?


Sumber:

  1. Kompas.com (15/10/2018) ""Merlin" hingga "Tina Toon" Jadi Kata Sandi Kasus Suap Bupati Bekasi." 
  2. Tempo.co (15/10/2018) "Ada Kode Tina Toon di Suap Meikarta yang Menyeret Bupati Bekasi." 
  3. Detik.com (16/10/2018) "Tina Toon Kaget Namanya Jadi Kode Suap Meikarta oleh Bupati Bekasi Cs."